webnovel

Rigyna

Kisah tentang kehidupanku

Yurika_Hayashi · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
7 Chs

Chapter 1 : Perpisahan

Pagi ini aku terbangun dengan mata sembab.

Kepalaku masih pusing dan seluruh badanku terasa berat. Tidak! Ini bukan karena mabuk. Umurku masih 17 tahun dan aku belum diperbolehkan mengonsumsi minuman keras jenis apapun.

Aku hanya duduk di kasurku tanpa menemukan setitikpun niat untuk mempersiapkan pagi hariku karena hari ini adalah hari perpisahanku dengannya.

"Rigyna, kalau sudah bangun jangan hanya duduk saja." bisikan lembut ini sontak membuatku melompat dan berdiri tegak.

"A.. aaa.. yaa??" aku meracau.

Sosok tak asing sedang duduk di samping ranjangku. Sepasang bola mata biru gelap yang menatap lembut ke arahku membuatku salah tingkah dan panik.

"B.. bagaimana bisa kapten masuk kemari?" gagapku dengan wajah memerah, aku berpaling agar dia tak dapat melihat langsung mata sembabku walau aku yakin dia sudah tahu.

"Pintu kamarmu tak dikunci." ia menunjuk ke arah pintu kamarku yang terbuka lebar sambil berdiri dan berjalan untuk menutupnya.

"Aku akan segera bersiap." ucapku sambil bergegas mengambil baju ganti.

"Oke" jawabnya singkat sambil duduk di kursi tamu di ujung ruangan. Ia menyilangkan kedua tangannya sambil melihat sekeliling. Jika aku adalah perempuan pada umumnya aku yakin mereka akan langsung pingsan mendapati pria setampan kapten sedang duduk di kamar mereka, menguap dan melakukan apa saja yang dia mau seolah dia memang tinggal disini. Tentu saja bukan berarti pria ini tak spesial dihatiku.

Kapten Zehel, dia adalah kapten divisi ketiga dari organisasi pemburu 'crea', monster hasil evolusi gen manusia dengan gen binatang. Tidak banyak orang tahu mengenai keberadaan makhluk ini karena mereka tercatat telah musnah pada perang dunia terdahulu. Namun masih banyak diantara mereka yang bersembunyi, menyamar dan hidup disekitar kami menunggu waktu yg tepat untuk memangsa para manusia. Organisasi kami dibentuk untuk membasmi monster ini hingga tidak bersisa. Karena keberadaan monster ini merupakan sebuah ancaman, keberadaan mereka dirahasiakan dan begitu pula organisasi kami. Karena itu, hingga hari ini organisasi kami tidak memiliki nama.

"Aku sudah siap." ucapku sambil keluar dari kamar mandi.

"Kemarilah." ia menepuk kursi disebelahnya, mengisyaratkanku untuk duduk disana. Tapi sebelum aku sempat menyentuh kursi yang ia maksud ia sudah berdiri dan memelukku dengan erat.

"K.. Kapten..!"

"Aku akan merindukanmu." bisiknya pelan sambil mengusap rambut emas panjangku. Aku segera mendorongnya jauh dengan kedua tanganku karena aku sadar, semua perlakuan lembut ini, semua kata-kata manis itu. Ia tidak mencintaiku.

Di matanya, aku hanya anak-anak.

"Aku harus segera berangkat." aku menggengam tasku dan langsung bergegas keluar karena tidak tahan dengan keheningan yang tercipta diantara kami.

".. dan aku kira selama ini di hatimu hanya ada pria itu." aku tak yakin mendengar jelas gumaman kapten karena suara jantungku yang terlalu kencang.

Di ruang tunggu, semua anggota sudah berkumpul untuk mengucapkan salam perpisahan kepadaku.

"Aww.. Rigyna kita yg super dingin bermata sembab. Apa kamu sedih karena akan berpisah dengan kami??" ejek Ian. Dia anggota yang usianya sama denganku. Awal pertemuanku dengan mereka semua sangatlah buruk tapi berkat kapten, aku dapat beradaptasi dengan cepat dan punya banyak teman disini.

"Apa kamu yakin akan pergi Rigyna? Divisi pertama tempat berkumpulnya para orang sombong yang mengaku bangsawan loh. Divisi kita adalah yang terbaik!" yang lain langsung saling mengiyakan.

Divisi pertama memang tak pernah memberikan kesan yang baik selain prestasi mengagumkan dari 5 anggota utama mereka. Tapi bergabung dengan divisi pertama adalah impian semua anggota organisasi.

"Ini perintah atasan. Kalau kalian juga mau kesana maka tunjukan prestasi kalian." terdengar suara Zehel dari belakang. Semua orang memberi salam.

"Tidak apa." gumanku lirih.

Tidak heran kalau yang lain mengkritikku. Aku bukan dipromosikan naik ke divisi kedua, melainkan langsung ke divisi pertama! Siapa coba yang takkan mempertanyakan hal ini.

"Maaf, Rigyna. Karena hari keberangkatanmu mendadak, aku tidak bisa mengantarkanmu sampai ke kota."

"Tidak! Tidak perlu! Aku bisa pergi sendiri!" buru-buru aku langsung bergerak menuju pintu keluar. ".. semuanya, sampai jumpa lagi." tanpa menunggu semua orang melambai aku bergegas keluar dan mengangkat kepalaku tinggi-tinggi.

"Huff.. begini lebih baik." aku melangkah menuju ke stasiun sambil menggengam erat tasku dengan tangan yang gemetar.

"Ya ampun.. lihatlah kapten. Ini semua karena kapten terlalu memanjakannya! Aku berani bertaruh kapten yang secara langsung turun tangan dalam promosinya Rigyna."

"Ya benar. Kalau tidak bagaimana bisa Rigyna langsung loncat promosi?" yang lain mengiyakan.

Zehel hanya diam, tak ada yang bisa membaca ekspresinya dan tak ada yang berani bicara sepatah kata pun setelah itu.

***