Kerajaan Nusa terdapat satu daerah di mana para kaum Rendahan tinggal, tempat kumuh dan tidak terawat. Jalanan yang hancur, rumah rumah yang hampir roboh, dan sampah yang berserakan. Daerah ini warga sebut sebagai daerah rendahan, tempat ini berada di antara Daerah Bangsawan dan Daerah Kaya. Sebenarnya tidak ada sebutan resmi untuk daerah daerah itu, beberapa bahkan menyebut daerah rendahan sebagai daerah jelata.
Di pasar daerah rendahan, Astrid sedang membeli sebuket bunga mawar hitam di seorang nenek tua. Astrid memberikan uangnya dan pergi dengan berpamitan, dia bagaikan sebuah lentera di pasar itu. Banyak sekali pengemis yang di lalui Astrid, orang orang menundukkan kepalanya. Tapi Astrid berjalan dengan riang penuh senyuman dengan buket bunga yang dia pegang.
Astrid sampai di tempat tujuannya. Tempat pemakaman, itulah tempat yang dia tuju. Dia menghampiri satu makam, nama depan makam itu sudah terhapus oleh usia. Tetapi nama belakang terlihat,
"Ki..no? Kino? Aku penasaran siapa yang terkubur di sana?" Ia mengambil satu tangkai bunga dan menaruhnya dimakam itu.
"Semoga kamu beristirahat dengan tenang siapa pun kamu."
Di depan suatu makam Astrid menaruh sebuket bunga. Makam yang terlihat baru, dengan nisan bertuliskan Logan Kino. Sudah genap satu tahun sejak kematian kakek dari Astrid.
"Kakek... Aku telah mengajukan proposal kepada semua pemimpin lab. Setelah beberapa saat mereka menyuruh ku untuk melakukan persentasi." Seperti anak kecil, Astrid bercerita di depan makam.
"Setelah itu, kemarin aku baru saja menyelesaikan presentasi ku. Aku... Aku..."
Air mata menetes ke batu nisan, Astrid menangis tersedu sedu sambil bercerita. "Aku.. berhasil... Se... Seperti kata kakek... Jika aku.. aku... Melakukannya aku.. aku akan berhasil... Huuuuuuaaaa." Astrid bercerita seperti anak kecil di depan makam kakeknya juga pula menangis seperti anak kecil. Semua usaha yang dia lakukan ketika berada di akademi terbayarkan dengan di terima penelitiannya.
Setelah beberapa saat, Astrid yang sudah berhenti menangis pergi meninggalkan pemakaman. Dengan wajah merah dan kedua matanya yang sedikit membengkak dia berjalan sambil menutupi kepalanya dengan tudung dari bajunya.
"Apa yang aku lakukan, menangis seperti anak kecil di depan makam kakek. Seandainya ada yang melihat hal itu aku pasti sudah tamat." Tanpa sengaja Astrid menabrak seseorang pria dengan tubuh yang besar.
"aaahh ma..maaf kan saya, saya tidak melihat anda." Pria itu membawa sebuket bunga mawar hitam yang sama seperti yang dibawa Astrid sebelumnya.
"Oh tidak masalah nona itu salah ku juga." Pria itu pergi meninggalkan Astrid sendiri. Astrid tidak dapat melihat wajah pria itu karna terhalang tudung dari baju Astrid. Astrid pergi keluar dari Daerah Rendahan. Sesampainya di rumah Astrid disambut oleh keluarganya, ayah Astrid adalah seorang pedagang dari barat, dia menjual barang langka yang dia dapatkan saat berpetualang, sedangkan ibu Astrid hanyalah ibu rumah tangga biasa.
Saat di rumah, Astrid bertanya pada ibunya. Dia bertanya soal makam siapa yang di samping makam kakeknya. Ibunya hanya menjawab dengan santai tidak tahu makam siapa itu sambil menyiapkan makanan untuk makam malam. Tetapi Astrid yang tidak puas akan jawaban ibunya dia menambahkan bahwa pada nisan itu terdapat nama keluarga Kino. Ibu Astrid terkejut dan terdiam sejenak, tanpa menjawab jawaban dari Astrid dia tetap melanjutkan menyiapkan makan malam.
Astrid yang masih penasaran ingin bertanya lagi pada ibunya, tetapi terpotong oleh ketukan pintu. Astrid bergegas membuka pintu rumahnya, di Depan pintu terlihat seorang pria pos. Pria itu memberi surat undangan dengan cap kerajaan, Astrid menerima surat itu dan mengabarkan ke ibunya.
"Siapa yang berada di depan?" ibu Astrid bertanya
"Hanya seorang pria pos, tetapi surat yang di berikan memiliki cap kerajaan."
Astrid membuka surat itu. Surat itu merupakan sebuah undangan untuk pesta yang akan di laksanakan besok malam. Astrid di undang sebagai salah satu tamu istimewa. Astrid dan ibunya berteriak kegirangan. Suasana bahagia memenuhi rumah, ibu Astrid menyiapkan hidangan spesial untuk malam itu. Makan malam mereka di mulai ketika ayah dari Astrid pulang.
Besok paginya, Astrid pergi ke area Pertokoan untuk membeli pakaian. Area pertokoan terdapat pada Daerah kaya. Area ini merupakan alasan kenapa orang luar berdatangan untuk datang ke Nusa. Area pertokoan memiliki berbagai bahan mentah dan jadi yang beragam. Bahkan mitril, logam terkuat ke-tiga dijual dengan bebas.
Astrid berjalan di tengah area pertokoan, dia berkeliling mencari pakaian yang cocok untuknya.
"Lihat lah mereka, pakaian pakaian ini sungguh menakjubkan. Warna mereka, desain mereka, bahkan... Harga mereka....." Astrid berjalan dari toko ke toko. Setiap toko yang dilalui selalu menghasilkan ekspresi yang sama. Pada awalnya dia antusias dan kemudian menjadi lesu setelah melihat harga mereka.
Setelah berjalan berkeliling, Astrid tertarik pada sebuah papan nama yang terbuat dari kayu. Papan nama itu bertuliskan, Rumah Huldra. Dia diarahkan ke sebuah gang kecil yang, Astrid terus mengikuti jalur itu. Setelah beberapa saat, Astrid sampai di sebuah toko. Saat sadar di telah berada di daerah jelata.
Toko itu terlihat akan roboh dan reyot, kayu yang mulai lapuk dan ditumbuhi tanaman rambat. Banyak semak belukar yang tumbuh di sekitar toko itu. Di samping toko terdapat pohon kapas yang besar. Terdapat papan nama besar yang bertuliskan Rumah Huldra.
Astrid memasuki tempat itu, tidak seperti bagian luar bagian dalam toko terlihat sangat bersih dan indah, semua tertata rapi. Pakaian pakaian di dalamnya terlihat sangat mewah dan indah. Desain baju dan juga warnanya terlihat seakan dapat membuat siapa saja tertarik untuk melihatnya.
"pe...permisi... Apa ada orang..?" keheningan menyambut Astrid, tak ada satu jawaban yang terdengar. Bahkan suara Astrid seakan bergema dalam keheningan itu. Suara ketukan tongkat terdengar dari kejauhan.
"Si... Siapa di sana?" Astrid terdengar ketakutan dengan suara itu. Dia bergumam
"Semoga bukan hantu , semoga bukan hantu." Keheningan sesaat itu terpecah dengan suara wanita yang lembut dan rendah.
"Kasar sekali... Menyebut wanita seperti ku hantu." Astrid yang mendengar itu berteriak kaget, dan pingsan.
Setelah beberapa saat, Astrid terbagun. "ah... Kepala ku... Di mana aku?" Terbangun dari pingsannya Astrid melihat sekeliling.
Dia melihat seorang wanita dengan pakaian berwarna hitam dan rok, berambut perak dengan telinga yang runcing.
"seorang elf... Bagaimana mungkin mereka disini?" Melihat Astrid yang terbangun Elf itu mengenalkan dirinya. "Nyamankan dirimu nona, dan selamat datang di rumah ku... Rumah Huldra."
"Aku seorang Elf dan namaku Sol, aku menjual pakaian di sini." Astrid yang mendengar kesopanan dari Elf itu langsung bangkit dan memberi salam.
"Sa... Salam kenal nama ku Astrid, Astrid Kino." Elf itu tersenyum dan menyambut Astrid dengan baik.
"Silakan nona, pilihlah baju sesukamu." Astrid pun berkeliling dan mencari baju.
"Kino ya? Nama yang familiar, hal menarik apa yang melibatkan ku kali ini?"