webnovel

Bertemu Keluarga

"Lu Fang memberi hormat kepada yang mulia kaisar Rui Shi Huang, permaisuri Yuan Li, putri Liu Anchi dan yang mulai pangeran Rui Fengying." Fang Yin menudukkan kepalanya dan mengulurkan tangannya di depan wajahnya sebagai tanda penghormatan. Tradisi kowtow memang menjadi salah satu bentuk penghormatan kepada kaisar dan menyiratkan kalau seorang bawahan merendahkan diri dan tunduk kepada kaisar dan petinggi kerajaan lainnya seperti permaisuri, pangeran dan juga para mentri.

"Bangunlah! kami menerima salam hormatmu, silahkan duduk." Kaisar Rui Shi Huang mempersilahkan Fang Yin segera menempati tempat yang telah di sediakan khusus untuknya. Kaisar menatap sekilas kepada permaisurinya yang langsung menganggukkan kepalanya, sepertinya kaisar menanyakan pendapat istrinya tentang Fang Yin dan sepertinya istrinya sependpat dengannya. Sementara Rui Fengying dan Liu Anchi memiliki pemikiran sendiri dengan Fang yin. "Adikku tersayang, sepertinya kamu bisa mengelabui semua orangtetapi tidak bisa mengelabuiku." gumam pangeran Rui Fengying saat melihat wajah jendral muda Lu Fang yang di bangga-banggakan kakeknya beberapa hari yang lalu.

"Kalau begitu, mari kita segera menyantap makan siang kita." putri Liu Anchi mempersilahkan semua orang untuk segera menyantap makanan mereka. Setelah selesai, mereka berbincang dan kini Kaisar dan permaisuri meninggalkan aula. Fang Yin juga akan segera meninggalkan aula saat Pangeran Rui Fengying menahannya. Kini di ruangan itu hanya tinggal mereka berdua setelah kaisar dan permaisuri juga putri Liu Anchi meninggalkan ruangan itu untuk beristirahat.

"Pangeran, jika memang sudah selesai, lebih baik aku segera memohon pamit karena aku masih harus pergi ke suatu tempat." Fang yin kembali memberi hornat kepada pangeran, dia tahu kalau lelaki tampan yang berada di hadapannya ini adalah kakak tirinya. Dia segera berbalik dan akan meninggalkan aula kerajaan saat pangeran Rui Fengying memanggilnya dan membuatnya sangat terkejut. "Tunggu dulu, Putri Rui Fang Yin, kenapa terburu-buru? apa kamu tidak merindukan Kakakmu ini?" ucap pangeran Rui Fengying dengan santai tetapi membuat Fang Yin sangat terkejut dan langsung menghentikan langkahnya. Dia berdiri mematung tanpa membalikkan tubuhnya untuk melihat pangeran Rui Fengying. Dia masih tetap di posisi yang sama, membelakangi Kakaknya, pangeran Rui Fengying.

"Terima kasih banyak telah mengenaliku, Pangeran. Aku masih belum tahu harus bersikap seperti apa kepadamu. Yang pasti saat ini aku adalah jendral besar muda milik kerajaan Xia yang akan menjaga dan melindungi kerajaan ini dari bahaya. Aku permisi dulu." Fang Yin kemudian kembali melanjutkan langkahnya dan segera meninggalkan aula, saat dia tiba di pintu, pangeran kembali mengatakan sesuatu dan kali ini berhasil membuat Fang yin berbalik dan menatap wajah Kakak tirinya. "Fang Yin, aku memiliki sesuatu yang sangat berharga yang di tinggalkan oleh ibumu. Kata Ibumu, apa yang sekarang ada padaku itu akan membuatmu mengenal siapa dirimu yang sesungguhnya. Kalau kamu mau aku memberikannya, temui aku nanti malam di dalam kamarku dan aku akan menceritakan semua tentang ibumu kepadamu. Aku juga akan memberikan benda itu kepadamu." Pangeran Rui Fengying tersenyum dan menatap Fang Yin dengan tatapan yang membuat hati fang Yin berdebar.

Pangeran meninggalkan aula dan melewatinya dengan tatapan yang sangat membuatnya penasaran. Ada rahasia apa tentang dirinya yang tidak dia ketahui saat ini. Apakah apa yang di katakan Pangeran Rui Fengying bisa di percaya atau dia memiliki sebuah tujuan yang buruk kepadanya? Fang Yin hanya bisa menduga-duga dan dia sudah memutuskan kalau nanti malam dia akan datang menemui pangeran yang tidak lain adalah Kakaknya sendiri meski mereka bukan saudara kandung. Fang Yin juga segera meninggalkan istana dan kini dia kembali bertemu dengan Quan Qi yang sudah menunggunya cukup lama.

"Jendral, bagaimana pertemuan anda tadi? apakah ada yang mengusik hati anda sehingga sekarang abda menjadi murung seperti ini?" tanya Quan Qi kepada Fang yin yang sikapnya langsung berubah menjadi pendiam setelah bertemu dengan keluarga kerajaan. Fang Yin tidak menjawab apa yang di katakan oleh Quan Qi tetapi dia segera menunggangi kudanya dan meninggalkan istana. Saay ini dia menuju keluar ibukota. Fang Yin menuju ke sebuah lembah dengan danau yang sangat indah. Tidak ada pemikiman di sana dan saat ini dia segera berteriak melepaskan gundah di hatinya.

"Aaaaaaaaaaaaaaa" Fang Yin berteriak sekuat tenaga dan kini dia jatuh bersimpuh di tanah di pinggir danau. Entah mengapa dia merasakan sesuatu yang berbeda setelah mendengar apa yang di katakan oleh Pangeran Rui Fengying. Apa yang sebenarnya terjadi dan siapa dirinya yang sesungguhnya. Quan Qi tidak ingin menganggunya sehingga dia hanya diam di belakang Fang Yin dan menyaksikan Jendral muda yang begitu kuat dan di segani di medan perang begitu rapuh dan tidak berdaya saat ini. Bahkan Quan Qi melihatnya menangis. fang Yin kemudian bangun dan segera berdiri, dia berjalan ke arah danau dan semakin mendekat ke air. Quan Qi yang merasa khawatir segera berlari dan memeluk Fang Yin dari belakang. Dia memeluk gadis yang selama ini sudah di sukainya dengan sangat erat.

"Fangfang, jangan melakukan hal yang sangat bodoh. Aku akan membantu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus berjanji kamu tidak akan berbuat hal yang nekat yang akan merugikan dirimu sendiri." Quan Qi menyandarkan kepalanya di punggung Fang Yin sementara kedua tangannya memeluk erat pinggang ramping milik Fang yin. Kini mereka berdua berdiri terpaku dengan posisi Quan Qi memeluk Fang Yin, gadis itu merasa kini detak jantungnya berdebar tidak beraturan. Dia kemudian segera melepaskan pelukan Quan Qi dan memukulnya hingga dia terjatuh. "Dasar bodoh! apa kamu pikir aku akan melompat ke danau karena putus asa?" tanya Fang Yin yang di angguki oleh Quan Qi, kini Fang Yin tersenyum dan memukul kepala Quan Qi pelan. "Aku seorang Jendral muda yang sangat kuat, aku tidak memiliki masalah apapun, aku hanya lelah karena Yueyue tidak segera di temukan sementara paman keadaannya semakin buruk. Quan Qi menghela napas lega dan dia tertawa terbahak-bahak saat mengingat betapa konyolnya dia saat ini.