Maulana melangkahkan kaki menuju di salah satu kursi meja makan, ia mendudukkan dirinya di salah satu kursi tersebut, iris safirnya terlihat sedih tanpa sinar. Hatinya gunda entah kenapa rasanya tidak tega melihat mantan istri keduanya tersebut terlihat begitu sedih, tetapi bagaimana pun juga, dirinya juga tidak bisa berbuat apapun, karena sekarang wanita itu sudah bukan lagi menjadi tanggung jawabnya.
"Zia, kamu sering-seringlah kunjungi ibumu. Ayah hanya bisa bantu doa."
"Iya, ayah. Aku mengerti, aku akan berusaha menjaga ibu dengan baik. Aku sebenarnya sangat sedih melihat kondisi ibu yang sekarang, ibu memang memiliki seorang suami yang hanya mencintainy seorang, tapi ibu bahkan tidak bahagia saat seperti bersama ayah. Aku takut kalau ibu akan depresi lalu membuat kesehatannya tidak baik," balas Zia sedih.
"Kita berdoa saja, semoga ibumu baik-baik saja," jawab Maulana lembut.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com