webnovel

Bab 2: Kontrak pertama.

Lingwei, adalah nama dari anak kecil yang kini ditempatinya. Merupakan anak ketiga dari keluarga miskin yang hidup di antara perbatasan bagian luar dan tengah hutan.

Hutan 3 musim, itulah nama wilayah yang ditinggalinya itu.

Hutan itu memiliki 3 bagian wilayah dan tingkatan yang berbeda, yaitu bagian luar atau kaki gunung, di mana ada berbagai makhluk hidup berupa hewan biasa dan juga tanaman liar normal lainnya.

Bagian tengah, terdapat berbagai binatang buas roh mutan dan juga beberapa jenis tanaman langka berada.

Di area ini terdapat pancaran aura Qi yang cukup lemah, sehingga makhluk yang tinggal dapat tumbuh dengan cara tidak normal dan akhirnya menjadi binatang roh yang berada pada tingkatan rendah.

Sedangkan bagian inti hutan adalah wilayah terlarang bagi para manusia lemah, dan juga hampir yang tidak pernah terjamah oleh tangan manusia. Pasalnya, telah beredar desas-desus sejak lama di kalangan masyarakat umum, bahwa area itu dihuni oleh berbagai ras binatang roh buas yang akan dengan ganas membasmi semua "Tamu" berbentuk apapun, tanpa pandang rasa ampun.

Meski begitu, keluarga Lingwei tetap berani untuk tinggal di hutan yang dipenuhi dengan berbagai hewan buas dan juga binatang roh.

Untuk alasannya sendiri, Lingwei tidak tahu. Tetapi di dalam hati dia terus mengeluh.

Lingwei ini memiliki orang tua tunggal yang merupakan seorang ibu berkemauan keras, diu kakak yang sangat memanjakannya dan juga memiliki adik lelaki berusia 7 tahun yang memiliki temperamen tengil serta nakal.

Kehidupan begitu sulit dijalani dengan hanya mengandalkan segala hal dari yang tersedia di sekitar hutan, meskipun dalam logikanya, seharusnya tempat itu merupakan tempat terbaik dalam persediaan sumber daya.

Hanya saja, semua itu menjadi mustahil akibat keberadaan penghuni lain yang lebih besar dan kuat dari mereka para manusia biasa. Selain untuk saling berebut sumber daya makanan, mereka juga harus selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman para makhluk buas tersebut yang akan menyerang secara tiba-tiba.

Itu adalah salah satu syarat dan juga fakta penting demi mempertahankan kehidupan kecil mereka, di dalam hutan tersebut.

Lingwei benar-benar tidak mengerti, mengapa keluarganya bersikeras untuk menetap di tempat berbahaya ini? Bukankah akan lebih baik dan aman jika mereka tinggal di pedesaan saja?

Menggeleng kepala dan mendesah kecil. Lingwei kembali mengamati tubuh serta identitasnya.

Dia hanyalah seorang anak berusia 8 tahun, dengan tanda lahir merah mengerikan di sisi wajahnya, tanpa kekuatan untuk mengolah tubuh, memiliki konstitusi tubuh yang sangat lemah dan sakit-sakitan, hanya bisa bergantung hidup dari para anggota keluarganya.

Sampah!

Tak berguna!

Sumber masalah!

Beban!

"Ah, ptui! Betapa menyebalkan tubuh baru ini. Aku adalah seorang wanita dewasa dengan bakat yang gemilang di masa lalu, kenapa sekarang harus menempati sampah ini! Hey, kau yang membawaku kesini! Ayo kita bicara tentang kehidupan!" rutuk Lingwei dengan wajah terdistori menatap langit dan, mengacungkan jari tengahnya.

Dia sangat marah dan merasa frustasi dengan dunia aneh yang harus ditempatinya ini.

"Ahhem." Harimau putih berdehem sejenak untuk mengambil alih perhatian Lingwei.

Namun hanya mendapat respon sebuah lirikan remeh serta cibiran pedas dari anak itu, "Apa? Tenggorokanmu tersangkut ranting kayu atau duri ikan, atau ada kerikil di sana, huh! Kenapa kamu tidak berubah sekarang juga? Tidak berguna."

Ada bunyi retakan imajiner di kedalaman hati harimau besar, setelah mendengar tutur kata anak itu.

Ah, memang benar bahwa saat ini dia tidak mampu untuk berubah, karena beberapa bulan yang lalu ia mendapat luka yang amat parah pada inti rohnya, dan mengakibatkan menurunnya tingkat kultivasi dan melemahnya kekuatan.

Di dunia ini, setiap binatang buas yang telah mencapai tahap 9 tingkatan akan mampu berubah menjadi manusia dan menjadi eksistensi terkuat di negara bagian ini.

Tingkatan kultivasi pada binatang buas dibagi menjadi 13 tingkatan. Tingkat 1-3 adalah yang paling lemah dengan kecerdasan seorang anak kecil.

Tingkat 4-6 adalah peringkat sedang, memiliki kekuatan yang agak kuat dengan kecerdasan seorang remaja labil.

Tingkat 7-9 adalah tingkat yang cukup kuat dengan tingkat kecerdasan remaja mantap.

Tingkat 10-13 adalah yang terkuat, mereka mampu menjadi seorang pemimpin ras dan memiliki kecerdasan bijak.

Ada juga tingkat di atas itu, yang disebut dengan 'Ras ilahi' tetapi binatang buas tipe itu tidak ada di negara tersebut.

Harimau awalnya berada pada tingkat 9 awal, dia dipuja dan dihormati oleh semua rekan dalam rasnya, tetapi semua berubah dalam sekejab mata. Sejak hari yang pahit itu di mana dia terluka dan jatuh pada ketidakberdayaan, tanpa ragu dia diusir dari kelompoknya diiringi dengan cemoohan dan kehilangan semua kebaikan masa lalu.

Putus asa akan keadaannya namun tidak mampu berbuat apa-apa. Dia terpaksa meninggalkan identitas mulianya dan akhirnya mengembara sebagai binatang buas biasa yang dipandang rendah.

Dia agak menyesal akan kecerobohan dan sikap tidak sabaran yang dimilikinya di masa lalu, hatinya terkepal erat tidak nyaman, mengingat semua kepahitan itu.

"Ck, malah bengong saja. Betapa menyebalkannya! Ayo sini, bawa aku kembali ke pondok kayu." Lingwei memutar bola mata kesal karena diabaikan harimau itu, lalu  berdiri dan berusaha untuk naik ke atas punggung harimau.

Hanya saja, tatapan Lingwei tiba-tiba terarah pada suatu objek kecil tidak jauh dari posisinya kini. Kakinya terayun berbalik arah, dengan ringan mendekati hal itu. Membungkuk sedikit dan segera tangannya terulur mengambil hal kecil itu, lalu mengamatinya sekilas.

"I ... itu ... itu." Harimau tergagap dengan linglung ketika melihat hal kecil di tangan Lingwei. Namun segera semangat kegembiraan melanda hatinya, dia mendekati Lingwei dan hendak menjelaskan apa benda itu.

Hanya saja ekspresinya seketika berubah hancur setelah mendengar gumanan anak itu.

"Itu adalah ro ...."

"Hah! Ini tunas pohon apa ya? Bentuknya aneh dan sepertinya tidak berguna karena ada di area hutan miskin ini. Seharusnya dia ditanam pada lahan yang lebih sedikit terdapat pohon. Atau ... Hey, kecil. Ayo cari lebih banyak lagi tunas jenis ini dan memasaknya kemudian, aku sangat lapar!" ucap Lingwei sembari mengusap perutnya dan menunjukkan wajah polos.

Awalnya dia ingin membudidayakan tunas aneh tersebut, tetapi mengurungkan niatnya setelah merasa lapar.

Harimau mengalami perasaan runtuh ketika menatap anak kecil itu, dalam hati dia mengeluh kepada nasib buruknya dan meratap penuh kesedihan, "Oh, kenapa aku bertemu dengan anak bodoh ini? Itu adalah roh pohon, roh pohon yang berharga! Bagaimana bisa dia ingin memasak dan memakannya? Wooo."

Lingwei mengangkat bahu tak peduli ketika melihat harimau itu memegangi kepalanya dan berguling-guling di tanah seperti kesurupan, dan hanya mencibir kesal, "Cih. Sok bersikap manis. Aku tidak akan pernah jatuh pada trikmu itu, ayo cepat antar aku kembali!"

Harimau berhenti bergerak, lalu menatap lekat pada anak itu untuk sesaat. Namun tak berani untuk menyuarakan beberapa pertanyaan yang telah memenuhi kepalanya, dia masih takut kepada tamparan super yang dimiliki anak itu, oke.

Pada akhirnya, dua sosok putih dan anak kecil yang berbaring di punggungnya, kembali ke arah gubug dengan cara yang santai. Lingwei tertidur dan bermimpi aneh, tangan kanannya berpegang pada leher bawah harimau dan tangan kiri memegang tunas pohon.

"Cick!" bunyi tunas yang menggerakkan daun mudanya, lalu menghilang dari genggaman tanpa ada yang menyadari.

Saat itu pula, sebuah sinar merah muncul dari area telapak tangan kanan yang memegang tubuh harimau, naik ke atas kepala Lingwei, lalu terpisah menjadi dua bagian. Satu segera terbang ke dahi harimau, lalu sisanya ke dahi anak itu.

Segera sebuah tanda kontrak Tuan-budak selesai tercipta di antara keduanya.

Harimau menegang sejenak akan peristiwa itu, matanya memerah galak karena amarah hampir meledak dari tubuhnya dan ingin rasanya dia menghancurkan anak kecil di punggungnya hingga tak bersisa.

"Beraninya bocah sampah ini mengikat kontrak rendahan padaku!" geramnya dengan mata memerah kejam.

"Cick!" Sebuah suara kecil tiba-tiba muncul dalam benak harimau dan berhasil meredakan amarahnya secara ajaib.

Dia memejamkan mata sekilas, lalu kembali berjalan menuju pondok kayu tempat tinggal Lingwei berada. Setengah hati menerima nasib buruknya.

Lingwei tersenyum tipis dalam tidurnya.

   ***