webnovel

Bab 4: Menyelamatkan kecantikan 1.

Leng Su malang yang tidak digubris hanya bisa tidur di depan pintu sembari memeluk selimut dengan erat, jujur saja dia merasa takut akan kegelapan. Jika di masa lalu, kakak pertama akan tidur bersamanya dan menjaga dia sampai esok harinya, tetapi kini dia sendirian dan takut, hanya bisa meringkuk gemetar di tempat sebelum rasa kantuk menjemput kesadarannya.

Malam itupun berlalu dalam keheningan yang damai.

***

Lingwei dengan santai berbaring di atas tubuh besar harimau, mulutnya terus bergerak dan sibuk mengunyah sebatang tebu yang entah darimana ia dapatkan. Sesekali dia juga akan menggumankan kata-kata acak yang terdengar aneh bagi harimau.

"Ah, hutan ini masih sangat alami dan udaranya sangat sejuk, segar tanpa tercemar oleh polusi. Sangat berbeda dengan suasana pengap di Ibukota yang kutinggali sebelumnya, hmm. Mungkin saja di masa depan, aku akan merasa betah untuk tinggal di sini."

"Kecil, kau mengingatkanku pada kucing imut serta penurutku di kehidupan lampau. Ah, aku merasa begitu rumit!"

"Kecil, kira-kira apakah nanti aku dapat kembali di masa lampau? Hmm, rasa-rasanya lebih menyenangkan untuk hidup di sana. Huft, novelku masih belum kurampungkan, pasti para pembacaku bakalan protes."

"Aku kangen dimarahi mereka. Kangen juga sama kekasih sialan itu yang terus saja mengirimiku bunga tidak berguna. Hah! Bagaimana caranya aku bisa terdampar di sini?"

"Aku sangat merindukan ponsel, laptop, televisi serta internet!"

Harimau yang diajak ngobrol, tetapi tidak tahu apa yang sedang diobrolkan hanya bisa diam dan memutar bola mata kesal.

"Ck, apa gigimu sakit? Atau tenggorokanmu tersumpal kapas? Kenapa kamu tidak menjawab semua pertanyaanku? Hey!"

Harimau yang disumpahi untuk beberapa penyakit dan kemalangan hanya diam mengabaikannya dan terus fokus pada jalur di depannya.

Lingwei yang terabaikan hanya merasa sedikit kesal, terus mengunyah tebu dan menebarkan sisa seratnya di tanah, membentuk jejak untuk ditelusuri ketika kembali nanti.

"Hmm, apakah masih jauh?" tanyanya dengan nada bosan.

"Ya, masih setengah hari lagi." Akhirnya si harimau menjawab. Lingwei segera menegakkan tubuhnya dan memiliki ekspresi senang yang sangat berlebihan pada wajah kecilnya, sembari berteriak, "Wow, kecilku akhirnya bersuara! Ini sungguh-sungguh keajaiban! Apakah ini pertanda bahwa akan ada peristiwa menarik yang akan terjadi? Ah, aku sangat senang!"

"Enyah!" geram harimau dengan perasaan agak jijik.

Lingwei terkikik geli lalu menabok kepala harimau sembari berkata, "Oh ayolah, kau begitu pemarah dan sengit! Kenapa kau tidak bisa melihat kegembiraan dan ketulusanku untuk menghiburmu? Kecil, aku sangat mencintaimu!"

Harimau mendengus jijik dan berpaling, namun tanpa disadarinya, sudut bibir telah terangkat sedikit. Meskipun anak itu selalu bersikap menyebalkan, tetapi tingkahnya kadang menghibur hatinya juga.

Apalagi setelah penandaan kontrak Tuan-Budak kemarin, keduanya kini memiliki ikatan batin yang kuat dan dapat saling berkomunikasi serta merasakan suasana hati pihak lain. Itu juga memudahkan keduanya untuk saling memahami temperamen yang lain.

Lingwei memegang setengah ruas tebu dan mengerutkan alis, menengok kanan dan kiri lalu ke segala arah. Berguman, "Aneh, kenapa rasanya ada penipisan udara di sebelah sana. Eh, kecil. Apa kamu merasakannya juga?"

Harimau mengangguk setuju dan berhenti sejenak. Bertanya dengan sedikit ragu. "Apakah, Tuan akan melihatnya?"

Lingwei mengetuk dagu beberapa kali seolah tengah memikirkan sesuatu, lalu menyetujui perkataannya dengan antusias.

"Ayo pergi!"

***

Beberapa pria tengah terlibat pertarungan yang sangat sengit, sesekali udara akan berfluktuasi di sekitar menyebabkan kekacauan parah disertai beberapa ledakan dan akhirnya merusak vegetasi yang tumbuh di tanah area tersebut.

Deru gesekan benda tajam beserta teriakan marah terdengar di antara pertempuran sengit mereka.

"Sial! Menyerahlah pada kematianmu! Kenapa mesti repot-repot melawan, hanya menghabiskan waktu berharga kami saja, tsk!" Pria berpakaian hitam yang sepertinya menjadi pemimpin kelompok assasin mencibir.

Que Ya, seorang pria berwajah poker yang kini dalam keadaan berantakan dan berlumuran darah, hanya diam saja menanggapi ejekan serta provokasi dari pihak lain.

Dia tidak peduli akan segala omong kosong yang terlontar dari pihak lain, tatapan tajamnya terus menimpa musuh di depan dengan sangat sengit seolah dia berharap, bahwa tatapan itu dapat menghancurkan lawannya hingga berkeping-keping!

Tangan yang mencengkeram pedang sedikit gemetar akibat melemahnya kekuatan di dalam tubuh, tetapi Que Ya keras kepala, memutuskan untuk tetap berdiri tegak tanpa menyerah sedikitpun!

Karena, ada seseorang yang sangat membutuhkan kedatangan serta bantuannya segera. Jadi sekuat tenaga dia akan terus berjuang dan bertahan hidup!

Mo--sang penjaga bayangan milik Qie Ya yang tersisa, hanya terkekeh muram di samping sang tuan dan berkata dengan nada rendah, "Bermimpilah! Kau para bajingan rendahan yang hanya tahu cara menggertak dan mengeroyok kami yang lemah. Sial! Saya tidak akan membiarkan kalian semua berhasil menyakiti Tuanku lebih jauh lagi!"

Mo, segera mengumpulkan semua kekuatan internalnya dan berencana untuk melakukan serangan fatal terakhir.

Pria berpakaian hitam yang berjumlah 6 orang hanya mencibir remeh melihat tindakan konyolnya. "Lihatlah tikus putus asa itu! Hahaha, dia kira dengan kekuatan kecilnya itu dapat menyakiti kita. Bah, bermimpilah kau bocah!"

Keenam pria itu segera menggabungkan kekuatan guna menyerang dan mengakhiri pertempuran itu secepatnya. Walau bagaimanapun juga, waktu mereka sangat terbatas.

Que Ya dengan pahit menatap Mo.

Hatinya terasa sakit melihat pengorbanan dari hambanya yang paling loyal itu, namun keadaannya sendiri tidak memungkinkan untuk mencegah ataupun melindunginya.

"Uhhuk."

Que Ya tiba-tiba batuk dan muntah seteguk darah akibat luka internalnya yang terasa semakin parah dan bergejolak.

Mo melirik padanya dan wajahnya semakin tenggelam dalam kesusahan. Tuannya yang selama ini dia rawat dan perhatikan dengan sangat hati-hati, harus dipaksa hingga ke dalam kondisi mengerikan antara hidup dan mati. Dan alasan dibalik semua kebiadaban ini adalah ...

"Tuan! Cepatlah pergi jauh dariku! Saya akan berusaha untuk menunda waktu mereka, pergilah dan berusaha untuk tetap selamat serta hidup!" teriak Mo, dengan nada tegas.

Que Ya merasakan perasaan hangat dalam hatinya, dengan menggenggam baju pada bagian dada, dia menutup kelopak mata pasrah dan berkata, "Pergi ke mana?"

Ya, ke mana dia bisa pergi dari cengkeraman serta pengepungan para pembunuh hebat itu?

Satu-satunya jalan adalah menyerah pada kematian. Que Ya menyadari situasinya dan hanya bisa mengucapkan kata terakhir dengan suara lemah. "Terima kasih, Mo. Selamat tinggal, ayah. Putramu tidak bisa berbakti untuk membawa kembali obatmu."

Mo membelalakkan matanya dan menyaksikan tubuh tuannya jatuh ke tanah.

"Tuan!"

Kekuatan yang dihimpunnya tadi segera menghilang diiringi seteguk darah yang merembes dari mulutnya. Terhuyung-huyung kakinya bergerak mendekati Que Ya dan segera bersimpuh di sampingnya, tatapannya menjadi kosong tak bernyawa dan pikirannya sangat kacau. Melihat kondisinya, dia bahkan mungkin tidak peduli lagi dengan segala sesuatu di sekitar.

Termasuk ancaman kematian dari para assasin itu yang kini telah meluncurkan serangannya dengan ganas.

***

Lingwei bertanya-tanya dalam persembunyiannya, tak jauh dari lokasi, "Haruskah aku menyelamatkannya? Hmm, mungkinkah ini akan menjadi hal yang sering disebut dengan kisah klasih dari 'Pahlawan menyelamatkan kecantikan'? uh, baiklah!"

"Dia itu pria, bagaimana bisa kamu menyebutnya sebagai kecantikan? Lagipula apa yang kamu tahu tentang kecantikan, bukankah anak kecil sepertimu hanya tahu bahwa semua orang itu cantik, huh!" Harimau mengejek.

'Anak kecil' itu seketika mengamuk karena dipandang rendah dan disebut sebagai 'kecil', dengan sedikit tenaga dia menampar kepala harimau hingga pihak lain terlontar jauh ke depan!

Lalu dia mengomel sengit, "Hah! Berani kau mengataiku anak kecil! Kau yang kecil. Seluruh keluargamu kecil!"

'Bamm!"

Tanpa diduga, tamparan 'lembutnya' telah melemparkan si putih ke tempat 6 pria jahat berdiri dan menghancurkan mereka sekaligus menjadi bubur!

Debu beterbangan di sekitar dan membuat hidung Lingwei tergelitik.

"Hatchiii!" Dia bersin dengan keras.

Angin kencang bertiup menghantam bola energi sengit yang dilontarkan oleh keenam pria assasin, seketika mengalihkan arah serangan itu ke arah lain, tepat sebelum jarak satu kaki di depan Mo.

Berhasil menyelamatkan keduanya dari nasib menjadi daging patty.

***

"Apakah dia masih hidup?"

"Kurasa tipis kemungkinan."

"Ck, sayang sekali! Baiklah kalau begitu, cepat kau gali 2 lubang ukuran 3 meter kali 1½ meter dengan kedalaman 6 meter, masing-masing."

"Untuk apa?"

"Kau ini bodoh sekali! Tentu saja itu untuk mengubur tubuh keduanya. Sangat disayangkan jika kecantikan itu dimakan oleh binatang buas nantinya! Huft. Kau ini sama sekali tidak mengerti betapa beratnya hatiku untuk melepaskan kecantikan pertama yang kutemui dan memiliki nasib tragis seperti ini." Lingwei memasang wajah cemberut yang amat menyedihkan.

Harimau mengangguk setuju lalu mulai menggali lubang sesuai instruksi. Takut menyinggung perasaan sang tuan lebih jauh lagi.

Dua pria sekarat yang dibuatkan lubang kubur "..."

Setengah sore kemudian, dua maha karya menyedihkan telah tercipta. Saatnya untuk 'memakamkan' dua kecantikan.

Gadis kecil itu mengerutkan wajah penuh keengganan dan akhirnya menghela napas berulang.

Sebuah cangkir bambu berisi air dingin tiba-tiba muncul di tangannya dan dia dengan rakus meneguk air hingga tersisa setengah.

"Ah, air ini benar-benar terasa sangat segar! Semua rasa dahaga langsung hilang. Wah, benar-benar ajaib!" sorak Lingwei dengan penuh semangat.

"Air." Suara lemah dan serak terdengar dari mulut Que Ya, tanpa sadar memohon beberapa tetes darinya.

Gadis kecil memiringkan kepalanya dan mengerjap beberapa kali, seolah memastikan bahwa suara itu tadi bukan hanya ilusi.

***