Sudah hari keempat semenjak kedatangan Ignas di toko Sinkentro. Kehidupan berjalan layaknya biasa, Jean bermalas-malasan di depan layar televisi, dan Doktor Z menjaga toko barang antiknya. Hari itu, kesadaran Aaron pulih setelah menghabiskan puluhan kantong cairan infus yang menyuplai nutrisi dikalanya pingsan.
"Apa kau akan terus seperti ini?" Tanya Jean, "Terus menerus bertarung dan pingsan."
"Diam, pembunuh bayaran." Sentak Aaron, entah mimpi apa yang ia alami sehingga sifatnya berubah lebih dingin. Berbalut baju lusuhnya, ia masuk kamar mandi, membersihkan dirinya dari debu-debu koridor sekolah yang masih menempel.
Seusai itu, Aaron menatap lama wajahnya sendiri di balik cermin, mengeringkan tubuhnya, tatapannya terhalang rambut ikal yang kian memanjang tak terurus. Ia berkata, "Apakah aku memang harus menjadi penerus Bethlam? Aku masih tak yakin dengan kekuatanku ini, kekuatan yang misterius. Sudah jelas ini bukanlah kekuatan Avatar, tapi apa?" Ia memandangi telapak tangan polosnya yang telah merenggut dua nyawa manusia. "Doktor Z juga masih belum memberitahuku tentang ini, dia pasti tahu kalau ini bukanlah kekuatan Avatar."
"Lalu ayahku, benarkah ia seperti itu? Adakah hal lain yang belum kuketahui?"
Pertanyaan demi pertanyaan terkadang menguatkan keraguan dalam dirinya, terkadang melemahkan ketakutannya, bahkan dalam mimpi ketika kesadarannya hilang.
Kaus hijau tua ia kenakan, satu-satunya kaus pemberian Doktor Z yang muat di tubuhnya. Berluaran rompi ungu yang ia selalu pakai setiap harinya, sebelum kejadian itu menimpanya. Sarapan pagi di siang hari, hari ini terhidang lauk setumpuk ayam goreng cepat saji, lauk yang selalu dibeli Doktor Z tiap paginya.
"Belum ada kabar tentang sekolahku?" Tanyanya, sembari menyendok sesuap-sesuap sarapan, di meja makan yang jadi satu dengan ruang tengah.
"Sepertinya kau masuk sekolah lagi mulai minggu depan, renovasinya berjalan cepat. Si kepala meriam itu benar-benar merepotkan." Jean menyalakan televisi, "Tolong kau bantu ilmuwan itu di toko setelah sarapanmu habis."
"Kabar terkini, seorang pria Rusia, buronan internasional, penyelundup senjata ilegal, Dmitri Zhukov diketahui sedang beroperasi di kota Arcmont. Saat ini kepolisian sedang menindaklanjuti laporan tersebut. Jika melihatnya, tolong segera hubungi nomor 213-972-2971."
Raut muka malas Jean tak bisa menutupi perasaan muaknya dari berita kriminal yang muncul lagi, dan lagi. Berbanding dengan Aaron yang seperti acuh tak acuh, ia menghabiskan sarapannya dan langsung ke depan menemui Doktor Z.
"Ada apa, Aaron?"
"Ada satu hal yang ingin kutanyakan kepadamu, doktor." Doktor Z hanya menaikkan alisnya, "Kekuatan yang bisa menyerap kekuatan lain, sebenarnya ini apa? Aku sudah lama ingin menanyakan tentang ini."
Doktor Z menjelaskan bahwa ia juga tak tahu pasti, tetapi ia sedang mengembangkan sebuah alat untuk membatasi kekuatan Aaron agar tak lepas kendali, satu hal yang membuatnya pingsan.
"Alat itu, sudah ditahap finalisasi. Hanya saja masih ada beberapa yang harus dibenahi. Dengan alat itu, kau takkan pingsan lagi."
Senyumnya lebar, Aaron sangat berterima kasih kepada ilmuwan itu.
"Kau tau di dunia ini tidak ada yang gratis, kan? Dan aku tahu kau tak mungkin bisa membayarnya, oleh karena itu, sebagai penggantinya selama sebulan ini kau harus menjaga dan merawat toko ini, bersihkan debu-debu di setiap barang ini tiap pagi pun sudah cukup." Doktor Z tertawa lepas dan kembali ke dalam.
"Jadi, kapan ada keinginan untuk mencari kerja? Pekerjaanmu sebagai agen independen telah usai, kan?"
Jean berpikir panjang, "Aku tak bisa membayangkan tiap hari menghabiskan energiku untuk orang lain."
"Lalu kau akan terus-terusan di depan layar TV?" Doktor Z menyiapkan peralatan eksperimennya untuk uji coba prototip Avalimiter, bentuk modifikasi dari Avabreaker, borgol penyegel Avatar yang selama ini dipakai.
Suara lonceng pintu masuk berdenting. Aaron menyambut pelanggan dengan ramah seperti biasanya.
Seorang pria berambut berantakan, berkacamata bulat merah tua, ia membawa benda yang mirip seperti pelindung lengan, tekstur bergeriginya menandakan itu barang kuno. Pelindung lengan yang termasuk berat, kemungkinan ini adalah serpihan zirah dari prajurit masa lampau yang pria itu tak sengaja temukan. Aaron mengamati seksama benda kuno itu, seperti toko barang antik pada umumnya di mana pemilik barang yang menentukan harganya, pria itu ingin menjual barang antik yang ia bawa dengan harga tinggi.
Tidak seperti barang antik yang biasa ia terima, lukisan ataupun guci kuno bisa dengan mudah ia tentukan harga pastinya, Aaron meragukan nominal yang ditawarkan pria itu. Hampir saja ia menolak, Doktor Z menjumpainya.
"Ah! Zirah kuno dari abad pertengahan, kau mau menjual ini di harga berapa?"
Pria itu menyebutkan nominal yang sama seperti sebelumnya, kedua kalinya Aaron kaget mendengar itu.
"Baiklah, aku terima. Tapi karena kau tidak punya sertifikat atas ini, aku tidak bisa membelinya dengan harga seperti yang kau inginkan. Lebih rendah, tapi tak beda jauh." Pria itu mengiyakan begitu saja, "Aaron, tolong siapkan bukti pembayaran."
Semudah itu baginya mengidentifikasi barang-barang kuno yang memang benar-benar berharga, tak pernah sekalipun ia tertipu pun terkecoh dengan penampilan usang dari barang ia terima.
"Terima kasih telah berbisnis denganmu." Doktor Z menyerahkan bukti pembayaran dan meminta pria itu menandatangani surat keaslian, selembar surat untuk berjaga apabila ternyata ini adalah barang curian.
Dari balik pintu kayu yang menjadi penghubung ke ruang tengah, Jean merasakan aura yang tidak asing. Walaupun samar-samar ia mengingatnya, aura itu pernah membekas di pikirannya. Tubuhnya mulai gelisah, kilapan memori itu teringat kembali. Malam berbintang, hutan terbakar, dan rasa sakit itu.
"Charles?" Ia lekas beranjak dari sofa, tergesa menghampiri si pria pelanggan. Sayangnya pria itu telah pergi, tak ada jejak sama sekali kecuali ia berjalan kaki ke arah utara dari toko, arah yang sama dengan menuju hutan kota. Jean mengejarnya sekuat tenaga, diikuti Aaron di belakangnya. Tetapi langkah pria itu benar-benar hilang, disapu oleh lalu lalang kendaraan.
"Ada apa kau mencariku?"
Pria itu muncul di balik tatapannya, Jean dan Aaron menengok ke belakang, memastikan sumber suara itu. Trauma kala itu terus menggerogoti akal sehat, dan ini adalah waktu yang tepat untuk membalas apa yang telah tertimbun dalam. Emosi Jean tak karuan, antara takut dan marah, antara lega dan haus. Merasa lega karena akhirnya bertemu kembali, dikendalikan rasa haus akan dendam.
"Oh, apakah ada yang kulewatkan? Atau barang yang ketinggalan?"
Jean tanpa sepatah kata, matanya tajam kearahnya. Aaron hanya bergeming, mencoba mempelajari situasi yang ada.
Charles tergelitik, "Kau masih memikirkan hal itu? Masih memikirkan rekan-rekanmu?" Ia tertawa lepas, "Sudah berapa lama itu, ya?"
"Aku, aku sudah mencoba melupakan itu. Tapi kau muncul kembali, dengan aura yang sama. Membangkitkan jiwa lamaku yang telah mati. Lantas inikah saatnya aku membalaskan dendamku?" Jean bersiap-siap memanggil Avatarnya.
Dalam keadaan yang memanas ini, ponsel Aaron berdering, ia sesegera mengangkatnya. Itu adalah Peter yang menelepon. Dari suaranya ia tampak risau, Aaron pun menanyakan akan itu, "James sekarang kondisinya kritis? Ia dirawat di rumah sakit?! Ada apa?!!"
Peter menceritakan bahwa James baru saja melawan seorang tahanan kabur sekaligus pengguna Avatar, tahanan itu kedapatan berusaha merampok toko bunga milik neneknya. James secara langsung melindungi neneknya, serta mengancam tahanan itu untuk mengembalikan uang yang ia rampok. Tak disangka pria itu adalah pengguna Avatar, James pun tumbang dengan sekali serangan, kemudian ia dilarikan ke rumah sakit Arcmont.
"Og i neste etappe vil hans naermeste venn bli revet bort av en eldgammel makt." Sekalimat tanpa -tahu- makna disyairkan oleh Charles, untuk sekali lagi di hadapan Jean.
"Saat itu kau pun mengucapkan hal serupa, apa itu mantra rekaanmu?"
"Mungkin ini saat yang tepat untuk memberitahumu." Charles tidak gentar sama sekali mendapati Jean yang bersiap penuh memanggil Avatarnya. Ia dengan santainya menghampiri Aaron, "Temanmu babak belur seperti itu adalah atas perintahku, aku menyuruh seorang tahanan kabur itu untuk merampok toko bunga, di mana selanjutnya James akan berusaha menyelematkan toko itu, kemudian ia akan kaget karena tahanan itu memiliki Avatar yang sebelumnya kupersiapkan, aku yang membangkitkan Avatar milik tahanan itu. Kulakukan itu agar kau, Aaron, semakin mendekati takdirmu."
Ia benar tak habis pikir, seseorang telah merencanakan matang situasi untuk melancarkan aksinya. Lalu soal takdir yang seringkali terucap dari mulut Charles, tak ada satupun orang yang mengerti akan itu, terdengar seperti bualan belaka untuk menutupi niat buruknya, begitulah yang dirasa oleh Jean tatkala kata itu melintasi gendang telinganya.
"Mereka menaruh harapan padamu untuk menjadi penerus Bethlam, kan?" Bisik Charles tepat di samping Aaron, bersuara sangat lirih sehingga Aaron harus benar-benar memfokuskan pendengarannya, "Apa kau tahu, 10 tahun yang lalu, ketika panti asuhan itu terbakar, akulah orang misterius yang menyelamatkan mereka berenam, membangkitkan Avatarnya, dan melatihnya, lalu kemudian mereka menjadi Bethlam yang kau ketahui saat ini."
Charles tertawa puas.