Aku terus mencoba menghubungi Sintia, takut dia semakin marah jika aku terus menundanya. Hingga panggilan kesepuluh, akhirnya dia bersedia mengangkat telepon dariku. "Iya, halo pacarnya Andra, bagaimana?" tanya Sintia ketus.
"Halo, Sin. Kamu sudah mendengar semuanya dari Andra, kan? Maaf ya selama ini tidak mengatakan hal jujur padamu. Sejak awal sebenarnya Aku ingin cerita, tapi takut Kamu salah sangka," jelasku padanya.
"Memangnya Kamu baru mengenalku? Kenapa pakai meledekiku dengan Andra segala kemarin kalau memang sebenarnya Kamu sendiri pacarnya. Lucu ya membuat Aku terlihat bodoh karena tidak tahu apa-apa?" kata Sintia mulai marah.
"Sin, tidak seperti itu. Aku yakin kalau Andra sudah menceritakan semua alasannya, jadi Aku mohon Kamu bisa memaafkan kami." Aku masih terus memohon padanya untuk mau memaafkanku.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com