webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
377 Chs

CH.29 Mengulangi Kesalahan

Sekali lagi aku terjebak dalam kesalahan yang sama tanpa merubah sesuatu apa pun dalam hidupku. Kalau tanpa memori Alter Ego Lucifer, ini seharusnya menjadi pernikahan pertamaku. Cukup sebagai informasi saja, aku menikah di umur 22 tahun, sedangkan Kiera berumur 19 tahun. Ingat ketika aku mengatakan umurku 19 tahun waktu itu? Itulah perhitungannya.

Selama aku tak terjerat masalah apa pun, tak ada yang terjadi di hidupku, hanya kehidupan yang membosankan. Ngomong-ngomong sejak aku kembali dari Demonirya, Shin tidak pernah tau kabarku, itu karena aku sudah memberi tahu asistenku untuk jangan memberi tahu dirinya.

"Sin… apa yang sedang kau pikirkan." aku dikejutkan oleh kedatangan Kiera.

Tentu saja Kiera datang dengan Migusa dan Furisu. Entah kenapa Migusa dan Furisu tidak pernah mempeributkan kenapa kami berdua menikah saat umur mereka baru 3 tahun. Sekarang, ketika umurku sudah 25 tahun, yang berarti kedua anak kembarku ini sudah 6 tahun, tidak banyak yang kulakukan.

Tentu saja ada hal seperti Migusa dan Furisu sudah masuk sekolah dasar di Jepang. Sejak kami berdua menikah, Kiera setuju dengan keputusanku untuk tinggal di Jepang saja. Pernikahan kami pun hanya sebatas beberapa orang yang terdekat saja, karena aku tak ingin membuat keributan.

"Ah Kiera. Sedang memikirkan pekerjaan kok. Migusa dan Furisu udah makan?" dengan senyum aku menyapa mereka.

"Sudah kok pa." mereka berdua menjawab bersamaan, seperti layaknya saudara kembar biasa lakukan.

"Memang papa sudah makan?" Furisu bertanya dengan muka imut dan perhatiannya.

Setidaknya ini lah yang membuatku melupakan segala masalah yang kuhadapi. Muka imut dari kedua anakku itu membuatku selalu tersenyum.

"Sudah kok nak." aku mengelus rambut Furisu dengan halus.

"Mhmm, papa kok hanya mengelus Furisu aja sih? Migusa juga mau!" ternyata saudara kembar bisa iri juga, lucu sekali.

"Ahahahaha, iya iya deh. Bagaimana sekolah tadi?" dengan sedikit penasaran aku bertanya kepada mereka setelah berjongkok di depan mereka berdua.

Kurasa tidak ada masalah ketika aku menikmati segala sesuatu dalam hidupku. Kiera pun tersenyum melihati kami bertiga dari dekat ketika aku melirik sebentar.

"Humm, seperti biasa kok pa, banyak teman-teman kita yang tertarik kepada kita karena kita adalah saudara kembar." Migusa menjelaskan dengan tangan yang dilipat sambil menutup mata, mengangguk-anggukkan kepala.

"Karena kami unik, jadi banyak yang ingin berteman dengan kami. Kata seorang teman kami, katanya kami sampai dikenal oleh semua orang di sekolah." yang itu mengejutkanku.

Biasanya karena aku tenggelam dalam pikiran dan pekerjaanku, aku jarang punya waktu kosong berbicara dengan anak-anakku. Jadi untuk kali ini biarkan aku mengajak mereka mengobrol.

"Ohh begitukah, papa jadi ingin lihat kejadian langsungnya, ahahaha." aku memeluk mereka berdua sebentar sebelum aku berdiri lagi.

Kurasa ini saatnya mengubah diri menjadi lebih baik. Aku tak ingin masa laluku menghantuiku. Biarkan yang sudah terjadi, tetap terjadi, dan yang belum terjadi, usahakan yang terbaik.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan beli es krim?"

"Mau, mau, mau!" tentu saja mereka menangapi dengan cepat.

"Hahahaha, baiklah. Ayo mandi dan ganti baju dulu."

"Baaaikk." mereka langsung berlari masuk ke kamar mereka mempersiapkan diri.

Tersenyum aku melihat kelakuan mereka berdua. Ahh sekarang giliran mengurusi Kiera. Tidak mungkin kan aku pergi dengan Migusa dan Furisu sendirian.

"Bersiap-siaplah juga Kiera. Aku akan tunggu di sini."

"Baiklah Sin."

Setelah Kiera pergi bersiap-siap, aku kembali sendiri di sini. Ahhh, sungguh menyenangkan. Kalau saja dari dulu aku bisa menikmati hal ini. Sampai-sampai karena melalui semua ini, aku melupakan satu hal.

Hal yang berkaitan dengan orang tua dan anak juga, Kuroshin. Setelah bertahun-tahun kembali dari Demonirya, aku kembali disibukkan dengan urusan di dunia ini. Anehnya tidak ada tanda-tanda dari siapa pun yang bisa kulihat jelas. Tapi biarlah, aku juga sudah terlalu malas mengurusi hal seperti itu.

"Hah~ kalau saja pemandangan langit sore di kota ini bisa selalu begini."

Ingat tentang kota tempat di mana aku tinggal selalu hujan setiap saat? Untuk sore hari ini hal itu tidak terjadi. Cukup aneh, tetapi tidak mengusikanku. Ngomong-ngomong aku sudah lepas dari minum alkohol ketika aku menikahi Kiera. Kalau kulanjutkan, itu hanya akan memberi contoh buruk untuk Migusa dan Furisu saja.

"Papa, kami sudah siap." aku menengok ke belakang, ke arah di mana suara itu muncul.

"Ahh udah selesai ya. Furisu di mana?" aku bertanya kepada Migusa karena baru dirinya yang ada di sini.

"Umm, dia sedang menyisir rambut."

Hmm, benar juga, mulai umur 5 atau 6 tahun, seorang perempuan akan mulai memanjangkan rambutnya. Kalau aku salah jangan marahi aku, itu hanya sebatas persepsiku sendiri.

"Baiklah, kita tunggu mama sama Furisu dulu di mobil, ok?"

"Hmm! Baik." dengan semangatnya yang membuatku tersenyum kembali, kami langsung berjalan ke mobil.

Ada hal baru yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Ingat bahwa perusahaan Guirusia.co adalah perusahaan teknologi yang sangat maju dan sangat rahasia. Akhir-akhir ini banyak sedang mencari kebenaran informasi adanya Guirusia.co. Untungnya tidak ada yang tau, sejauh ini sih.

"Ihh, papa dan Migusa kok ninggal aku sama mama sih." belum sampai ke dalam mobil, ada sorakan dari belakang diriku.

Ketika aku melihat kebelakang ternyata Kiera dan Furisu sudah siap juga. Cepat juga ya?

"Ohh sudah siap juga rupanya. Tadi kami niat nunggu kalian di mobil, tapi kalau sudah siap kita berangkat sekarang juga."

Langsung saja tanpa berlama-lama kami berangkat menuju tujuan. Kemana? Bukan beli es krim di tukang es krim, beli 'perusahaan' es krim. Kedua anakku terlihat gembira dalam perjalanannya, walau mereka tidak tau apa yang mereka nantikan.

"Papa, papa. Masih jauhkah?" Furisu bertanya kepadaku.

"Hmm, bentar lagi, 5 menit aja."

"Hm! Ok deh." kurasa penantian mereka akan terbayarkan.

Tepat di depan gedung perusahaan es krim kami turun dari mobil. Kurasa mereka kebingungan kenapa berhenti di gedung seperti ini. Setidaknya kalau mau beli dan makan es krim antara di mall atau di café.

"Papa papa, kenapa kita di sini? Bukannya kita mau makan es krim?" ah sudah kuduga mereka pasti bertanya.

"Tunggu saja sebentar, kita masuk saja dulu."

Mereka berdua menganggukkan kepala tanda menyutujui. Oh ya, Kiera juga terkejut karena aku tak bilang sepatah kata apa pun kepadanya soal ini.

"Ahh, kalian sudah datang. Tuan Guirusia." seseorang menyambutku.

Tentu saja, bukan sembarang orang yang menyambutku, yang menyambutku adalah CEO lama dari perusahaan ini. Sekarang dia berkerja sebagai CEO subtitusi ganti diriku. Akhir-akhir aku banyak melakukan hal yang aneh, dan membeli perusahaan es krim adalah salah satunya.

"Tentu saja. Kau sudah menyiapkan meja untuk kita?"

"Oh tentu. Pengecualian terkhusus untuk tuan Guirusia. Jadi ini istri, dan anak-anakmu kah?" pertanyaan ini sudah terduga olehku.

"Kau bisa simpulkan sendiri. Tunjukkan jalannya."

Tanpa berbincang-bincang lebih lama lagi, kami langsung diantarkan oleh CEO itu sendiri ke ruangan khusus, VVIP. Biasanya ruangan itu khusus untuk berbincang dengan pengusaha lain, tapi sejak aku membeli perusahaan ini, atas permintaanku, ruangan VVIP ini jadi tempat khusus diriku menikmati es krim.

"Silahkan duduk tuan, nyonya, dan putri-putri yang cantik." pintar menyanjung juga ini orang.

Kurasa ini lah kekuatan S3 Marketing, jadi Salesman yang luar biasa dan pintar menggunakan kata-kata membujuk, ahahaha.

"Terima kasih." Kiera membalas.

"Terima kasih om tua." Migusa dan Furisu menjawab dengan bersamaan.

Oof, walau aku tau memang CEO ini sudah masuk angka 50 tahun, tapi memanggil om tua sedikit bagaimana gitu. Lucu benar.

"Huss, Migusa dan Furisu jangan begitu ya? Tidak sopan lho. Ayo minta maaf." Kiera ternyata memperingatkan kedua anakku.

"Ahahaha tidak apa kok nyonya. Aku menganggap itu candaan saja. Lagi pula anak kecil seperti mereka memang harusnya memanggilku om tua." CEO ini ternyata tidak mempermasalahkan hal candaan ini.

Ini lah kenapa aku sering lebih memilih bersama orang yang lebih tua, karena sifat menerima segala kondisi mereka sudah terlatih, dibanding orang muda yang cepat tersulut emosi.

"Maaaaafff." kedua tuan puteriku pun menjawab dengan setengah-setengah.

Tetapi aku tidak mempermasalahkan hal itu karena itu lah yang membuat hidup anak-anak menjadi ceria. Sekarang aku jadi berpikir, apakah cara mendidik anakku itu salah atau tidak ya? Aku tak pernah dirawat oleh orang tuaku sendiri, jadi aku tidak punya ide apa pun menjadi orang tua yang benar.

"Kalau begitu tolong keluarkan yang sudah kuminta tadi." aku berkata kepada Haapi, CEO itu.

"Baiklah. Pelayan tolong bawa masuk dan sajikan pesanan yang sudah kuperintahkan tadi."

Dengan sekejap saja, semua yang kupesan sudah ada diatas meja. Sebuah es krim khusus untuk setiap orang. Oh ya, bayangkan saja bagaimana betapa senangnya Migusa dan Furisu melihat apa yang ada di depan mata mereka.

"Untuk pesanan tuan Guirusia, Melted Banana Split Duo Flavour, untuk punya nyonya, Haven Burst Mix Fruit, dan untuk dua tuan puteri, satu One Day of Happyness." tepat sesuai permintaanku.

Fuah, cara penyajiannya keren juga. Dan sebagai informasi, es krim ini hanya dibuat atas permintaanku, tidak dijual secara luas. Jadi tak akan ada yang menyamai es krim ini.

"Uaaaa, papa, benarkah ini milik kami?" Migusa ternyata dengan mata yang berbinar-binar melihatku.

"Makanlah, kan papa sudah bilang kita akan makan es krim." aku tersenyum hangat membalas ucapan anakku.

"Yeaayy!" mereka berdua bersorak sebelum akhirnya mulai menikmati es krim mereka.

Kurasa daripada es krim yang membuatku tersenyum dan senang, aku lebih senang ketika melihat sifat kedua anakku yang sangat bersemangat itu. Aku suka ketika aku bisa memberikan sebuah kebahagiaan untuk orang yang kusayangi.

Namun aku merasa ada yang salah. Rasanya ada yang menatap tajam diriku. Dengan perlahan aku menengok ke arah yang menatap tajam diriku, Kiera. Ahhh, kurasa dia sudah tau apa yang aku lakukan. Bisa-bisa aku diomeli nanti. Sudahlah, nikmati dulu saja.