webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
377 Chs

CH.55 Tetua

Seperti biasanya aku menjalani hariku, tetapi hari ini sedikit berbeda. Aku mengunjungi rumah tetua bersama dengan Senshi. Hari ini tujuan kami adalah untuk mengetahui bahasa yang tidak kami ketahui itu.

"Nee-san, apakah menurutmu tetua tau bahasa ini?" dalam perjalanan kami, Senshi tiba-tiba berbicara memecahkan keheningan yang membuat canggung ini.

"Hmm, menurut nee-san sih mungkin, menurutmu Senshi?"

Kalau benar tetua bisa memahami bahasa yang mengisi buku ini, aku mungkin bisa mempelajari sihir atau apa pun yang bisa melindungiku. Aku iri dengan mama yang bisa menggunakan aura-aura yang keren dan bisa menghancurkan monster seperti laki-laki. Setidaknya walau kaum pria yang harus menguasainya, aku juga ingin untuk melindungi diriku sendiri.

"Hmm, seharusnya sih bisa, tetapi rasanya ada yang salah."

"Humm? Ada yang salah?"

"Lihati aja dulu deh."

Karena desa ini cukup kecil, jarak antara setiap rumah pun tidak terlalu jauh. Tinggal berjalan beberapa puluh langkah saja sudah sampai. Tentu saja, dengan sopan kami mengetuk pintu dan memanggil tetua. Menunggu memang hal yang membosankan, tetapi kesopanan adalah hal yang pertama.

"Ohh, Kioku dan Senshi ya. Apakah mama kalian Maiyuri yang menyuruh kalian kemari?" tetua membukakan pintu untuk kami.

"Tidak, tetapi kami datang untuk menemui tetua."

"Ohh begitu, kalau begitu ayo masuk dulu."

Tetua membukakan pintu untuk kami masuk. Sebenarnya jarang sekali ada kesempatan untuk masuk ke rumah tetua kalau bukan urusan yang sangat penting. Di desa ini tidak ada prinsip yang mengataskan seseorang lebih dari yang lain. Tetapi orang-orang di desa ini menghargai tetua yang hidup paling lama. Umur tetua terakhir kali aku ketahui sudah 78 tahun, tapi masih tubuhnya masih segar karena tetua tidak suka bermalas-malasan.

"Apa yang membawa kalian kemari? Apakah ada hal yang begitu penting?" setelah mempersilahkan kami duduk, tetua menanyakan alasan kehadiran kami.

"Sebenarnya tidak begitu penting. Tetapi kami mempunyai suatu hal yang memungkinkan hanya tetua yang mengerti." Senshi mengambil buku itu dari tas yang dibawanya.

Setelah meletakkannya di meja, Senshi mendorongnya mendekati arah tetua agar tetua bisa mengambil dan melihatnya. Setelah mengambil buku itu, tetua tidak langsung mengamati isinya, tetapi judulnya terlebih dahulu. Baru setelah itu dia membuka halaman pertama.

"Ini…."

"Apakah tetua tau tentang bahasa asing ini? Kami menemukan buku ini di kamar mama kami. Ada kemungkinan bahwa mama mengerti bahasa buku ini. Awalnya kami tertarik hanya untuk membacanya, tetapi kami tidak mengerti isi buku ini sama sekali." aku mengatakan kebenarannya supaya tetua mengerti.

Tidak ada salahnya memberi tahu hal ini kepada tetua karena dirinya juga tidak akan melaporkan kepada mama. Orang-orang di desa ini tidak pernah mempeributkan masalah pribadi dan disebar-sebarkan ke orang lain. Mereka sangat menghargai satu sama lain.

"Enak saja. Bukan kami, hanya kau nee-san. Kalau bukan karena nee-san yang meminta untuk mengambilnya dari kamar mama, aku juga tidak akan melakukannya."

Senshi menggerutu karena ucapanku. Entah kenapa dia begitu tersindir oleh ucapanku yang sebenarnya tidak terlalu berguna ini. Lagi pula dia berniat untuk membantuku kok, jadi anggap saja dia juga ingin tau isi buku ini.

"Hahaha, anak-anak memang suka bersemangat kalau berbicara. Tapi sayangnya tetua yang satu ini tidak mengerti isi buku ini. Buku ini ditulis dengan bahasa yang tidak pernah muncul."

Mendengar ucapan tetua, aku jadi bingung bagaimana cara untuk mengerti isi buku itu. Walau aku sudah bisa menemukan sajak yang tersembunyi dari seluruh isi buku, tetapi aku tidak bisa menemukan arti dari sajak itu. Kalau begini apa fungsi dari buku ini kalau tidak bisa diketahui isinya?

Tidak bisa menemukan jalan lain membuatku sedikit putus harapan. Bagaimana sebenarnya cara membaca dan mengerti isi dari buku ini. Sepercik harapan pun kelihatannya sudah tidak berguna lagi untuk menemukan jalan keluar lainnya.

"Kalau begitu kami pergi dulu deh tetua. Terima kasih sudah mau membantu." aku berterima kasih walau tidak mendapat apa pun.

"Tentu saja, sampai jumpa lagi anak-anak." tetua tersenyum kepada kami.

"Pada akhirnya tidak bisa belajar sihir seperti mama deh…." aku bergumam saat berjalan keluar dari rumah tetua.

Namun bahkan sebelum aku dan Senshi menyenyuh ambang pintu keluar dari rumah tetua, tetua tiba-tiba menghentikan kami dengan sebuah sorakan. Aku tidak terlalu terkejut, tetapi aku sedikit bingung. Kenapa tetua menghentikan kami?

"Tunggu, kau bilang apa tadi Kioku?" tetua menahan kami dengan sebuah pertanyaan.

"Eh aku bilang apa memangnya?"

Sebenarnya apa yang ingin dikatakan oleh tetua? Aku sungguh bingung. Otak kecil ini tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi. Ternyata aku masih kurang pintar.

"Apa yang kamu gumamkan sebelumnya nak?"

"Huh? Umm… tidak bisa belajar sihir seperti mama?"

Aku tidak paham, kenapa kelihatannya tetua terlalu terobsesi dengan ucapanku? Ada ada yang salah dengan ucapanku? Kelihatannya ada sesuatu yang tidak aku ketahui sehingga ucapanku salah deh.

"Benarkah itu!? Syukurlah, padahal semua orang di desa ini sudah kehilangan kekuatan sihirnya. Ternyata mama dari kedua anak ini masih bisa menggunakannya."

Tunggu, kehilangan kekuatan sihirnya? Jadi kaum pria yang berburu di hutan itu hanya menggunakan kekuatan fisiknya? Sedangkan banyak monster dengan kekuatan yang mematikan!? Apa yang sebenarnya sedang terjadi!? Begitu banyak pertanyaan yang langsung muncul di pikiranku.

"Tunggu tetua. Mohon maaf, sebenarnya apa maksud dari ucapan tetua itu? Bukan kah para pria dewasa pergi berburu ke hutan karena mereka bisa menggunakan sihir?" dengan rasa penasaran yang memuncak aku menggebu-gebu dalam mencari tahu hal ini.

"Apakah mama kalian tidak memberi tahu kalian? 10 tahun yang lalu, ada kuasa gelap yang menyerang dunia ini. Hampir lebih dari 80 persen orang di dunia ini kehilangan kuasa sihirnya. Jadi yang tersisa dikumpulkan di negara, di istana pusat. Jadi tidak akan ada orang yang memiliki kekuatan sihir di desa kecil seperti ini."

Ini… ini adalah hal baru yang tidak pernah aku ketahui. Aku benar-benar terkejut bahwa hal ini akan terjadi? Jadi… aku tidak bisa mempelajari sihir?

"Jadi begitukah… itu artinya aku tak punya kesempatan untuk belajar sihir…."

"Sudahlah nee-san, kita mengetahui mama bisa sihir saja sudah bagus kok. Setidaknya ada mama yang bisa melindungi kita bukan?" Senshi mencoba menghiburku walau aku masih saja terlarut dalam kesedihan ini.

Apakah aku tidak bisa mempelajari sihir lagi? Inikah akhirnya? Padahal aku ingin menjadi seorang wanita yang keren seperti mama…. Kurasa semuanya itu hanya mimpi belaka yang tidak akan terwujud.

"Kalian tenanglah. Kioku, jangan putus asa. Mungkin tetua yang satu ini tidak bisa membaca buku ini. Tetapi kalau Kioku bisa saja menemukan sesuatu dari buku ini, pasti kamu bisa mempelajari sihir." walau sudah sangat tua, tetua ini masih saja menunjukkan senyumannya yang sangat cantik itu.

Kurasa tubuhnya sudah menua, tetapi jiwanya adalah jiwa seorang yang cantik dan muda. Aku menyukai tetua rasanya, semangatnya tidak pernah ada habisnya.

"Benarkah? Kalau begitu aku akan mencoba mengerti hal ini sendiri. Kami pamit dulu tetua, maaf sudah mengganggu."

"Jangan terburu-buru seperti itu. Karena kamu sudah sangat niat seperti itu, aku akan berikan sebuah barang yang dulu bisa orang tua ini pakai saat masih bisa menggunakan sihir. Kalau Kioku bisa menggunakan sihir, hal ini akan sangat berguna karena banyak hal yang berhubungan dengan sihir di dalam benda itu."

Tetua menarik tanganku dan memberikan kepadaku sebuah kalung yang sangat indah. Kalung ini rasanya bisa memancarkan cahaya putih yang sangat indah. Aku rasanya menyukai ini.

"Benarkah ini untukku tetua? Ini sangat cantik sekali!" aku menjadi sangat senang dengan adanya pemberian dari tetua.

"Iya. Aku juga tidak lupa, Senshi kemarilah."

Huh? Apa yang tetua ingin dari Senshi? Apakah dia akan menerima suatu barang juga?

"Iya tetua, ada apa?" dengan muka yang paling kebingungan Senshi menghadap ke tetua.

Rasanya aku ingin menertawakan muka Senshi yang tegang dan kebingungan itu. Seru rasanya bisa melihat Senshi seperti itu. Biasanya dia membanggakan dirinya.

"Terimalah ini. Pedang ini adalah pedang yang bisa beresonansi dengan kekuatan sihir. Kalian berdua berjuanglah dalam belajar sihir. Jangan sampai kedua barang pemberianku itu jatuh ke tangan yang salah."

"Baik."

Setelah tetua memberikan barang itu kepada kami. Kami akhirnya keluar juga dari rumah tetua. Rasanya dari tadi ingin keluar tapi ditahan oleh tetua terus-menerus. Tetapi ada untungnya juga bertemu dengan tetua kali ini. Rasanya aku tidak akan kecewa walau tidak bisa menggunakan sihir.

"Oh tidak, kita berada di rumah tetua terlalu lama. Mama akan mencari kita pastinya!" tiba-tiba Senshi memperingatkanku akan hal yang sedikit mengejutkan dan menakutkan.

"Oh ya! Bagaimana kita lupa akan hal itu!? Ayo cepat pulang!" dengan sangat cepat kami pulang ke rumah karena mama pasti sudah mencari kami.

Kalau mama sudah panik dan marah, mama akan menjadi seseorang yang paling galak dan menghukum kami. Tapi dari dulu kami tau, mama peduli kepada kami, bukan tidak sayang. Rasa galak itu karena dia sungguh khawatir kepada kami. Karena aku juga seorang perempuan rasanya bisa sedikit memahami mama… sedikit.

Untung saja jaraknya dekat, kalau tidak pasti sudah kelamaan pulangnya. Semoga mama tidak marah, semoga mama tidak marah! Aku hanya berharap hal yang diberikan tetua juga tidak mama ketahui, buku yang dibawa Senshi juga mohon jangan sampai ketahuan mama! Aku berharap, tolong!

"Ehem." baru saja kami berdua mengendap-endap masuk ke dalam rumah, aku dikejutkan dan berhenti mendengar satu kata tersebut.

"Ehh… mama, kami pulang…." kami berdua hanya bisa tersenyum canggung dan menatap mama sedikit.

Oh tidak, situasi ini… ini situasi paling tidak enak yang pernah aku alami, apa yang akan terjadi kepadaku dan Senshi? Aku takut sekali!!

"Sini kalian berdua." dengan suara yang paling tegas yang mama bisa mama memanggil kami.

"Baik…." kami mendekati mama sesuai dengan perintahnya.

"Siapa yang suruh keluyuran lama-lama? Dari mana kalian? Apa yang kalian bawa? Dan yang paling penting. Mana. Buku. Mama!?"