webnovel

Real Friend

Aku tidak tahu sebanyak apa orang membenci ku, aku pun tidak peduli dengan orang-orang terdekat ku yang tidak menganggap ku, karena pada dasarnya mereka semua sama, sama-sama akan menghilang. Jika aku diciptakan untuk merasakan cinta itu semua salah, cinta dari orang-orang terdekat ku pun aku tidak pantas untuk mendapatkannya, dan tidak akan pernah merasakannya, kecuali dari wanita yang melahirkanku dan sahabatku. tidak tahu kenapa aku harus menyukai dan mencintainya, kenapa harus sahabatku sendiri padahal banyak manusia diluaran sana. Entahlah aku pun tak mengerti, biarkan semua berjalan dengan sendirinya. Inilah kisah ku, kisah seorang wanita remaja yang jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri.

Meritaadelinaa · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
21 Chs

#18

Yuan terkejut melihat Bryan berada di dalam rumahnya sedang menonton TV, Yuan masih kesal pada Bryan tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa, menurut Yuan tatapan Bryan sangat aneh.

" Bintang sini masuk " ajak Yuan dan di angguki bintang.

" Itu siapa? Pacar Lo? " Tanya bintang heran.

Yuan hanya menggeleng pertanda bukan " dia sahabat gue, silahkan duduk " perintah Yuan lagi-lagi bintang menganggukinya.

" Mamah Yuan pulang " teriak Yuan membuat Bryan menatapnya.

" Berisik!! " Ucap Bryan.

Yuan mengangkat alisnya, yang tuan rumah disini siapa? Ko dia yang tidak suka, " terserah gue! Rumah-rumah gue " balas Yuan kesal.

" Ini rumah mamah Lo kalo Lo lupa " ujar Bryan jengah melihat Yuan, Bryan melirik kearah samping yang tak lain adalah bintang, bintang yang di tatap hanya santai.

" Emang " balas Yuan santai.

" O Iya lo tunggu sini bentar ya bin, gue mau ambil barangnya dulu " ucap Yuan dan di angguki oleh nya.

Yuan mengambilnya di ruang kamarnya, ia sempat ragu, pasalnya Bryan mengetahui ini yang ia beli waktu jalan-jalan ke pantai Minggu lalu. Tetapi Yuan tak peduli.

Sedangkan diruang TV dua makhluk itu sedang saling pandang tak suka, bryan yang menatap bintang dengan tajam, begitupun sebaliknya bintang tak mau kalah tajam menatap Bryan.

" Lo siapa? Pacar Yuan kah? " Tanya bryan tetap dengan tatapan tajamnya.

Bintang tersenyum miring " bukan urusan Lo " balas bintang dingin.

" Ya jelas urusan gue, Yuan sahabat gue! " Jawab Bryan penuh penekanan.

" Gue udah tau " balas bintang tengil membuat bryan tak ingin menanggapinya lagi, tetap dengan tatapan tajam masing-masing.

Yuan yang mendengar perdebatan mereka hanya geleng-geleng kepala, seperti anak kecil saja mereka beradu mulut, Yuan yang berada di antara mereka hanya diam, maksud mereka apa saling tatap menatap dengan tajam jika bukan Karena tidak suka.

" Mau sampe kapan tatap tatapan terus " ujar Yuan menyadarkan mereka.

Bryan dan bintang mengarahkan pandangnya pada Yuan, saat ini Yuan seperti sedang berada di pengadilan di tatap dengan tajam oleh keduanya. Kenapa sekarang Yuan yang ditatap tajam oleh keduanya apa salahnya.

" Nih barang Lo " ucap Yuan menengahi tatapan mereka dengan mengulurkan barang itu kepada bintang.

Bintang menerimanya " makasih Lo udah tanggung jawab, gue balik " ucap bintang sambil memasukkan benda itu kedalam tasnya.

" Inget gue Nggak ngehamilin Lo kalo Lo mau tau!! " Balas Yuan kesal dengan bintang, bintang hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Bryan yang sejak tadi melihat Yuan hanya jengah, sepertinya Yuan tak tertarik dengannya, Yuan yang merasa di perhatikan menoleh pada Bryan, Yuan memerhatikan Bryan sebentar lalu menggerakkan bahunya acuh kemudian ia beranjak dari tempat duduknya ingin menuju kamarnya, entah mood nya jadi tambah kacau dengan keberadaan Bryan sekarang. Tangan Yuan di tarik oleh Bryan agar duduk di sampingnya, Yuan yang mengerti lalu duduk kembali dengan malas.

Yuan menautkan kedua alisnya " Lo marah sama gue?? " Tanya Bryan pada Yuan.

Yuan hanya melihatnya sekilas lalu tatapannya lurus ke depan " sekarang gue tanya sama Lo, Lo marah nggak kalo sahabat Lo berbicara kasar sama lo? " Tanya yuan tetap dengan tatapan lurus.

Perkataan Yuan mampu menohok bryan " kalo sahabat gue salah kenapa harus marah? " Tanya bryan balik.

Yuan melihat Bryan kemudian ia tersenyum getir mengasihani dirinya yang tak di anggap kecuali sebatas sahabat " Lo benar, gue emang salah " balas Yuan dingin.

Bryan ingin sekali marah pada Yuan saat ini.

" Marah aja kalau Lo mau marah " ujar Yuan lebih dingin.

" Lo benar gue emang mau marah, Lo sadar nggak sih Lo itu udah fitnah Nesya selingkuh dari gue, gue Tanya langsung sama dia, bahkan dia kemarin Nggak lagi jalan sama siapapun, Lo tega ya fitnah dia dan Lo aduin ke gue hah? Nggak mempan bagi gue, gue nggak bisa percaya lagi sama Lo, gue nggak mau hubungan gue rusak gara-gara Lo, selama ini gue selalu marahin Nesya kalo dia ganggu lo, gue langsung marahin dia kalau Lo bilang dia selingkuhin gue, emang dia salah apa sih sama lo, gue kecewa sama Lo Yuan!! " Ucap Bryan penuh emosi.

Yuan yang mendengar perkataan Bryan ingin sekali dirinya menangis, bahwa jelas-jelas Nesya disini yang salah. " gue nggak minta buat Lo marahin Nesya saat dia gangguin gue, gue bisa sendiri  ngelindungi diri gue, Nesya emang selalu benar kok Bray, dan Lo pasti selalu percaya sama dia " balas yuan dengan raut wajah yang biasa saja tetap tatapannya lurus.

Bryan mengangguk-anggukkan kepalanya  " ya,, gue akan tetap begitu dan gue lebih percaya sama Nesya yang jelas-jelas pacar gue, dan lo!! Lo Siapa gue? " Ucap Bryan kasar dengan menatap Yuan tajam.

Kali ini Yuan benar-benar ingin menangis, Bryan lebih percaya pada Nesya dari pada yuan, yuan cukup tau disini dia siapa dan posisinya sebagai apa yang jelas-jelas tak dianggap oleh Bryan. Yuan sadar ia salah mencintai seseorang yang tak pernah menganggap dirinya itu lebih jauh menyakitkan.

" Lo kembali benar bray, gue cukup sadar gue siapa? Bahkan orang-orang yang gue sayang Nggak pantas buat gue, dan gue nggak akan pernah pantas merasakan kasih sayang dan cinta " ujar Yuan lirih.

Yuan menatap Bryan dingin " gue membenarkan ucapan Lo tadi, Lo akan tetap percaya Sama Nesya, gue setuju sama ucapan lo, Dan Makasih selalu ada buat gue " ucap Yuan lagi dan lagi dengan wajah yang sangat datar lalu Yuan meninggalkan Bryan yang sedang diam .

Saat ini Yuan berada didalam kamar mandi dengan air yang menyala, Yuan menangis sejadi-jadinya, sekarang ia bebas menangis karena tak akan ada yang mendengarnya. Yuan tak menyangka Bryan mengatakan semua ini, orang yang ia banggakan, orang yang selalu melindungi Yuan disaat apapun itu, orang yang selalu membelanya, orang yang selalu membuat Yuan tertawa, orang yang selalu membuat mood nya bagus, orang yang selalu menghapus air matanya jika ia sedang menangis, semua itu sudah tidak ada lagi di kehidupan yuan, apakah Yuan bisa melupakannya atau malah sebaliknya Bryan yang akan melupakannya.

Yuan yakin semua ini adalah takdir, ia tak bisa merubah skenario yang Tuhan berikan, pasti Tuhan akan memberikannya kejutan untuk esok, ia percaya itu. ia tak boleh terus-terusan menangis.

Yuan kini berdiri menghapus air matanya dan segera membersihkan dirinya.

Setelah beberapa menit Yuan sudah rapi dengan pakaian rumahnya. Ia bergegas untuk mengambil ponselnya didalam tas, ia baru ingat kalau dia Juara satu dalam bernyanyi ia mengambil pialanya untuk di letakkan dilemari kacanya khusus untuk piala penghargaan.

" Gue harus bisa lupain Bryan " ucap Yuan menyemangati dirinya.

" Yuan,," ucap karina tetapi Yuan tak meresponnya , Yuan sedang melamun.

Mamahnya kini mendekatinya " nak " ucap karina sambil menepuk pundak Yuan. Yuan terkejut melihat mamahnya berada disampingnya.

" Iya mah, ada apa? " Tanya Yuan tersenyum.

" Kamu kenapa nak, ko melamun? " Ucap karina balik tanya.

Yuan hanya menggeleng dan tersenyum, tersenyum penuh luka " Yuan nggak papa mah, cuma kecapean aja kok " jawab Yuan seadanya.

Mamahnya mengangguk mengiyakan dan memeluk Yuan, Yuan yang mendapat perlakuan tersebut merasa curiga.

" Mamah tau kamu ada masalah sama Bryan, tadi mamah sempat dengar kalian beradu mulut waktu mamah ingin menyuruh kalian makan bersama, tapi mamah tau kondisinya sedang tidak baik, dan mamah lihat kamu jalan ke kamar mamah tau kamu sejak tadi menahan tangis di depan Bryan, jadi kamu menangis didalam kamar mandi kan?  Mamah tahu semuanya, anak mamah jangan pura-pura kuat ya, mamah siap denger keluh kesah kamu nak, mamah sayang sama Yuan " ujar mamah Yuan panjang.

Yuan kembali menangis dan mengeratkan pelukannya

" maafin Yuan mah udah bohong sama mamah, Yuan sangat berterimakasih sama Tuhan udah kasih Yuan mamah yang sayang dan perhatian sama Yuan, Yuan udah kehilangan papah mah jadi Yuan Nggak mau kehilangan mamah, mamah jaga kesehatan ya, Yuan sayang banget sama mamah " ucap Yuan sambil mencium pipi mamahnya.

Karina yang mendapat perlakuan anaknya seperti ini menjadi ikut menangis, ia tahu bahwa Yuan mempunyai perasaan kepada Bryan, tetapi Yuan menutupinya, ia tahu waktu tak sengaja membaca buku diary yuan Waktu itu.

" Yuan inget ya masih ada mamah yang sangat sayang sama Yuan, mamah akan dukung Yuan untuk meraih cita-cita Yuan, dan mamah akan selalu dukung perasaan Yuan kalu itu benar adanya, lupakan masa lalu dan meraih masa depan yang udah di depan mata, kalau anak mamah belum bisa melupakan masa lalu maka siapkan masa depan untuk meraih cita-cita bersama " balas Karina dan mencium pucuk kepala Yuan. Mereka saling berpelukan seperti tidak ingin terpisahkan.

Sore ini langit gelap karena mendung seakan mewakili perasaan seseorang yang berada di bumi sedang bersedih, kemudian tak lama turun hujan dengan derasnya.

Heyy guys

Jangan lupa untuk membaca cerita aku, beri suara, komen dan share ke temen-temen kalian

Enjoy guys

Salam hangat

meritaadelinaa