ReBirth 48
Chapter 22: Sosok yang tak dapat di usik
"Ka-kakak?" Lita melihat ke atas, ke arah puggung kakaknya yang sedang menatap orang yang mem-bully-nya ya tadi
Laki-laki tadi mencoba memberontak untuk lepas. Ia kemudian terlihat mencoba membekukan tangan Shin karena itu adalah kekuatannya.
Namun, Shin sama sekali tak tegerak, ia tetap memegang tangan bocah laki-laki itu dengan erat.
"Apa kau pikir api akan takut dengan es?" ucap Shin singkat yang langsung membakar tangannya menggubris api darah panah Phoenix.
Bocah itu langsung sangat panik, saat itulah Shin melepaskan tangannya yang membuat bocah itu terjatuh.
"Cih," decit Shin yang masih merasa sangat kesal.
Shin kemudian berbalik melirik ke arah Lita, ia mengulurkan tangannya
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Shin yang mencoba membuat Lita merasa lebih baik.
"Su-sudah pasti Kak," balas Lita yang menjawab uluran tangan Shin lalu berdiri.
Disaat Lita sudah berdiri, shin langsung kembali melihat bocah tadi dengan tatapan yang lebih mengerikan dari sebelumnya.
"Bagaimana bisa kau beraninya mem-bully adikku?" tanya Shin yang secara perlahan berjalan ke arah bocah itu yang terus merangkak mundur.
"Me-menanya aku salah? Dia hanya warga miskin yang memiliki kekuatan tidak berguna, hanya bisa menggangu pikiran orang saja dan tak berefek sedikitpun ke tubuh. Dia adalah sosok yang tak pantas di sini!" teriaknya yang masih dengan sangat berani menjawab.
Darah Shin semakin naik. Ia secara tiba-tiba memunculkan tombaknya dan menancapkan di sela-sela kaki bocah itu.
"Hiiii," responnya yang merasa sangat ketakutan.
"Sekali lagi kau merendahkan adikku maka kujamin ...."
Perkataan Shin terhenti, ia baru sadar bahwa kerumunan di sekitarnya mulai mengambil jarak mundur, karena saat itu seseorang datang.
Orang itu tanpa pikir panjang melempar pedangnya ke Shin, shin mengambil tombaknya tadi dan menangkis lemparannya. Bersamaan pedang itu terbang ke langit karena tangkisan Shin, tombak Shin menghilang.
Shin dengan mata kesal melirik sumber serangan.
"A-abang! Haha, mampus sekarang kau! Abangku adalah yang terkuat di antara perantara umur 19-22."
Shin hanya melirik ke bocah tadi karena ia terdengar berbicara.
"Apa yang kau lakukan pada adikku?" teriak laki-laki itu yang tampak panik.
Shin menyeringai, ia kemudian mengambil botol air tadi di lantai. Lalu menyiramkannya ke bocah itu. Shin membalikkan apa yang telah ia perbuat pada adiknya.
"Hentikannn!" teriaknya lagi sambil berlari ke arah Shin dengan pedangnya.
Mendengar itu, semua orang semakin mundur untuk mengindari efek pertempuran. Tapi, di saat orang-orang akan berfikir Shin akan menghindari serangan laki-laki itu. Perkiraan mereka semua salah!
Daaar! Terjadi ledakan aura yang kuat dan anginnya dapat di rasakan semua orang. Di situlah Shin terlihat menangkis pedang si laki-laki itu dengan satu tangan.
Mata Shin langsung melihat ke dalam matanya, hawa membunuh dan seperti di tatap ribuan mata terasa olehnya.
Namun, laki-laki itu tetap tegar. Ia loncat mundur, beberapa saat kemudian pedangnya entah kenapa terlihat seperti di kelilingi angin. Tapi Shin kali ini bahkan lebih marah dari sebelumnya.
Shin tak segan-segan menggunakan armor kristal di bagian tangannya untuk menangkis serangan laki-laki itu lagi dengan satu tangan.
Tapi, kali ini Shin langsung menghancurkan pedangnya. Kekuatan yang laki-laki itu dapatkan sebenarnya adalah mengendalikan angin di sekitarnya dan mempertajam senjata apapun yang ia pegang. Bagaimana bisa kekuatan laki-laki itu yang dapat memotong besi seperti memotong tahu dihentikannya hanya seperti ini.
Semua orang kaget dan kagum, tapi perasaan mereka semua tertutup dengan perasaan ketakutan akan sosok yang menakutkan di hadapan mereka ini.
Kini, kedua adik kakak itu terjatuh di lantai dan duduk ketakutan. Mereka bahkan sampai tak memiliki kekuatan lagi untuk berbicara.
"Cukup sampai situ!" terdengar teriakan seseorang yang menggema.
Karena teriakan seseorang itu sangat murid-murid disana kenal. Mereka semua Langsung lari berpencar dan menjauh.
Mereka adalah sistem keamanan yang menjaga ketertiban di akademi dan melarang pertempuran antar murid di luar arena.
Beberapa saat kemudian, disaat disana hanya tersisa Shin, Lita dan kedua adik kakak bodoh itu. Tercipta sebuah pelindung kecil yang mengelilingi area sekitar Shin, tak ada yang bisa keluar, dan area Shin bebas hanya 10 meter dari tempatnya berdiri. Seharusnya begitu.
Saat itu, Lita menunduk resah. Ia pun menangis.
"Ma-maaf kak, aku selalu saja membawa masalah padamu. Aku, aku terus saja seperti ini. Kau terus menyelamatkanku semenjak aku kecil dan akhirnya kau yang menerima semua hukumannya. Aku, aku hanya seorang adik yang tak berguna dan selalu membawa masalah pada kakaknya," tangis Lita yang benar-benar menggigil ketakutan dan merasa panik.
Shin berjalan ke arah Lita, ia kemudian mengelus-elus kepalanya dengan sangat lembut.
"Lita, kemari." Shin membuka tangannya.
Mendengar itu, Lita langsung memeluk Shin erat lalu menangis deras.
"Hwaaaaa, maaf kakak!"
"Hey Lita, apakah kau melupakan kata-kata kakak dulu? Kakak tak peduli kau pembawa masalah atau bukan, selama kau hidup dengan bahagia itu sudah cukup untuk membuat kakak senang kok," ucap Shin sambil mengelus-elus kepalanya.
Lita terus memeluk Shin erat dan menangis.
Disaat itulah 3 orang muncul.
"Wah, wah. Sangat mengharukan ya, tapi sayangnya itu semua akan berakhir di sini." Salah satu orang keluar dari bayangan sambil bertepuk tangan.
Kemudian kedua orang lainnya keluar dari belakang orang itu.
"Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kita mulai hukuman penyiksaanmu?" ucap mereka berdua.
"Hooo? Apakah kau pikir kau bahkan akan bisa menyentuhku?" ucap Shin yang menatap mereka bertiga.
"Haha, tentu saja. Karena kau tidak mungkin akan bisa keluar dari sini, bagaimanapun 3 lawan 1 tentu saja kami akan menang," jawab sang pemimpin dari mereka bertiga.
Tapi, mereka benar-benar kaget saat tiba-tiba saja pelindung yang sangat kuat itu hancur.
Disaat kejadian ini semua dimulai, Shin memanggil kelima Five Prefix yang dekat di sekitar sini untuk datang.
Dan disitulah, ke 4 orang Five Prefix dan lagi-lagi kecuali Kevi muncul dari arah kiri 2 orang dan belakang orang-orang itu 2 orang.
"Ba-bagaimana bisa, pelindungnya hancur?" Ketiga orang itu bahkan di acuhkan oleh ke 4 orang yang baru datang.
Shin langsung memasang aura yang benar-benar mengerikan. Ke 4 orang itu dengan buru-buru tunduk di depan Shin.
Tapi, mereka bahkan tak berani untuk mengangkat kepalanya. Karena aura mengerikan dari kemarahan Shin bahkan semakin bertambah buruk.
"Hey," panggik Shin pelan namun memiliki aura tekanan yang sangat mengerikan.
"Ya master!" Akhirnya mereka berani melihat ke Shin karena paksaan.
Mereka berempat melihat adiknya Shin, Lita. Sedang menagis di pelukan Shin. Ia tampak benar-benar kacau. Rambutnya sangat kusut dan kotor, bejunya bahkan ada bekas tapak sepatu, ia juga tampak basah kuyup.
Menyadari bahwa keluarga satu-satunya Shin bisa-bisanya di bully dan menderita lagi seperti ini membuat Shin sangat marah.
"Apakah kalian sudah sadar situasinya?"
"Ya master!"
"Kalau begitu, aku bertanya. Kenapa satu-satunya adikku bisa mendapatkan perlakuan seperti ini? Apakah kalian lupa aku bilang kalian harus memperlakukan dia dengan spesial. Dan kenapa tidak ada satupun anggota Silance Sistem yang melindunginya? Padahal aku merasakan ada beebrapa di kerumunan tadi."
"Ma-maaf. Itu, kami ...."
"Sudah, tak usah di jawab."
Ke empat orang itu kini benar-benar merinding, mereka bahkan dengan reflek menunduk dan tak berani melihat wajah master mereka. Mereka benar-benar terbayang apa yang terjadi saat Shin marah.
"Kuberikan kesempatan terakhir. Aku akan membawa adikku untuk membersihkan dirinya, lalu membelikan pakaian baru untuknya. Setelah itu, aku tak ingin mendengar adikku mendapatkan situasi seperti ini." Shin mengucapkan kalimatnya dengan penuh hawa membunuh untuk penekanan.
Karena itulah, mereka ber 4 bahkan tak dapat mengucapkan kata-kata apapun karena begitu takut.
"Apa kalian dengar?" Shin dengan sangat marah meninju ke dinding di sebelahnya. Bahkan efeknya tembus menuju ujung gedung yang lainya.
"Kami dengar master!"
"Kalau begitu, kuserahkan semua masalah disini pada kalian sebagai hukumannya. Selesaikan dengan benar-benar tuntas."
"Pastinya!"
"Bagus." Shin kemudian memukul leher Lita untuk membuatnya pingsan.
Shin mengangkat tubuh Lita dan secara perlahan berjalan melewati lubang yang ia buat.
Tak lama kemudian, Shin pun menghilang.
"Haaaaahhh!" desah mereka berempat yang langsung terduduk di tanah.
"Kita benar-benar beruntung ya," ucap Lena sambil menatap Shin yang pergi.
"Yah, lagian itu juga karena sifat kakak yang dasarnya pemaaf," tambah Veila yang kemudian langsung bangun dan membersihkan pakaiannya.
Melihat itu, ke empat orang lainnya ikut bangun.
"Beneran deh, bagaimana bisa kita melakukan kesalahan besar seperti ini ..... Haaah, hari yang sial," desu Ella setelah semua orang berdiri.
Lalu, ke empat orang itu menatap lubang besar yang di ciptakan Shin.
"Kapan ya, kita bisa melakukan semua hal secara sempurna seperti master," tambah Pedra.
Semua orang langsung menyahut.
"Apakah kita bisa?"
"Hahaha."
Mereka berempat lalu tertawa bersama.
Ke 3 orang itu dengan menggigil mendekati mereka berempat.
"Ke-kenapa ke empat sosok besar seperti kalian tunduk padanya?" tanya orang yang paling depan.
Ella langsung melirik dengan tatapan kesal.
"Memangnya kau berhak apa untuk bertanya?" Ella lalu berjalan melewati ketiga orang itu meninggalkan gedung K.
"Jika kita sial tadi, membutuhkan ketujuh orang yang membangun zakaerta untuk menahannya," tambah Lena yang lalu mengikuti langkah Ella meninggalkan gedung K
"Ta-tapi, dengan bantuan kalian ber-empat bukankah kemenangan sudah terjamin?" ucap ketiga orang itu lagi yang merasa kebingungan.
"Hah, dasar. Apakah tadi Lena bilang mereka akan mengalahkannya, bahkan tidak setengah kekuatan master akan terkuras melawan mereka," sahut Pedra yang ikut berjalan.
Mereka bertiga terdiam.
"Cih, dasar orang-orang dewasa yang sangat bodoh. Lagian bagaimana mungkin kami melawan master sendiri." Veila kini ikut berjalan mengikuti langkah yang lainya.
Mereka bertiga terdiam mematung. Ke empat orang itu kini sedang mengurus masalah yang terjadi.
***
"Jadi, begitu ceritanya ...." Shin duduk di atas kasur bersebelahan dengan Kevi. Dia baru saja menceritakan semua kejadian tadi.
"Haah, begitu ya. Turut sedih dengarnya. Kalau begitu ayo Lita, ikut kakak mandi," ajak Kevi yang saat itu langsung berdiri.
"Ba-baik kakak ipar," balas Lita yang langsung ikut berdiri.
"Eeehhh?" teriak Shin dan Kevi serentak.
"Tunggu-tunggu. Hubungan ...." Tiba-tiba saja, sebelum mulutnya belum sempat berbicara langsung di tutup oleh Kevi.
"Haha, itu benar. Ayo langsung ke kamar mandir," ajak Kevi yang menarik tangannya. Ia tampak benar-benar bahagia.
"Haaaah," hela Shin panjang dan berbaring di atas kasur.
"Hari yang panjang," tambahannya.
Beberapa saat kemudian ia dengan panik bangun.
"Oiya! Motorku!!" teriaknya dengan bodoh yang langsung lari keluar dari kamar hotel.
Shin lupa ia meninggalkan motornya di parkiran akademi.
>>Bersambung<<
~Higashi