webnovel

Sang Dewa Pembunuh

Sepulang kerja, Hendra hanya ingin istirahat di rumah warisan keluarganya di Yogyakarta. Baru saja masuk rumah, ia disuguhkan ddengan pemandangan indah. Para wanita cantik yang sedang asik mengobrol, yang hanya menggunakan baju dalaman dan celana pendek, memperlihatkan kaki jenjang yang putih. Tak butuh waktu lama, para wanita itu langsung berteriak "maling-maling". Hendrapun tanpa berpikir lama langsung masuk kamar untuk berlindung. Para wanita itu tidak tahu bahwa pria yang dituduh maling adalah pemilik rumah itu. Hendra menyadari bahwa hidupnya tak lagi sedatar dulu. Rumah itu akan menjadi tempat para wanita cantik berkumpul...

Si_Amatir04 · Acción
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

1.Pertemuan dengan para wanita

Hendra adalah pembunuh bayaran yang sudah pensiun. Setelah pulang dari misi terakhirnya, ia hanya ingin langsung istirahat di rumah warisan kakeknya di Yogyakarta. "Kota Jogja yang indah, aku kembali" batin Hendra dengan perasaan gembira. Setelah perjalanan panjang, ia kini sampai di rumahnya.

Setelah Hendra membuka pintu rumah, ia disuguhkan dengan para wanita yang sedang mengobrol. Wanita-wanita itu semuanya cantik, wajah uang putih, tubuh yang ramping dan dada yang berisi serta kaki putih yang mulus. Ia terkesima dan hanya terbengong di depan pintu.

Para wanita itu sama terkejutnya dengan Hendra, pria yang ganteng, kulit sawo matang, badan tegak menambah kesan menawan.

Mereka saling memandang sesaat, tidak berapa lama senyum para wanit langsung menegang di wajahnya. Mereka tidak meyangka pria yang belum pernah mereka lihat tiba-tiba muncul begitu saja. Secara refleks, para wanita langsung berteriak "maling-maling" sambil melempar barang apapun di dekat mereka. Mulai dari gelas, toples, vas bunga hingga sepiring martabak pun ikut terlempar.

Hendra yang merasa mendapatkan serangan, langsung mencari tempat berlindung. Ia melihat kamar yang terbuka, langsung melompat kedalam kamar dan menutup pintu.

Keburuntungan rupanya tidak memihak Hendra. Pintu tersebut ternyata tidak dapat dikunci. Salah satu wanita itu langsung mendrobak pintu dan menyerang Hendra dengan tinjunya. Hendra secara otomatisz menangkis tinju tersebut dan menahan tangan wanita itu.

Saat ini, wanita itu merasakan hawa membunuh menyelimuti dirinya. Seolah-olah ia menghadapi seseorang yang haus darah.

Pada saat yang sama, Hendra melihat kengerian di mata wanita itu, ia segera teringat bajwa sekarang ia telah kembali ke Jogja bukan untuk menghadapi musuh tapi menghadapi tamu.

Hendra segera menyerang tangan wanita itu dan mengambil keuntungan untuk menahannya. Saat ia membalik tubuh wanita itu. Mereka sekarang dalam posisi berpelukan. Namun Hendra merasa sentuhan di tangannya menyentuh sesuatu yang salah. Saat ia melihat kebawah, ia melihat wajah wanita itu memerah. Lalu dengan cepat, wanita itu menampar wajah Hendra dan berteriak marah, "Brengsek, beraninya kau menyentuh tubuhku!!!"