webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
377 Chs

CH.30 Kecerobohan

Apa yang akan kau lakukan ketika kau mendapati dirimu jatuh ke dalam lubang masalah yang sama kedua kali bahkan lebih? Itu lah yang sering terjadi padaku, bahkan untuk kasus ini lebih parah. Dan kau tau apa, aku sungguh menyesal melakukannya.

Semua dimulai ketika aku sedang menemui seorang customer. Singkat cerita, karena dia mengingini diriku, dia memberiku obat, lagi-lagi aphrodisiac. Untung saja aku bisa lari dari masalah itu. Namun masalah yang sebenarnya terjadi ketika aku sampai di rumah. Apalagi kalau bukan secara tidak sengaja melakukan hal yang kuhindari.

Yang kali ini aku tidak melupakannya, aku benar-benar sadar melakukannya. Aku sudah melakukan hal yang buruk. Ternyata setelah aku mengecek berita, ternyata namaku dan perusahaanku sudah tersebar luas di internet. Tidak heran banyak yang mengincar diriku.

"Tidak, aku melakukannya lagi. Argh, kenapa aku bodoh sekali dan tidak berhati-hati dalam bertindak!?" aku kesal sendiri mendapati bahwa Kiera mengandung anak ketigaku.

Aneh bukan biasanya seorang orang tua mengingini punya anak banyak atau setidaknya menikah dulu. Tapi semua hal itu tidak terjadi untukku, bahkan berpikir seperti itu dari dulu tidak pernah. Sekarang apa, hanya pasrah terhadap nasib dan keberuntungan tidak akan ada masalah lagi kedepannya.

"Sin… tidak, sayang, janganlah bersedih. Kalau kau tidak mau anak lagi kita bisa menggugurkan yang satu ini kok." itu mengejutkanku.

Tak pernah terbesit kata itu dalam benakku sedetik pun sebelumnya. Memang benar, aborsi masih memungkinkan apalagi masih berumur kurang dari 1 bulan di dalam kandungan. Tapi mana mungkin aku tega melakukan hal seperti itu. Aku masih punya hati yang normal untuk melakukan hal yang wajar-wajar saja.

"Tidak, tidak perlu. Aku tak ingin diriku jadi egois dan tak ingin menyakiti orang lain." aku menolak ide Kiera.

"Tapi jika anak ini hanya jadi beban untukmu, bukannya ini saat yang baik untuk membuatnya sepenuhnya berhenti?" ucapannya semakin masuk akal.

Aku tahu memang kalau aku paksakan, aku mungkin akan merasa terbeban di masa depan. Entah karena apa pun itu, masalah pasti akan datang kedepannya. Namun aku juga tau, jika aku melakukan ini, sama saja aku membiarkan satu nyawa terbunuh. Satu nyawa yang tak bersalah.

"Sudahlah, tidak apa. Aku tak ingin membuat diriku bersalah atas darah yang tertanggung atasku. Lagi pula anak itu tidak bersalah apa pun, membunuhnya hanyalah suatu pilihan yang buruk."

Akhirnya pun pembahasan kami mempunyai hasil akhir sesuai dengan apa yang benar, bukan apa yang dimaukan. Ketika anak itu lahir pun, aku sudah pasrah akan jadi apa kedepannya.

Yang aneh dari ini adalah, kami sebelumnya tau bahwa anak ini adalah anak laki-laki, tetapi yang kami ketahui setelah Kiera melahirkan adalah, 'mereka' adalah anak laki-laki 'kembar'. Kurasa anak dari Kiera dua-duanya kembar semua, atau aku harus katakan empat?

"Kiera… sayang maafkan kau harus menjalani rasa sakit ini semua." aku duduk di samping tempat tidur setelah Kiera selesai melahirkan.

"Tidak kok. Kalau begitu, gantinya kau harus menyayangiku lebih lagi. Bagaimana, ok?" walau mukanya yang menunjukkan rasa sakit, dia tetap tersenyum kepadaku.

"Hm, tentu." aku menyanggupi sambil memegang tangan kanannya.

Nama anak kedua anak laki-laki yang barusan adalah Shouku dan Kyosei. Mengetahui bahwa mereka punya adik laki-laki yang kembar juga, Migusa dan Furisu menjadi sangat senang sekali. Tidak ada yang mengira juga sih punya anak kembar 2 kali. Apa mungkin Kiera juga punya saudara kembar? Mungkin saja.

"Di mana Shouku dan Kyosei? Aku ingin memeluk mereka." Kiera menanyakan keberadaan kedua anak yang barusan dia lahirkan.

"Mereka ada di incubator, sedang istirahat juga. Kau juga istirahat dulu sayang, nanti kecapekan."

Aku mencium dahinya. Tenangkanlah dirimu Sin, semuanya ini adalah perhatianmu secara nyata. Kau tidak terpaksa apa pun itu. Aku terus mengulangi kata-kata itu dalam kepalaku sambil tersenyum.

"Baiklah. Sayang juga istirahat dulu. Pasti dari tadi sayang belum tidur. Harus jagain Migusa sama Furisu kan dari tadi?" memang benar, sudah berjam-jam aku menunggu sambil menjaga kedua anakku.

Soal mereka masuk sekolah, aku sudah ijinkan. Ingat sekali lagi, orang sudah kenal aku, dan kenal kuasaku, tak ada yang bisa membantah kata-kataku. Ngomong-ngomong Shin belum mencariku sama sekali, padahal berita tentang diriku sudah menyebar ke mana-mana. Kurasa memang dirinya tidak mencariku.

"Hmm, baiklah." aku mengambil kursi dan tidur dengan tangan yang kulipat dan kuletakan di atas kasur.

Aku meletakan kepalaku di atas tanganku, dan tertidur lelap. Dari pada Kiera, aku lebih dahulu tertidur, dan disitulah anak-anak perempuanku yang perhatian itu mengambilkan selimut dan menaruhnya di atas diriku, kalau tidak salah. Itu pun aku tau hanya dari cerita yang dikatakan oleh Kiera sendiri.

Sebelum tertidur lelap, aku merasakan bahwa ada yang mencium dahi dan pipiku. Kurasa itu Kiera dan kedua anakku. Aku tertidur terlalu lelap karena terlalu capek, sampai-sampai aku dibangunkan oleh asistenku yang datang mengunjungiku.

"Tuan, tuan, tolong bangunlah." suara itu terngiang dalam telingaku.

"Nghh, ada apa? Aku masih ingin beristirahat." aku terbangun dengan perlahan.

Aku melihat Kiera yang tertidur pulas di kasur dan melihat kedua anak perempuanku tertidur di atas sofa kamar rumah sakit ini.

"Aku membawakan sebuah info penting yang tuan minta." dia menyerahkan sebuah berkas yang tersegel untukku.

"Info penting? Kapan aku memintanya?" terbingung dengan kondisi ini, aku menerimanya dulu sambil membuka berkas itu.

Setelah aku buka berkas dan mengambil isinya, aku mendapati ada sebuah dokumen, dan beberapa foto, kurasa itu barang bukti.

"Tuan memerintahkan untuk mencari info ini beberapa waktu yang lalu. Berkas itu berisi info tentang mana yang tuan katakan itu."

Oh ya aku lupa bahwa aku mau mencari hal yang satu ini. Tapi aku tak boleh membicarakannya di sini, nanti kalau Kiera atau anak-anak bangun urusannya repot nanti.

"Kita keluar dulu, ini sudah malam, nanti menganggu." sambil berdiri aku menyuruh asistenku keluar.

"Baiklah, dan maaf tuan sudah membangunkan tuan malam-malam."

Ternyata tau sopan santun juga, kukira menganggu tidur orang jadi tidak tau sopan santun. Ya itu salahku juga sih, waktu itu memberi perintah ketika mendapatkan data informasi yang aku inginkan langsung berikan kepadaku.

Setelah aku keluar aku membuka berkas itu dan membacanya teliti. Kenapa aku bilang ini informasi penting? Karena aku tak punya jalan lain untuk mengisi manaku. Jujur saja, beberapa tahun ini aku menderita di Terra tak punya suplai mana dunia yang cukup. Maka dari itu aku memberi tahu asistenku untuk mencari eksistensi mana dunia yang masih bersih.

"Hmm, jadi mana yang masih bersih haruslah ada di tempat yang masih belum tersentuh alamnya. Jadi kemungkinan besar ada di hutan atau pegunungan yang belum terpakai sama sekali." sambil membaca aku bergumam.

Informasi ini cukup bisa dipercayai jika aku memikirkan sifat kelogisannya. Nanti aku harus mengecek sendiri. Untuk sekarang aku biarkan saja dulu, karena bukan waktu yang tepat untuk mengecek ini.

"Kalau begitu kau boleh pergi, pulang dan istirahatlah. Besok masih harus bekerja."

"Baik tuan, selamat malam."

"Selamat malam."

Setelah asistenku itu pergi meninggalkanku, aku menyimpan berkas yang ada dengan hati-hati. Aku tidak ingin sampai ada yang tau soal apa yang aku sedang kerjakan. Setidaknya aku ingin melegakan diri tanpa ada halangan.

Aku membuka pintu dengan perlahan takut membangunkan siapa pun. Tapi dari awal asistenku membangunkanku adalah sebuah kesalahan. Ternyata anakku yang satu, Furisu terbangun dari tidurnya.

"Papa…?" setelah menutup pintu, aku terkejut akan panggilan Furisu.

"Ada apa nak, tidak tidur?" aku mendatanginya dan mengusap kepalanya pelan.

Furisu hanya menggelengkan kepala pelan menjawab pertanyaanku.

"Tidak kok pa, Furisu hanya terbangun gara-gara mendengar suara papa. Papa sendiri kenapa bangun? Ada pekerjaan kah?"

Entah kenapa aku merasa lega anakku tidak mendengar atau setidaknya tidak mengerti apa yang kubicarakan tadi.

"Tadinya ada pekerjaan, tapi buat besok saja."

"Mnghh, kalau begitu Furisu mau tidur lagi, oyasumi papa." Furisu mulai terlelap dalam tidurnya lagi.

"Oyasumi."

Setelah Furisu tertidur pun, aku bangkit dan duduk di kursi di samping Kiera. Memikirkan soal keluarga memang merepotkan, apa lagi menyembunyikan keberadaanku menjadi sangat sulit.

[Kenapa kau begitu gelisah? Tenang saja, aku tidak akan lepas kontrol diri lagi kok.]

Terdengar suara nyaring di dalam kepalaku. Tentu saja itu Ryuuou. Setelah aku akhirnya bisa menetralkan diriku, aku tak pernah mendengarkan suara Alter Ego, atau Ryuuou dalam diriku. Kejadian ini bisa dikatakan langka.

'Ahh tidak apa-apa kok. Ngomong-ngomong apa kau tidak akan mati selamanya? Bukankah makhluk seperti dirimu butuh mana?' aku berbicara membalasnya dengan berpikir dalam otak.

[Tidak, asalkan kau tetap punya mana dalam tubuhmu, aku tidak akan mati. ah jangan khawatir soal apa kau tetap punya mana atau tidak, tubuhmu itu sudah banjir bahkan seperti lautan mana.]

Ucapannya mengingatkanku pada diriku yang terlalu OP ini. Hahaha, tapi kekuatan OP pun tidak bepengaruh di sini. Semua masalah di sini diselesaikan dengan kekuatan politik, bukan fisik. Jadi aku rasa kekuatan ini tidak ada gunanya juga.

'Benarkah? Kau enak tinggal di lautan mana. Aku? Bahkan mana bersih setitik pun tak ada' protesku kepada Ryuuou.

[Oh kalau begitu biarkan kumemperingatkanmu. Kalau sampai kau kehabisan mana atau mana dunia, kekuatanku akan lepas kontrol lagi.]

Busyet, ini anak ucapannya membuat orang terkejut setengah mati. Gila apa dia ya? Kalau kekuatan dia lepas kontrol sama saja aku kehilangan kontrol atas diriku juga. Dan kalau sampai aku lepas kontrol, kekuatan yang OP ini akan jadi ancaman untuk banyak orang.

'Beneran? Kalau kau berbohong padaku akan kubunuh kau.' walau di dalam otak, aku tetap bisa mengintimidasi dirinya.

[Ampun, ampun. Beneran lho, kalau sampai terjadi awas. Makanya dari awal aku memperingatkanmu.]

'Terlambat, kau harusnya memperingatkanku sejak beberapa tahun yang lampau.'

Kalau saja aku tau betapa eksistensi mana di dunia ini sangat penting, aku sudah mencarinya dari dulu. Tapi diriku terlalu sial karena aku baru menyadari itu beberapa waktu yang lalu. Itu pun karena tiba-tiba aku pingsan sendiri. Untung tidak ada yang tau kalau aku mulai kehabisan mana dunia.

[Maaf. Aku juga barusan mengalami goncangan lepas kontrol itu sih. Jadi aku barusan ingat juga.]

Ternyata mahluk di dalam kepalaku pun merasakan apa yang kurasakan juga. Kurasa kedepannya aku harus berhati-hati.

'Kalau begitu bisa kau prediksikan batas waktu aku harus menyuplai mana terakhir kapan?'

[Minggu ini, 3 hari, tidak 2 hari.] oh betapa sialnya diriku ini.

Tidak bisa kah waktunya bisa lebih lama lagi? Ah lupakan soal kompromi, ini salahku juga tidak menyadari hal ini dari dulu. Sekarang adalah cara mencari waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini.

Susahnya, alasan apa yang bisa kugunakan untuk menghilang satu hari saja. Mengumpulkan mana di gunung atau hutan pun butuh bertapa, dan itu memakan satu hari penuh. Bisa saja sih aku bilang pergi untuk urusan bisnis, tetapi terlalu mencurigakan. Kalau aku pakai alasan ada kepentingan, nanti dihujani pertanyaan. Ahh serba salah, serba pusing.

'Hah~ sudahlah, aku akan pikirkan besok. Semoga ada jalan keluarnya. Kalau tidak aku setidaknya harus kembali ke Heiya atau Demonirya untuk mengisi manaku lagi.'

[Istirahatlah dulu. Pikiran tidak stabil hanya akan mempercepat batas waktu itu.]

Aku mendengarkan ucapannya. Dengan posisi yang sama, aku tertidur lelap lagi tanpa mempedulikan masalah itu untuk sementara saja.