webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
377 Chs

CH.325 Pengampunan Padamu

Karena sudah terlanjur keluar, sekalian saja kami berbicara lepas dari masalah menuju ke pembicaraan yang lebih santai. Tapi tidak terlalu santai, bahkan kami masih membahas sekiranya apa yang terkandung dalam pohon ini sampai bisa menyala.

Kuyakin itu berbeda dari zat yang dimiliki ubur-ubur atau jenis alga tertentu, tetapi tanpa mengambil sampel, dan menelitinya di bawah mikroskop, mana tahu? Ada sih sihir yang memungkinan untuk mengetahuinya, tetapi tidak seru kalau semuanya diselesaikan oleh sihir.

Yaa, pembahasan macam inilah yang sering dihadapi oleh orang-orang bertipe serius seperti kami inilah untuk sehari-harinya selepas dari berkutat dengan masalah yang ada. Menurut orang lain aneh, tapi bagi kami itu menyenangkan, sangat bahkan, hahaha.

Ahhhh, sudah berapa lama aku tidak tertawa, itu sangat melegakan. Terkadang aku terlalu serius dengan masalah yang ada, sampai lupa untuk menyenangkan diriku sendiri. Kau tahu, yang namanya hiburan dan rekreasi itu diperlukan, apalagi tujuannya selain melepas rasa penat pasti.

"Lain kali kita cari koordinasi Terra dan Kimino dan taruh pelacak di sana. Kalau tidak begini, pasti planetnya akan menghilang dari peredaran kita."

"Tapi bukankah mereka hanya berputar dalam rotasi yang sama terus-menerus? Seharusnya koordinasi Terra bisa dihitung dengan mudah tanpa membutuhkan sinyal balik diterbangkan ke sini."

"Dalam kasus normal, iya, tetapi aku ragu kalau masih sama setelah menghadapi kiamat. Bahkan memungkinkan kalau meteor amat besar merubah jalur rotasi Terra."

Terus saja kami membahas soal beberapa hal yang menyenangkan bagi kami sampai malam sudah terlalu larut. Merasa bahwa sudah terlalu larut, kami buru-buru kembali atau nanti akan kena marah dari istri kami, repot malahan nantinya.

Untung saja kelihatannya masing-masing istri kami sudah mengetahui situasi ini dan mengkompromi perbuatan kami. Jika ini situasi normal, pastilah kami sudah dimarah-marahi karena semalam ini masih saja keluyuran.

Malam itu terlewati bagiku setelah bertukar pakaian dan terlelap dalam tidurku di atas kasur. Tentu saja Ais bersama aku dan Kiera, tetapi di ranjang bayi yang kami siapkan. Jadi selama Ais belum terbangun dan menangis, aku bisa memeluk Kiera dengan tenang.

"Nghhh, cepatnya… sudah pagi lagi saja. Tidakkah bisa dunia ini punya malam yang lebih panjang lagi seperti Kimino?"

Kecepatan satu rotasi Kimino, satu setengah kali lebih lambat dari dunia-dunia lain, membuat sehari bernilai 36 jam, lama memang. Oh, kalau dibandingkan dengan Demonirya, lebih besar lagi pasti perbedaannya. Walau banyak dunianya, dimensinya tetap satu sejajar ya, bukan sesuatu yang lebih tinggi dari yang lain.

Mungkin dimensi yang lebih tinggi hanyalah kayangan dan surga atau neraka. Namun karena aku mati selalu hidup lagi, aku semakin ragu bahwa sebenarnya surga maupun neraka itu ada atau tidak. Setidaknya gambaran kedua hal itu ada padaku.

"Oh kamu sudah bangun sayang, tumben agak telat."

"Hah, tunggu, telat? Memangnya ini masih jam berapa? Jam 7 kan?"

"Setengah delapan, Jurai sudah pergi bersama Aeria tadi, katanya mau ke istana."

Seriusan…? Mereka terlalu cepat mengambil tindaka, terlalu cepat. Bahkan pagi-pagi seperti ini pun sudah berangkat saja, apa mereka tidak sarapan dulu begitu? Anehnya hanya dari satu konfirmasi Jurai, dia benar-benar serius melakukannya, untuk memberi kesempatan.

Niatnya aku ingin mengkonfirmasi ini dengan kedua mataku, tetapi sudah terlambat seperti ini bagaimana caranya coba? Bisa sih, buru-buru lalu teleportasi ke dekat istana dan menyusup lagi, walau tidak etis sih pastinya.

"Mereka benar-benar ngegas ya setelah Jurai menyatakan keniatannya untuk memberikan kesempatan. Apa sudah ada sarapan sayang?"

"Sudah, tapi sebenarnya hanya untukku, tetapi kelebihan masaknya. Mau makan dulu terus langsung susul mereka?"

"Iya, kalau tidak dengan kedua mataku sendiri, rasanya kurang mantap mengetahui penyelesaian akan masalah Jurai."

Tak perlu waktu lama, atau bertele-tele akan hal tidak penting, sepuluh menit saja aku sudah selesai semua hal, dari mandi, makan, ganti pakaian. Cepat saja setelah aku pamit dengan Kiera, aku mengajak Shin yang sudah tahu akan hal ini lebih dulu, lalu berteleportasi.

Ragu mereka berdua berada di mana, aku hanya bisa melacak mereka dengan mana saja, dengan sihir tentunya. Rupanya mereka sudah ada di dalam istana, semoga saja aku dan Shin tidak terlambat menyaksikannya dengan bersembunyi.

Sekejap saja kami langsung masuk ke dalam dengan diam-diam tentunya. Oh ya, kali ini bukan sihir tak nampak saja, tetapi pengedap suara, pengurangan gesekan dan lainnya yang membantu proses penyusupan. Malas menggunakan sihir terbang yang boros mana.

"Itu dia, mereka, kurasa kita belum terlambat untuk menyaksikan mereka berbicara."

Seperti proses pada biasanya, ini dilakukan di ruangan makan. Panjang mejanya tidak masuk akal sih, jumlah kursinya tidak sedikit yang artinya jumlah kepalanya sesuai atau lebih sedikit dari apa yang terpajang.

Yahh bukan itu yang ingin kuperhatikan sih, tetapi ucapan Jurai juga Aeria dengan anak cucu mereka. Lagipula tujuan kita bukan menganalisis hal lain, hanya menyadap pembicaraan mereka sebisa mungkin.

"Jadi, bagaimana keadaan kalian akhir-akhir ini. Sudah lama sejak mama tidak ada di sini, kabar cucu-cucu nenek juga bagaimana?"

"Baik semua kok, sudah tidak ada masalah yang terlalu berat sejak terakhir kali perang besar itu. Lagipula dunia ini sudah mengenal kekuatan kerajaan kita, jadi pasti amannya."

Iyalah, bercanda kau kalau ada yang nekat menyerang kerajaan Leissur begitu saja. Kalau mereka memang berniat untuk menyerah kerajaan Leissur, entah dengan cara mengikis, atau bekerja sama dengan setengah wilayah dunia yang lain untuk menghabisi kerajaan Leissur.

Yang cara pertama itu mustahil, karena wilayah kecil pasti akan dihabisi dengan mudah oleh tentara atau pun petualang yang ada. Jika menggandalkan jalan kedua, bisa, tetapi resiko dikhianati satu sama lain juga tinggi, toh manusia punya sifat serakah.

"Baguslah kalau semuanya masih baik. Mama sudah lama tidak menemui kalian, jadi mama khawatir kalau ada apa-apa tanpa sepengetahuan mama."

"Memangnya mama pergi ke mana kok sampai tidak tahu apa-apa seperti itu? Biasanya mama mendapat informasi setiap beberapa hari sekali dari pedagang di pasar bukan?"

"Dari beberapa bulan lalu, mama dan papa ada di dunia lain membantu teman papa. Jadi baru sekarang kami kembali, itu pun karena gagal melindungi dunia itu."

Sebenarnya tidak ada konfirmasi bahwa perjuangan itu gagal atau berhasil, karena sama seperti Terra, kami tidak melihatnya dengan kedua mata kami sendiri. Walau penasaran, tetapi kalau aku mepet untuk memindahkan kami semua beserta rumahku, pastilah kami akan mati.

Namun apa tidak apa-apa nih, menceritakan soal dunia lain kepada anak cucu mereka? Tahu sih kalau memang rahasia soal dewa dan dewi saja sudah mencengangkan, tetapi soal dunia lain dan bagaimana perginya mungkin tidak harus diceritakan.

Dibanding itu, aku jadi penasaran dari tadi Jurai hanya diam dan menutup matanya. Hanya dengan menggerakan tangannya, dia menyantap makanan di hapadannya itu. Kurasa dia sedang menahan diri untuk keinginan Aeria.

"Apa papa dan mama baik-baik saja? Dibanding mama khawatir kepada kami, kami lebih khawatir karena kelihatannya mama dan papa lebih dekat dengan bahaya. Apalagi mama bukan tipe petarung."

"Walau bukan tipe petarung, mama tetap bisa melindungi diri sendiri. Juga mama bisa sihir penyembuhan lebih dari yang lain, apa kurang?"

"Nenek, nenek, apa di dunia lain itu menyenangkan seperti di dunia ini? Apakah seru?"

Entah siapa itu, tetapi seorang anak dengan perawakan seolah umur 7 tahun berbicara dengan lucunya kepada Aeria. Yaah aku tidak berani bicara soal umurnya, hanya dari perawakannya saja. Kau tidak boleh tertipu dengan mudah hanya dari melihat perawakannya.

Bisa jadi dia lebih tua dari apa yang kulihat, berhati-hati lebih baik bukan? Tapi kalau aku melihat di sekitar meja itu, lebih banyak jumlah perempuannya dibanding laki-lakinya. Namun memang, itu tidak menutup kemungkinan untuk yang laki-laki tutup mulut. Bahkan tadi beberapa kali yang lebih aktif yang laki-laki dengan rasa pedulinya.

"Seru, tetapi berbahaya. Sebaiknya untuk Lene di dunia ini saja sudah cukup. Dunia ini juga lebih menarik kok dibanding dunia lain."

"Begitu ya… padahal Lene tertarik dengan dunia lain yang nenek bicarakan…."

Kalau aku ada di antara mereka, sudah pasti kuceritakan karena tak tahan dengan wajah memelasnya itu. Aku paling lemah kalau dipaksa dengan cara lembut seperti itu, tidak dulu, tidak sekarang, tidak di masa depan. Itu hal yang sulit untuk dihilangkan.

Tunggu, aku jadi malah berpikir hal lain lagi kan? Padahal aku kemari untuk mencari tahu soal Jurai dan keturunannya, malah jadi kemana-mana pembahasannya. Sebenarnya Aeria niat untuk memperbaiki hubungan Jurai dan keturunannya nggak sih?

"Lain kali saja nenek ceritakan. Untuk sekarang… darling."

"Huh? Ah, iya, kenapa Ae-chan?"

Ternyata baru disindir sekali saja, Aeria langsung sadar, padahal di dalam hati. Jurai yang mendadak dipangil menjadi terkejut tentunya, dan matanya langsung terbuka melihat sekitarnya yang sebelumnya dia enggan untuk melihat.

Yahh memang sih, kalau orang membenci sesuatu, kau pasti tidak ingin melihatnya. Jangankan melihat, memikirkannya saja sudah jijik rasanya. Sekarang hanya ada kesempatan ini untuk Jurai membuka hati, mari kita lihat apakah bisa atau tidak.

"Darling ingat apa yang kita bicarakan semalam? Lakukan itu sekarang."

"Haruskah? Aku sudah lelah membahas soal itu melulu Ae-chan. Walau diberi kesempatan, pastilah aku akan kecewa lagi."

"Itu karena kau hanya terjebak di masa lalu darling. Sekarang lakukan apa yang kita bicarakan kemarin malam."

Yang mereka bicarakan? Kira-kira apa ya? Aku jadi tertarik karena tak pernah kulihat Jurai merasa tertekan oleh sesuatu, terlebih lagi karena Aeria. Bagi kami, tiga pasangan suami istri, kalau tidak dalam masalah, sifat kami begitu lembut seolah penuh kasih sayang.

Namun kalau masalah menghadang, jangankan kasih, bahkan senyum pun tak akan kau dapati pada kami. Wajari saja, toh itu sifat dasar kami yang sudah menempel dari dulu apalagi berhubungan dengan dewa-dewi.

"Hah~ baiklah. Untuk sekali ini saja, hanya ini saja, aku akan mengampuni kalian termasuk apa yang sudah terjadi di masa lalu. Itu semua yang ingin kuucapkan pada kalian."