webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
377 Chs

CH.280 Berita Baik Atau Buruk?

Saat Kiera berbicara bahwa aku tidak menyadari sesuatu, sekejap saja aku memaksakan otakku berpikir kira-kira apa yang aku lakukan dan tidak menyadari aku menyakiti Kiera dengan cara apa pun itu. Tetap saja, setelah berpikir keras pun aku tidak bisa mendapati apa pun yang terjadi.

Izin untuk ganti baju sebentar sebelum aku naik ke atas kasur untuk berbicara dengan Kiera, aku langsung cepat saja ganti baju dan membersihkan tubuhku termasuk gosok gigi. Tidak etis aku membiarkan Kiera menunggu lama, tetapi aku juga tidak akan naik ke atas kasur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu.

"Sudah. Sebenarnya apa yang sayang maksud tentang tidak sadar apa yang terjadi? Seingatku aku tidak pernah melakukan sesuatu yang sampai membuat sayang begitu marah kepadaku."

"Bukan sesuatu yang salah, tetapi kurasa sayang tidak memikirkan jauh-jauh seperti biasa. Seingatku waktu itu sayang sedang habis minum alkohol karena diajak Shin bukan?"

"Eh, iya juga. Hah~ ini kenapa aku tidak ingin minum alkohol, membuat otakku tidak bekerja normal seperti biasa. Sudah begitu memoriku buram lagi."

Bukan tipeku yang minum alkohol sebagai kesukaan. Seingatku beberapa hari sebelum pertarungan waktu itu, aku pergi minum alkohol dengan Shin setelah lelah memikirkan rencana. Shin bukan peminum besar, tetapi dia menggunakan alkohol sebagai pelepas kalau sudah lelah.

Dia yang waktu itu juga ada bersamaku di perusahaanku tentu saja mengajakku untuk pergi. Waktu itu sudah malam juga, dan istri kami ada di rumah masing-masing menunggu. Namun Shin tetap saja memaksa untuk minum alkohol. Ujung-ujungnya aku hilang kontrol karena aku sendiri tidak pernah meminum alkohol alias toleransiku rendah.

"Apa sayang ingat apa yang terjadi setidaknya sedikit saja setelah sayang minum alkohol waktu itu? Apa pun itulah, ingat saja."

"Ughh, memoriku begitu buram. Toleransiku akan alkohol begitu rendah, sedikit saja sudah membuatku mabuk."

"Hah~ pantas saja. Seharusnya aku menyadari itu."

"Eh, apa yang kulakukan sebenarnya setelah pulang dari minum alkohol waktu itu? Apa aku membuatmu marah atau kesalahan apa pun?"

Namun kalau iya aku melakukan kesalahannya waktu itu, kenapa baru sekarang marahnya? Kuhitung sebentar… seharusnya sudah lewat dua hampir tiga minggu sejak waktu itu. Jujur aku sebenarnya percaya diri soal memoriku, tetapi kalau sudah mabuk… uh, aku tidak yakin.

Kubuat pelajaran saja deh, lain kali aku tidak akan menyentuh alkohol sama sekali. Dulu saja aku pernah mencicipi alkohol rasanya begitu aneh, aku tidak suka. Namun Shin memang sialan, menyogoki terus-menerus sampai akhirnya seingatku aku habis satu gelas sekali teguk.

Apa aku harus membuat alkohol yang tidak membuat mabuk ya? Ah tidak mungkin, aku tidak pernah mempelajari apa pun tentang alkohol, entah yang diminum atau yang dipakai misal untuk mengobati luka, bukan mengobati sih, membunuh bakteri di luka.

"Bukan membuatku marah, tetapi kira-kira apa sayang bisa berpikir kalau orang sudah mabuk biasanya melakukan apa?"

"Umm… tidak kepikiran sih karena tidak pernah mabuk sebelumnya, tapi… mungkinkah itu? Namun memangnya hari itu sedang ovula- ah… iya, aku baru menghitungnya sekarang dan sadar."

"Baguslah, seharusnya sayang juga sadar apa alasan kenapa aku marah."

Ya… apalagi selain yang satu itu. Hanya satu, ya, Kiera hamil lagi. Bodohnya aku waktu itu berpikir waktu itu memikirkan siklusnya Kiera, tetapi tidak menyadari kejadian waktu itu. Kurasa aku memang tidak pantas untuk berurusan dengan alkohol.

Bukannya aku tidak suka, tetapi memang buatku alkohol itu termasuk hal yang tidak pernah kupakai walau dalam eksperimen atau riset pun. Jadi jangankan aku tentang menghindari menggunakan apalagi mengkonsumsi alkohol, menyentuhnya saja tidak akan.

"Hah~ sekarang bagaimana? Seingatku sayang tidak pernah mau soal memiliki garis keturunan yang lain lagi. Apa mau digugurkan saja?"

"Aku memang tidak ingin, tetapi sekarang sudah terlanjur. Juga, sudah kubilang sejak dulu aku menolak keras soal menggugurkan bukan? Ini salahku juga tidak minum 'morning-pill'. Kelupaan juga karena besoknya itu hari pertarungan itu."

"Eh, bukan beberapa hari sebelum pertarungan ya? Aku salah menghitung lagi."

Ternyata sehari sebelum pertarungan ya? Kupikir setidaknya dua atau tiga hari sebelum pertarungan yang lalu. Benar-benar kali ini aku akan menyalahkan alkohol mengacaukan kerja otakku. Apa harus kulenyapkan saja semua alkohol di dunia ini ya? Ah jangan, nanti ribut malahan.

Sekarang kalau Kiera sudah terlanjur hamil dan menolak keras menggugurkannya, berarti hanya ada jalan untuk menerima kenyataan ini ya? Salahku juga tidak mengingat bahwa Kiera itu tipe yang sangat subur, sekali bermain di atas ranjang saja sudah cukup. Biasanya Kiera meminum 'morning-pill' itu untuk tidak membuatnya jadi.

"Pikirkan saja besok, sudah malam juga, tidur saja deh, aku juga capek."

"Maaf ya sayang. Hah~ baru kali ini aku merasa begitu bodoh."

Mau dibilang aku ini pintar atau bodoh juga tidak bisa. Pintarku jenius untuk memikirkan banyak rencana dan riset. Namun bodohku adalah bagaimana aku menganggapi sebuah kejadian simpel yang tidak akan berpengaruh banyak atau tidak berpengaruh langsung.

Kebiasaan mengentengkan sebuah keadaanku itu benar-benar perlu kuganti. Terlalu banyak hal simpel yang kulewati karena kugampangkan. Dan baru kali ini benar-benar berujung masalah yang besar juga membuatku tidak yakin apa yang harus kulakukan.

Tambahan lagi, pertama kalinya aku melihat Kiera seperti itu. Seingatku dulu akulah yang malah depresi karena tidak sengaja berhubungan dengan Kiera, karena aphrodisiac seingatku kalau tidak salah. Sekarang malah karena alkohol. Benar juga, waktu itu juga karena alkohol bukan? Saat aku di rumah Davin kakek Kiera.

"Hm."

Dengan perasaan yang begitu rumit, aku akhirnya tertidur walau tidak tenang. Akhirnya karena sedang tidak tenang, kesadaranku mundur dari tubuhku dan masuk ke alam bawah sadar membuatku bertemu dengan para AlterEgo diriku.

Tidur dengan tidak tenang membuatku berujung ke sini ya? Lain kali itu harus kuingat-ingat kalau aku tidak mau berujung di sini. Persepsi waktuku akan semakin hancur kalau aku berada di sini. Sekarang saja aku meremehkan arti hidup dan mati, lain kali apa coba?

"Hoo, kau berakhir di sini lagi Sin setelah sekian lama."

"Apanya lama, seingatku terakhir kali aku berbicara dengan kalian itu pertarungan waktu itu. Pandangan orang lain mungkin lama, buat kita itu singkat."

Bukannya aku tidak mau masuk ke sini atau tidak mau bertemu dengan AlterEgo milikku, tetapi tidak banyak yang bisa dilakukan di sini. Ah, mungkin aku bisa berlatih di sini sejak di alam bawah sadar aku bisa menciptakan apa saja. Namanya juga di dalam pikiran, aku bisa mengubah apa pun hanya dengan berpikir.

Namun aku sedang tidak mood untuk berlatih, baru saja aku dihadapkan oleh ucapan dan perasaan Kiera yang seperti itu. Rasanya ingin beristirahat dengan tenang, tetapi mana bisa. Aku terganggu dengan keadaan Kiera seperti itu. Tidur kali ini saja aku hanya bisa memeluknya dari belakang seperti yang waktu itu.

Sebagai tambahan, aku juga bisa melihat garis yang menunjukkan bekas air mata pada muka Kiera. Entah kenapa seolah-olah ini benar-benar membebani Kiera dengan sangat parah. Kalau aku ingin sebenarnya aku ingin memeluknya sampai tenang, tetapi aku hanya bisa memeluknya biasa layaknya kalau sedang tidur.

Betapa buruknya aku sebagai lelaki, apa perasaanku menumpul sejak aku pernah menjadi perempuan dan akhirnya meremehkan? Tidak, bukan sifatku yang seperti itu, justru itu harusnya membantuku untuk bertindak lebih hati-hati dan benar. Benar-benar diriku ini buruk, itu saja.

"Benar juga ya. Ya sudahlah, kalau kau ingin, istirahat saja di sini sebentar sambil menunggu beberapa jam. Normalnya kau harus menunggu 8 jam, tetapi di sini 3 jam saja tidak sampai. Beruntung kau Sin."

"Heh, apanya beruntung, aku malah nganggur di sini. Kalau bisa aku istirahat tenang tidur lebih mending. Sekarang aku tahu tidak enaknya dari adanya alam bawah sadar."

Kesadaranku sering kali tertarik ke alam bawah sadar. Dalam keadaan normal, aku bisa menyadarinya, tetapi dalam keadaan seperti ini, aku tidak ingin berada di sini. Pula kalau aku tertidur lelap, rasanya waktu berlalu begitu cepat.

Ditambah lagi, sebenarnya aku bisa saja tidur di alam bawah sadar ini, tetapi butuh usaha yang lebih dari tidur biasa. Buatku saja tidur dengan kesadaran normal di dunia luar saja sudah sulit, apalagi di sini, lebih sulit tiga kali lipat. Mau dibilang iri dengan orang yang bisa langsung terlelap tidur, aku juga tidak akan menyangkalnya.

"Hei, hei, kau itu memang mengesalkan ya? Tidak tahu diri."

"Sudahlah Lucifer, jangan cari masalah dengan Sin. Dia juga baru saja menghadapi masalah dengan istrinya."

"Cih, awas kau lain kali Sin."

"Terima kasih Kioku, kebiasaan memang itu Lucifer, suka cari masalah dan perhatian."

Memori Kioku mempunyai anak dan rasa sakitnya kuingat dengan jelas. Kurasa ini juga hal sama yang dirasakan Kiera waktu itu. Buat orang perempuan yang menjadi mama, butuh banyak yang diperjuangkan dan dikorbankan. Nyawa termasuk taruhan dalam persalinan, aku sadar itu.

"Kau memikirkan soal diriku yang dulu juga pernah melahirkan ya? Mau dibilang bagaimana juga, aku mengerti perasaan Kiera istrimu dengan jelas juga."

"Aku tidak menyesalinya sebenarnya, tetapi aku juga memikirkan perasaan Kiera. Sekarang aku jadi bimbang ini adalah hal baik atau buruk."

"Tentu saja hal baik, Kiera istrimu sebenarnya tidak membencinya juga. Namun perasaannya masih belum siap untuk menerima hal itu. Tenang saja, lama-lama dia akan membuka diri dan menerima keadaan ini kok."

Kioku memang bisa diandalkan, sifatnya yang lembut membuatku sadar bahwa menghapus memori waktu itu tidak ada salahnya sama sekali. Aku bersyukur aku memiliki memori Kioku dan sedikit merasakan apa yang dialaminya sepanjang hidupnya.

Kurasa sesuai kata Kioku, aku hanya bisa menunggu waktu saja yang menjawab bahwa Kiera akan membuka diri dan menerima keadaan ini. Entah cepat atau lambat, aku akan menunggunya, aku orang yang sabar sejak aku juga sabar menanti waktu aku menghajar dan membunuh Kuroshin dengan pasti.

"Terima kasih sudah menyemangatiku Kioku, aku akan menerima berita ini dengan pandangan positif."

"Begitu lebih baik."