webnovel

Perdebatan

Perdebatan masih terus berlanjut. Menteri Louis yang hanya bisa menonton sembari menopang dagu, tentu tidak punya pilihan selain menunggui mereka. Terkadang pula yang dia lakukan hanya menghela napas dan sesekali tersenyum saat menemukan momen di mana Mr. Rolleen tidak bisa berkutik menghadapi kegesitan Lucio mendebat. Sampai kemudian ketika kedua pria berbeda umur itu berhenti seolah kesepakatan akhir telah terpenuhi, maka Menteri Louis masuk ke dalam percakapan.

Sembari tersenyum, sang menteri berucap pelan, "Apakah kalian telah menemukan titik terangnya? Aku harap sudah, mengingat kita harus beralih ke pembicaraan yang sesungguhnya."

Lucio mendadak tercekat. Kepalanya otomatis bergerak menghadap ke arah Menteri Louis. Tidak ada yang benar-benar Lucio pikirkan selain betapa dia telah melakukan kesalahan. Nyatanya, setelah berhasil mengalahkan Mr. Rolleen dalam perdebatan itu, lalu membuatnya mepertahankan pertunangannya dengan Cleo, faktanya Lucio baru menyadari bagaimana beraninya dia hingga mengabaikan keberadaan menteri Louis.

Yang Lucio pikirnya sejak awal bukan untuk menghabiskan waktu dengan berdebat, melainkan dia hanya berniat membuat Mr. Rolleen mengalah. Lucio ingin memaksa Mr. Rolleen hingga berpikir bahwa pria tua itu tidak punya pilihan selain mengangguk setuju di hadapan Menteri Louis. Tentu saja, sebab Mr. Rolleen akan merasa canggung bila terlihat ngotot di hadapan sang menteri. Namun kenyataannya, Lucio justru telah terbawa suasana dan berakhir kebablasan hingga melupakan fakta bahwa dia sudah keterlaluan.

Lucio meringis dengan wajah sedikit menunduk, tidak berani menatap sang menteri kendati pria berambut putih itu masih memasang senyum ramah. "Aku tidak tahu harus meminta maaf dengan cara seperti apa."

Sebaliknya, alih-alih menteri Louis yang membalas, tahu-tahu Mr. Rolleen terkekeh dan berkata, "Sepertinya kamu baru menyadari kesalahanmu." Lucio semakin menunduk. Tetapi tidak ada yang tahu bahwa isi kepalanya membludak memikirkan banyak hal, terutama Mr. Rolleen.

Menteri Louis terbahak. Dia menunjuk keberadaan Mr. Rolleen yang sedang menatap Lucio remeh. "Seharusnya kamu juga ikut sadar diri Mr. Rolleen," ujarnya santai, sementara pria yang di maksud kontan menoleh dengan kedua manik terbelalak. "Kamu pun tidak menyadari dirimu sudah kebablasan dan berakhir meladeni Lucio. Padahal awalnya aku berharap kamu berhasil menangani pemuda ini dengan baik sehingga tidak terjadi perdebatan." Menteri Louis lagi-lagi terkekeh. "Siapa yang menyangka bahwa kamu justru terperangkap."

Ya, itu benar. Mr. Rolleen memang dasarnya telah terjebak. Buktinya, dia tidak bisa mempertahankan keputusan akhirnya untuk membuat pertunangan itu batal. Lucio telah berhasil memengaruhinya hingga terpojok, dan memaksanya untuk menyetujui keinginan pria muda itu.

Mr. Rolleen seketika mengangkat tangan dengan wajah pasrah. "Baiklah, aku mengaku kalah." Dia melirik Lucio yang rupanya sedang tersenyum kendati pria itu tengah menundukkan pandang. Bibir Mr. Rolleen pun mencebik. "Dasar pemuda licik, kalau kamu menyukai Cleo, tidak perlu berbelit dan pertahankan saja gadis itu tanpa harus membuatnya menangis."

Lucio menyeringai. "Aku sudah mempertahankannya."

"Huh! Terserah apa katamu," dengus Mr. Rolleen.

Di samping itu, menteri Louis kembali tersenyum. "Nah, karena semuanya sudah jelas, maka sebaiknya kita kembali kepada pembahasan utama kita." Dia menatap Lucio dan Mr. Rolleen bergantian. "Kalau begitu, apakah kalian punya rencana untuk menghadapi sayembara ini ke depan? Ini bukan berarti aku hanya mendukung kalian sebagai peramu di kerjaaan ini, dan aku pun sangat menantikan bila memiliki orang-orang berbakat lainnya kendati aku belum pernah mendengar yang lebih hebat selain dari pondok obat kalian. Hanya saja, aku sungguh mengandalkan kalian berdua."

"Aku tidak bisa menjamin jika kami akan menang. Tetapi, ada satu hal yang membuatku bertanya-tanya ...," Lucio menjeda kalimatnya lantas memandang Menteri Louis dengan sorot serius. "Aku ingin tahu mengapa Anda tampak begitu mengharapkan kami? Apakah ada hal yang tidak kami ketahui di balik ini? Apakah Anda sedang merencanakan sesuatu?"

"Oh tidak Lucio, jangan memulai lagi," komentar Mr. Rolleen dari arah samping. Dia merasa pemuda itu akan melawan lagi.

Menteri Louis terkekeh. "Jangan khawatir jika kamu berpikiran bahwa aku telah merencanakan sesuatu yang lain di balik ini. Sebaliknya, aku hanya mendukung kalian semata-mata karena kalian memang dapat diandalkan. Lagi pula ini hanya dukungan yang tidak melanggar. Kamu boleh protes bila aku kedapatan melakukan hal gila yang membuat kalian menang dengan tidak sportif."

Lucio menyeringai. "Aku rasa tidak. Baiklah, aku akan mencoba percaya, setidaknya bahwa Anda hanya ingin mendukung kami. Lagipula, Anda juga tidak bisa melakukan banyak hal mengingat yang menjadi penentu dalam kemenangan kelak, ialah mampu tidaknya kami sebagai peramu membuat ramuan yang dapat mengobati kelainan sang puteri."

Menteri Louis mengangguk. "Tepat sekali. Memang itulah yang seharusnya terjadi."

"Lalu, bagaimana Anda akan mengumpulkan para peramu di dalam kerajaan? Kurasa waktunya sudah cukup untuk menyampaikan hal ini mengingat para peserta harus menyiapkan berbagai hal," sahut Mr. Rolleen.

"Mengenai hal itu, kamu tidak perlu khawatir. Pihak kerajaan sudah mengumumkan sayembara ini kepada publik untuk disebarluaskan ke seluruh kerajaan. Tinggal menunggu waktu dan pendaftaran akan dipenuhi oleh mereka."

Mr. Rolleen mengangguk antusias. Dia kemudian melirik Lucio yang sedang fokus mendengarkan. "Nah, Lucio, apakah kamu pun telah mempersiapkan diri juga? Aku perhatikan kamu justru sangat tenang."

Lucio menyeringai. "Tenang adalah tindakan yang paling benar. Kalau kamu memintaku untuk terlihat panik, itu sia-sia sebab kepanikan hanya kan membawa kerusakan."

Mr. Rolleen terpana mendengar kalimat pria itu. "Cih, dasar! Entah mengapa aku jadi sependapat dengan Cleo kalau kamu ini memang menyebalkan. Aku berharap kalian tidak bertunangan."

Lucio terkekeh. "Sepertinya kamu sudah berpindah hati, dari yang benar-benar menyukaiku bahkan terkadang membuat Cleo cemburu karena perhatianmu teralihkan kepadaku, tetapi kini justru berbalik menyerangku." Lucio mendekati Mr. Rolleen lantas menyipitkan mata. "Aku jadi ragu jika ini benar-benar dirimu Mr. Rolleen. Atau mungkinkah sejak awal yang menemaniku ke sini adalah Cleo yang sedang menyamar, sebab yang aku lihat kamu justru lebih condong untuk menyudutkanku. Belum lagi memintaku membatalkan pertunangan. Bukankah itu adalah rencana Cleo sejak dulu?"

Wajah Mr. Rolleen memerah. Suaranya terdengar gugup saat berkata, "O ... omong kosong apa itu! Mana mungkin aku bisa menjadi Cleo? Sepertinya kamu sedang tidak sehat," kilahnya sembari membuang muka.

Lucio semakin menyeringai. "Lihat, kamu bahkan semakin bertingkah seperti Cleo."

"Yang benar saja, ini seperti kamu mengenal gadis itu saja. Padahal kamu selalu menyakitinya dengan perkataan-perkataan jahatmu." Mr. Rolleen masih enggan menatap Lucio. Tetapi tidak ada yang menyadari bahwa setitik peluh mulai timbul di wajahnya.

Tetapi di detik berikutnya, kedua manik Mr. Rolleen justru melebar terbuka begitu mendengar kalimat Lucio. Suara pria muda itu terdengar mengancam dan ada kesan dingin di dalamnya. Heh! Bukankah tadi dia sudah merasa malu karena keberadaan Menteri Louis? Bukankah seharusnya mereka tidak membahas ini lagi?

Sebenarnya ada apa dengan Lucio?

"Bagaimana kamu tahu aku sering membuatnya menangis? Apa Cleo yang menceritakannya sendiri, kurasa tidak. Lagipula, dari sudut mana kamu melihat hingga berkesimpulan bahwa akulah yang membuat Cleo merasa tersakiti, padahal kenyataannya gadis itulah yang membatasi diri dan bertekad memusuhiku." Suara itu terdengar beku sekaligus menghanyutkan. Mr. Rolleen bahkan merasa ditarik untuk segera menoleh lalu menatap pria muda itu. Tetapi di sisi lain, dia merasa harus mempertahankan posisinya atau ... semuanya akan terbongkar.

Di satu sisi, Menteri Louis pun mulai terdiam. Sebelumnya dia pikir masalah keluarga Mr. Rolleen sudah teratasi, tetapi tampaknya itu masih akan terus berlanjut bahkan setelah Lucio meminta maaf dan menyadari kesalahannya.

Namun, harus sang menteri akui bila hari ini Mr. Rolleen memang terlihat sedikit berbeda.

Tunggu ...

Apa jangan-jangan dia memang bukan Mr. Rolleen yang sebenarnya?

Kalau begitu siapa?