webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Cómic
Sin suficientes valoraciones
273 Chs

105.) Beneran

Kami masih dalam suasana gembira.

Ushijima mendatangi ku.

"Terimalah sujud dariku" ucap Ushijima, teman ku yang lain kaget

Ushijima hendak sujud, namun segera ku hentikan, lalu ku suruh dia mengikutiku di menjauh dulu dari kerumunan.

"Hey hey aku kelihatan jelek di mata orang lain jika seperti ini, bisa bisa aku di debat ibuku nanti, lakukan di lain waktu" bisik ku padanya

"Tapi aku sudah berjanji padamu dan kalah taruhan" ucap Ushijima

"Ya siapa peduli aku bukan orang yang pendendam bagi orang yang akan jadi keluarga ku, jadi jangan sujud"

"Tidak bisa, laki laki jika berjanji harus di tepati"

"Kamu ini ku enakan malah minta susah" ucap ku padanya

"Ya Hiyori kata kamu tipe orang yang menepati janji, jadi aku berniat sama"

"Sudah jangan hirukan adik ku itu, nanti saja sujud mu ketika kamu akan menikah dengannya saat kamu minta restu ku" ucap ku sambil menggelengkan tangan

"Eh mana bisa seperti itu"

"Bisa bisa, sudah ya aku kembali dulu" ucap ku lalu berlari menjauh

"Eh.."

.

Kami di luar lapangan bertemu dengan para alumni kami, Takemoto san datang juga bersama dengan 5 senpai lainya.

"Selamat untuk kalian yang bisa membuat Karasuno bangkit kembali" ucap Kazuma

"Sama sama senpai!" teriak Tanaka

"Hehe kamu tambah hebat ya Asahi" ucap Yuya sambil merangkulnya

"Sudah sudah, mari kita ke kedai yakiniku!" teriak Nishinoya, sebab Ukai sensei menjanjikannya kemarin jika kami menang

Note : uang nya ya dari manager sebenarnya, tapi karena menang, bonus pertama dari toko ku langsung cair, sebanyak 100 rb yen.

"Kami di undang tidak ini?" tanya Takemoto

"Ikut saja senpai, lebih banyak lebih asik" ajak Hinata

"Baiklah tapi jangan gigit dompet loh ya Ukai" ucap Yahito

"Tenang saja, uangnya masih banyak kan Kiyoko san"

"Masih 700 rb yen sensei"

"Nah ayo makan sepuasnya, urusan ke nasional kita akan dapat dana dari sekolah kok, tenang saja" ucap Ukai sensei

"Yoshhhh" teriak kami

.

Di kedai yakiniku.

Kami memasan yakiniku hingga 100 rb yen, entah dapat berapa tapi hingga bertumpuk tumpuk, kami membagi jadi 4 kelompok namun dalam satu ruangan.

"Pesan vodka" ucap ku

"Ehh anak kecil sudah main mabuk saja, jangan turuti pak, pesan jus atau air limun saja" ucap Ukai sensei

"Hahaha sungguh dewasa, aku saja hanya pesan bir" ucap Hideo

"Tolong ingat waktu lah, ini baru jam 4 sore loh" ucap Takemoto

"Tidak apa, yang lain tidak terganggu bukan?" tanya Yuya

"Tidak senpai, kami aman kok, ya kecuali Haruka itu" ucap Nishinoya

Aku pun gagal beli vodka, Takeda sensei juga memarahi ku.

Baru 1 jam party, anggota voli ku sudah teler kelelahan, mereka terlalu banyak teriak tadi, padahal makanan di atas meja masih banyak.

Alhasil hanya aku Suga dan Raiki sebagai perwakilan member yang masih sadar menghabiskan bersama sensei manager dan alumni.

"Haruka apa kamu berniat jadi pemain voli profesional?" tanya Takemoto

"Tidak, uang ku sudah banyak dan aku sudah punya istri"

"Ehhhh kamu sudah ada istri?" teriak Takemoto alumni lain sudah tau jadi biasa saja

"Benar, sudah punya"

"Umur mu?"

"16"

"Istrimu?"

"15"

"Kalian keluar di dalam memangnya!"

Plak

Takemoto mendapat pukulan di belakang kepala dari Yuya

"Lihat di depan mu Takemoto!"

Di depannya ada Yachi dan Kiyoko

"Hehe maaf maaf, tapi aku beneran kaget bahwa Haruka sudah punya istri" ucap Takemoto pada Yuya

"Ya itu normal saja asal yakin dan ada uang, menikah pun jadi" ucap Kazuma

"Yap, menikah itu mudah kok" ucap ku

"Ya mudah, tapi butuh mental yang kuat juga" ucap Ukai sensei

Kami mengobrol banyak hal, hingga jam 6 barulah kami kembali ke penginapan, sebelumnya kami pamit dulu pada para alumni.

Di penginapan, tim atletik sudah menata barang di ruangan yang sudah di sediakan.

Mereka memberikan selamat pada kami lagi, kami selaku klub voli balas mendoakan yang terbaik juga untuk klub atletik.

Aku mendokan diriku sendiri jadinya.

.

Malam jam 7 aku jalan keluar sendiri, kali ini sensei membiarkan ku.

Aku jalan ke minimarket membeli kitkat dan minuman dingin.

Saat di kasir.

"Rokoknya six star satu dan koreknya" ucap ku

"Baik tuan, tapi boleh saya lihat identitas ada" ucap si kasir

"Oh tenang, aku punya identitas di sini.." tunjuk jari ku

"Maksudnya tuan?" tanya kasir tak paham

"Cincin yang ada di jariku"

"Tapi di sana tidak ada cincin"

"Ehh" aku melihatnya dan benar saja cincin nikah ku tidak ada

"Astaga hilang kemana" ucap ku

"Saya tidak tau tuan"

"Aku bukan bertanya padamu, tapi bingung"

Kasir yang melihat ku kebingungan jadi agak takut jika ini tindak penipuan.

"Tuan, ini belanjaanya?"

"Aku bayar, six stars nya sekalian"

"Tapi identitas anda?"

"Hmm bisa jaga rahasia, akan ku beri 500 yen untuk mu"

"Oke saya paham"

Kubayarkan belanjaan ku lalu pergi ke taman untuk telepon Saki sekaligus merokok.

Note : merokok itu tidak sehat jika berlebihan, jika dalam kadar yang sedikit tidak akan terlalu merusak, seperti halnya kalian makan micin, jika sedikit maka tidak akan merusak tubuh, namun jika kalian makan sekilo pasti langsung mokad, karena pusing.

"Halo Haruka kun ada apa?" tanya Saki

Ku jauhkan sedikit telepon lalu ku hembuskan asap rokok ku.

"Huhhhh"

Ku dekatkan kembali.

"Kamu merokok ya Haruka!"

"Lah apa terdengar?" pikir ku langsung ku taruh dulu rokok ku

"Mana ada merokok, aku menghela nafas barusan"

"Ohh, lalu kenapa menelepon ku apa kamu kangen"

"Tidak juga, tapi aku mau tanya apa cincin nikah ku ku tinggalkan di rumah?" tanya ku

"Tidak ada, seingat ku bukannya kamu pakai saat berangkat ke Sendai"

"Oh begitu ya"

"Memangnya kenapa cincinmu hilang?" tanya Saki curiga

"Iya sepertinya" ucap ku

"Heh kamu tidak bercanda bukan Haruka kun"

"Ini beneran"

"Coba di cari dulu di tas siapa tau kamu tinggalkan di sana"

"Ya baiklah nanti akan ku cari, sudah dulu ya" (mau lanjut ngerokok)

"Ayo video call saja Haruka kun"

"Di sini agak gelap"

"Kamu tidak kenal lampu?"

"Ya bukan begitu Saki chan, lampu di sini kurang terang jadi tidak enak untuk video call"

"Kamu memangnya ada di mana?"

"Di taman dekat penginapan"

"Dengan siapa?"

"Sendirian, tapi banyak kok orangnya sih"

"Ngapain"

"Ya tentu saja untuk ngerok, uhum cari angin" balas ku

"Hii kamu merokok lagi ya Haruka kun"

"Tidak tidak, hanya makan kitkat"

"Kalau begitu angkat video callnya"

"Jangan, malu aku di lihat orang"

"Angkat tidak!"

Rokok ku buru buru ku matikan, lalu ku buang di tempat sampah, yang masih di bungkusnya ku simpan tentunya.

Setelah itu ku angkat video call dari Saki.

"Mau apa coba video call, astaga kok bisa terang begini" ucap ku saat melihat gambar ku terang muka ku terlihat jelas padahal cahaya di sini remang remang

"Ini fitur malam hari namanya Haruka kun, kamu main ponsel bertahun taun masa baru tau fitur ini"

"Iya aku baru tau"

"Diskusikan itu nanti, sekarang mana rokoknya" ucap Saki memasang wajah marah

"Ish rokok apa, nih aku hanya beli kitkat dari mini market", tunjuk kitkat ku di depan kamera

"Aku tau loh Haruka kun jika kamu sedang berbohong"

"Ah masa, aku itu orangnya jujur"

"Nah itu contohnya saat kamu berbohong seperti itu ciri cirinya"

"Kamu aneh Saki chan, aku kan bicara jujur ini"

"Sudah jangan beralasan lagi, tunjukkan rokoknya padaku"

"Tidak ada"

"Yang di sakumu"

"Tidak ada kok, lihat" ucap ku menunjukan kantung ku

Note : rokok ku simpan di kupluk jaket untuk kepala.

"Kamu itu jangan terlalu curiga padaku Sayang" ucap ku

"Ya mana bisa, kamu saja jauh dari ku, jadi harus selektif" balas Saki

"Ya terserah kamu deh, sekarang mau apa?" tanya ku

"Kapan kamu pulangnya? Aku sudah kangen kamu peluk"

Aku tersenyum malu.

"Tanggal 10 pulang ku, aku janji setelah pertandingan atletik aku langsung pulang tanpa menunggu yang lain"

"Tanggal 11 nya tatap jadi jalan jalan?" tanya Saki

"Kita lihat keadaan nanti, jika memungkinkan kita berangkat, jika tidak ya sudah"

"Hmmm baiklah"

"Sudah dulu ya aku mau kembali ke penginapan dulu"

"Tunggu sebentar saja, besok acaramu hanya penyerahan piala bukan?" tanya Saki

"Iya hanya itu, tapi di sini sudah mulai dingin"

"Ini mendekati musim panas jadi tidak terlalu dingin"

"Huh gagal ngisep rokok ini" pikir ku

Alu bertanya pada Saki bagaimana perkembangannya Rin chan, dari situ aku tau bawah Rin chan sudah agak lancar berbicara, bahkan ia bisa bahasa isyarat.

.

Di cahnnel Youtube

Video klip Saki akhirnya rilis jam 7 tadi, penonton langsung membludak, mungkin sebab promosi give away, namun uniknya kebanyakan suka lagunya bukan karena give awaynya.

Hingga jam 8 malam, view mvnya sudah tembus 34 juta view, lalu yang versi equalizer 4 juta dan video hanya audio plus video give away tembus 32 juta, komentar banyak di video ke tiga.

.

Kembali ke Haruka dan Saki

"Sudah ya Saki chan ini sudah jam 8 malam, aku harus kembali ini"

"Tunggu sebentar lagi lah"

"Anda bilang itu 20 menit yang lalu" ucap ku sambil menunjukkan bicara khas pembawa acara berita

"Hmm, ya sudah, besok telepon aku lagi ya"

"Iya iya" balas ku lalu ku matikan video callnya

.

Akhirnya aku bebas dan bisa menikmati rokok ku.

Ku nyalakan rokok ku.

Huufff

Huhhhh

Masa depan jadi terlihat.

Ku lihat di ponsel, grup voli masih sepi dan aku belum di suruh kembali, jadi aman.

Aku duduk sambil ngepus rokok dan main game penghasil uang, yaitu trading, sebab sudah lama aku tidak main itu.

Ku main di world trade, mereka memiliki rating jelek namun karena itu mereka mencoba bangkit lagi, semua limit di hapuskan demi menyengakan traders.

Ku main di angka aman yaitu hanya di angka 100 rb yen saja, modal ku ada 10 juta yen.

Ku main di banyak pasar. (Anjir ya main di angka aman namun pasang di banyak pasar ya sama saja tidak jadi aman)

Sesekali lost sebab aku main hanya menggunakan prinsip atas, jika kalah ku ya kompensasi.

Main selama 30 menit sudah cuan 54 juta yen lalu ku tarik di rekening bank ku, ya lumayan lah buat mengaji karyawan restoran dan toko pakaian ku.

Ku matikan layar ponsel ku, ku lihat di sekitar tidak ada yang menarik, aku berniat kembali ke penginapan.

"Diam dulu, biar kakak masukkan" (Baka imouto)

Aku yang mendengar sudah berpikiran kotor di sini.

Ku cari sumber suara, tepatnya di balik semak semak, ku lihat ada dua insan yang akan melakukan sex.

Ku datangi mereka langsung.

"Bung kamu yakin mau sex di sini?" tanya ku sambil memegang pundaknya

Dia kegat dan jatuh tersungkur.

"Oni chan!" teriak wanitanya

"Kakak? dia adik mu?" tanya ku

"Ini bukan urusan mu, pergi sana!" teriak laki laki itu

Lah aku malah yang di usir.

"Kamu sudah gila ya? Adikmu sendiri kamu cabuli, ini tidak bisa di biarkan aku akan melaporkan pada polisi" ucap ku

"Hey hey santai dulu, kami bermain karena saling suka asal kamu tau" belanya

"Kamu tolong pakai pakaian yang layak dulu" ucap ku pada adiknya karena pakaiannya sudah robek robek

Ku berikan jaket ku padanya karena ia tampak bingung.

"Bisa kita bicara sebentar?" ucap ku baik baik padanya

"Tidak perlu, kamu hanya mengganggu kami"

"Jika ku terlanjur emosi malah akan ku hajar loh kamu dan teriak bahwa ada pencabulan di sini"

"Jangan, baiklah aku akan mengobrol sebentar dengan mu"

Aku duduk di di bangku yang sama denganya sementara adiknya duduk di samping ku jadi aku di tengah.

"Kamu kakak kandungnya?" tanya ku

"Benar dia kakak tercinta Hina" ucap adinya

"Eh Hina jangan katakan namamu" kata kakaknya

"Itu kamu juga bilang bodoh, begini begini apa kamu tau risiko perbuatan mu?" tanya ku

"Tentu saja tau"

"Coba sebutkan" ucap ku

"Hubungan keluarga ku bisa rusak"

Langsung saja ku pukul kepalanya.

"Kamu gila ya!" teriaknya

"Kamu yang lebih gila bung, apa kamu sadar jika perbuatan mu menyebabkan masa depan adik mu suram, penyakit kelamin, lalu paling parah kamu menghamili dia!" teriak ku

"Jangan marahi kakak ku" teriak Hina padaku

"Hina chan, kamu jangan di mainkan oleh dia ini, dia bukan kakak mu, tapi dia hanya orang cabul yang ingin tubuhmu" ucap ku padanya

"Eh kakak apa benar!"

Hina membelak

Kakaknya masih kaget karena kata kataku tadi.

.

"Bung hidup itu tidak hanya menuruti nafsu, kamu sadar perbuatan maka harus sdar risiko yang akan di tanggung, kamu paham bukan?" tanya ku padanya

"Maaf aku akan menyerahkan diriku pada polisi sekarang"

"Eh Hina dengan siapa kalau begitu"

"Hina chan, tenang saja kakak akan menelepon ibu dan ayah untuk menjemput kamu di kantor polisi nanti" ucap kakaknya

"Baiklah" Hina menurut karena dia memang agak sedeng otaknya

.

"Kamu duduk di sini, biar ku teleponkan polisi" ucap ku

"Baik"

Beberapa menit kemudian polisi datang dan membawa mereka berdua ke kantor polisi.

Ada ada saja, hubungan incest memang unik, tapi itu sungguh mengerikan jika di pikirkan risiko yang timbul, seperti rusaknya keluarga, penyakit kelamin, lalu jika terlanjur hamil, anak kemungkinan cacat, tuhan itu adil, siapa yang salah maka ia akan di hukum.

Note : tentang anak yang cacat dari hubungan sedarah itu bisa di cek di cerita silsilah kerajaan Inggris, kisah nyata.

Aku berjalan menuju ke penginapan sambil membawa beberapa makanan ringan, siapa tau ada yang mau.

Ada anak perempuan yang berlari padaku.

"Kak tolong!" teriaknya

"Tolong apa?" tanya ku

"Ibuku jatuh tidak sadarkan diri di apartemen ku, tidak ada tetangga ataupun orang lain yang mau menolong ku!"

"Kamu beneran?" tanya ku

"Beneran kak, bantulah aku tolong"

"Dimana apartemen mu?" tanya ku

"Di sana, ayo ikuti aku"

"Baiklah"

Ku ikuti dia sampai di area apartemen, sungguh sepi tanpa ada pintu yang terbuka, aku masuk ke dalam, ku dapati ibunya yang hamil, pingsan dan keluar darah dari kakinya.

Langsung saja ku gendong tubuhnya, lalu keluar apartemen karena kondisi seperti ini sangat berbahaya bagi bayinya.

Ku suruh anak perempuan itu untuk mengunci pintu apartemen, urusan pakaian atau apalah sejenisnya di urus nanti.

Ku gendong ibu muda itu sampai di jalan raya, beruntungnya ada mobil yang berhenti saat melihat ku, dia menawari kami tumpangan.

Ku masuk ke dalam ku bawa juga anak perempuan tadi.

"Nona akan ku bayar kamu, tolong antar kami secepatnya ke rumah sakit" ucap ku pada pengemudi perempuan

"Tidak perlu, aku ikhlas"

Cara mengemudinya seperti pembalap saja, aku dan anak perempuan itu sampai ketakutan.

3 menit sampai.

Aku sedikit mual namun ku tahan.

"Berapa?" tanya ku

"Tidak usah tuan, yang penting nyawa istri anda dan bayinya selamat"

"Mana bisa seperti itu" kuberi ia uang 5000 yen, karena kursi belakang terkena darah

Dia menolak namun segera ku paksa.

.

Aku berlari ke ugd membawa Ibu itu.

Dokter dan perawat segera bertindak

1 menit kemudian.

Dokter mengatakan ketuban bayi sudah pecah dan harus di lakukan operasi caesar, karena ibu masih pingsan.

"Lakukan dok, uang bukan masalah!" teriak ku

"Baik, anda bisa mengurus bayaran pada suster kami"

Aku berjongkok pada anak perempuan.

"Kamu jaga ibumu, kakak akan kembali sebentar lagi"

"Umm baik kak"

.

Ku bayarkan sejumlah 120 rb yen, sebab suster kata cukup biaya operasinya dulu, suster juga bertanya padaku apa aku mebawa kartu sehat, (sejenis bpjs), aku tidak tau tentunya sebab dia bukan istriku, jadi ku jawab tidak.

Setelah biaya rumah sakit beres ku kembali ke anak perempuan tadi sambil menunggu.

Ku tanya padanya.

Pertama ku tau nama anap perempuan tadi adalah Sayaka dari keluarga Hishi

"Ayah mu ada?" tanya ku

"Ayah baru berangkat kerja jam 5 sore tadi" balasnya

"Tau nomor teleponnya?" tanya ku

"Tidak"

"Tau tempatnya kerja?" tanya ku

"Tau, ayah kerja di perusahaan.."

"Baik, akan ku beritau ayahmu dulu"

Ku cari kontak person perusahaan itu di google maps, setelah ku temukan, ku telepon resepsionisnya.

"Halo tuan ada yang bisa ku bantu?" tanyanya padaku

"Bisa tolong informasikan pada Taki Hishi san bahwa istrinya sedang melahirkan di rumah sakit Sendai"

"Bolehkah kami mengkonfirmasi kata kata anda?"

"Tentu saja bisa, apa yang mau anda konfirmasi?"

"Bisa sebutkan nama anda lalu rumah sakitnya, dokter yang merawat, lalu tolong sambungkan ke resepsionis rumah sakit"

"Astaga ribet aman nih perusahaan" pikir ku

Tapi ku ikuti instruksinya.

10 menit berselang ayah dari anak perempuan tadi.

"Sayaka" ucap orang itu

"Ayah!"

.

Dia menggedong putrinya lalu berjalan padaku.

"Anda pasti Shinomiya san?"

"Benar itu diriku, karena kamu sudah datang aku akan langsung kembali ya"

"Eh sebentar dulu, aku ingin mengganti biaya rumah sakit, suster kata biayanya sudah anda tanggung"

"Oh baiklah, semuanya ada 120 rb yen, mau tunai atau kirim?" tanya ku

"Biar ku transfer saja"

Ku katakan nomor rekening ku, lalu dia mengucapkan terima kasih atas bantuan ku.

"Tuan ini kebanyakan" ucap ku karena nominal yang di kirim 200 rb yen

"Tidak apa Shinomiya san, uang segitu mungkin malah belum cukup sebagai rasa terima kasih ku, nyawa istri ku dan bayi dalam perut lebih penting, jika aku ada uang lagi akan ku kirimkan"

Aku tersenyum padanya.

"Hidup tidak seperti itu, Hishi san, cukup dengan 120 rb yen saja, urusan bantuan ku itu sebab takdir dari tuhan yang menentukan, kamu lebih baik pakai uang kelebihannya untuk keperluan mu dan istri mu" ucap ku sambil menepuk pundaknya

"Betulan tidak usah Shinomiya san, aku rela"

"Bukan masalah rela atau tidaknya, tapi aku menerimanya atau tidak itu saja, aku hanya menerima 120 rb, 80 rb yen ku kembalikan padamu" ucap ku sambil menyerahkan uang 80 rb yen di tangannya

"Beli makanan untuk anak dan istrimu ku doakan anak mu lahir salamat, jika terjadi apa apa aku tidak bertanggung jawab loh ya, aku hanya mengantar dia kemari" lalu aku pergi tenpa menunggu jawaban darinya

Di luar rumah sakit.

Aku di telepon sensei sebab sudah jam 9 lebih ini.

"Haruka di mana kamu sekarang?" teriak Ukai sensei

"Aku ada di Rumah Sakit Sendai, tolong jemput aku sensei, di sini sudah tidak ada bis sepertinya"

"Eh kamu kenapa lagi itu!" teriak Takada sensei yang ternyata telepon di loudspeaker

"Aku tadi menyelamatkan ibu ibu yang akan melahirkan, jadi aku membawanya kemari"

"Kamu pintar sekali ya berbohong" ucap Ukai sensei

"Yehhh tidak percaya"

Ku matikan teleponnya, lalu ku foto bekas darah di baju ku dan lengan ku

Lalu ku telepon dia lagi.

"Bagimana, apa darah itu terlihat setingan?" tanya ku

"Astaga kamu beneran menyelamatkan ibu yang akan melahirkan?" tanya Daichi

"Iya betulan, kan sudah ada buktinya juga"

"Baik baik, sensei akan menjemput mu" ucap Takeda sensei

"Nah begitu kan enak" ucap ku

.

15 menunggu akhirnya sensei datang.

"Kamunya sehat Haruka kun?" tanya Takeda sensei

"Sensei yang melahirkan ibu yang ku bawa bukan diriku, jadi aku sehat sehat saja, tapi snack ku ketinggalan di apartemen ibunya tadi"

"Urusan makanan ringan pikiran nanti, sekarang ayo kembali dulu dan bersihkan dirimu"

"Baik sensei" ucap ku lalu masuk ke mobil bersamanya

.

Jam 9.30 - 10 malam aku di iterogasi.

Hingga di tanya

"Bukanya kamu tadi keluar pakai jaket?" tanya Hinata yang malah mengingatkan rokok yang ada di kantung jaket ku

"Ahhhh tidak aku melupakannya!" teriak ku

"Kamu lupa jekat mu?" tanya Suga

"Bukan soal jaket memang ku berikan pada seseorang, namun yang ku lupakan adalah barang di dalamnya"

"Barang penting?" tanya Ukai sensei

"Tidak terlalu sih"

"Jika begitu relakan saja, ini sudah malam juga" ucap Takeda sensei

"Baiklah aku pun sudah merelakannya"

jaket Haruka Saki seharga 23 rb yen

Rokok segara 1200 yen (menyuap kasir 500 yen)

Makanan ringan 560 yen.

Ku relakan semua itu.

.

Kami tidur selepas sesi iterogasi tersebut.

Selasa 7 Juli, jam 6 pagi

Aku di telepon Saki.

"Haruka kun sudah ketemu cincinnya?" tanya nya memulai obrolan

"Cincin apa?" tanyaku setengah sadar

"Cincin nikah yang katanya kamu akan cari di tas"

"Ohh, aku belum mencarinya, nanti akan ku cari"

"Baiklah, namun jangan katakan sampai kamu menghilangkannya loh!"

"Iya iya, aku paham"

Telepon di matikan, lalu aku segera mencari cincinnya di tas siapa tau ketemu.

20 menit ku cari tidak ku temukan juga cincin ku, aku lapor pada Ukai sensei dan Takeda sensei, siapa tau anak voli atau klub lain menemukannya.

Jam 8 pagi cincin belum ketemu, tapi acara harus tetap berjalan, kami berangkat ke gedung olahraga Sendai untuk menerima piala dan penghargaan lainnya.

Tim Karasuno mendapatkan juara pertama dan dinyatakan lolos ke nasional.

Kami mendapatkan uang sebanyak 200 rb yen dan piala turnamen musim panas bergilir bagi perwakilan Miyagi yang lolos nasional, lalu piagam penghargaan tiap individu.

Lalu ada penghargaan bagi pemain kontroversial, pemain berbakat, dan pemain mvp.

"Pemain kontroversial jatuh kepada Haruka Shinomiya!" teriak hostnya

Aku maju ke depan untuk menerima piagam, uang senilai 20 rb yen, lalu piala kecil.

Pemain berbakat jatuh pada Tanaka, sebab dari awal match hingga final kemarin ia banyak melakukan perkembangan dan panitia menganggap dia pemain berbakat, hadiahnya sama dengan ku.

Terkahir pemain mvp, jatuh pada Kageyama

Ya bukan bahan pertanyaan juga, sebab Kageyama selalu jadi pusat serangan tim kami.

.

Lalu aku di suruh maju lagi, aku di berikan bingkisan dan tulisan pernyataan bahwa aku membuat rekor baru dalam servis.

Dapat uang lagi 30rb yen, namun tidak ada sertifikat ataupun piagam.

Next...