webnovel

RESPECT

Pagi ini udara begitu terasa sejuk , embun air menempel di area kaca kamar , hujan rintik pun menghiasi pagi ini.

Suara suara kendaraan pun tiada henti , terlihat banyak sekali para pekerja pekerja menepi untuk singgah senjenak agar pakaian mereka tidak basah.

Wahai hujan , berhentilah turunmu dari bumi memanglah sebagian dari anugerah tuhan. Tapi engkau harus ingat dibawahmu masih banyak seseorang yang terhalau olehmu.

Pagi ini bibi telah menyiapkan makanan kesukaanku , segera berangkat ke sekolah rasanya aku ingin menggunakan mobil tapi aku harus ingat aku terlahir dari kendaraan umum , dimana namu besar dan di semua suka duka yang telah aku lalui dari kendaraan tersebut.

Sambil menunggu hujan reda , alangkah lebih baik aku menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok untuk menikmati hidup ini. Mendengarkan suara rintik hujan yang begitu deras begitu indah nestapa ini ku lalui.

"KKKRRRRRIIIINNNNKKK" Suara handphone pun berbunyi.

"Halo , kenapa Ram? " Suara isi telepon tersebut berasal dari suara Ramadhan.

" Yan , Novi yan Novi " Suara Ramadhan panik.

" Novi kenapa? Coba jelasin dulu " mencoba menenangkan Ramadhan karena dari nada suara dia begitu panik.

" Novi , ketabrak sama orang ga di kenal yan. Ini gua sekarang ada di tempat biasa kita nunggu metromini waktu kelas 1 " ucap Ramadhan.

"Ha? Ko bisa gua kesana sekarang bawa mobil " ucap Bryan berlari menunju kamar untuk mengambil kunci mobil.

Tanpa basa basi lagi Bryan mengeluarkan mobil miliknya dan melaju dengan cepat menuju tempat yang sudah di beritahu oleh Ramadhan.

Sesampainya disana ia langsung sesegera mungkin membawa Novi menuju rumah sakit agar mendapatkan pertolongan dengan cepat.

Ramadhan pun melanjutkan perjalanan sekolahnya menggunakan metromini dan ingin memberi kabar kepada wali kelas Bryan , bahwa Bryan datang terlambat dikarenakan menolong seseorang yang mengalami kecelakaan.

Sesampainya di rumah sakit Bryan pun menunggu di depan ruang Urusan Gawat Darurat karena khawatir dengan keadaan Novi.

Tak lama kemudian datanglah dua sosok orang tua dan satu anak muda mungkin itu sosok orang tua Novi dan satu anak muda itu ya benar dia adalah mantan Novi.

Di lokasi kejadian tadi Bryan tak segaja menemukan gelang , gelang itu seperti gelang yang digunakannya untuk menampar Novi waktu itu.

Karena Bryan sangat marah dengannya , bryan pun memukul mantan pacar Novi tersebut hingga membuatnya terjatuh.

Melihat kejadian tersebut orang tua Novi melerai perkelahian itu dan mereka membela mantan pacar Novi , akhirnya Bryan di usir dari rumah sakit.

Kedua orang tua Novi tidak mengetahui bahwa saja yang membawa Novi kerumah sakit adalah Bryan.

Bryan pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju sekolah , terpaksa karena dia diusir oleh kedua orang tua Novi dengan alasan bryan memukul pacar Novi. Apakah orang tua Novi tidak mengetahui bahwa pria brengsek itu yang menyakiti anaknya selama ini , bryan sangat yakin dalang dari semua ini adalah mantan pacar Novi. Gelangnya pun sama dan akan ku pegang untuk menjadikan bukti kelak nanti , sesampainya di sekolah jam menujukan pukul 10 pagi bahwasaja jam tersebut adalah waktu istirahat dan bryan bergegas menuju kantin sekolah.

"Bryan , gimana tadi si Novi?" Ujar Ramadhan penasaran dengan kejadian tadi pagi.

"Ram , kayanya yang nabrak dia mantan pacarnya deh " ucap Bryan mencoba menduga-duga dalang dari semua ini.

"Emang cewe gatau diri itu kenapa" suara Bella menyambar obrolan Ramdhan dan Bryan.

"Lu ko bisa nuduh mantan pacarnya Novi " ucap Ramadhan mencoba bertanya.

"Iya soalnya gua punya gelang ni " ucap bryan mencoba memperlihatkan gelang tersebut.

"Emang itu gelang apa " ucap Rey menyambung obrolan mereka.

"Waktu pertama kali gua nolongin Novi perihal dia di tampar itu , gua ngeliat ini gelang ngelekat di tangannya. Jadi bukannya gua nuduh tapi ini bukti aja" ucap Bryan menjelaskan apa yang sudah di lihatnya sewaktu kejadian tersebut.

"Ya gapapalah buat bukti aja yan " ucap Ramadhan.

"Hei Bryan , Hei Bryan " ucap Bella kesal dengan Bryan.

" Kenapa Bella "

" Aku dari ngomong kenapa ga kamu jawab " ucap Bella

" Ya si novi itu kecelakaan "

" Bryan , kamu sadar ga si kalo aku itu udah nunggu kamu selama tiga tahun. Aku suka sama kamu dari awal kamu didik sama senior kita , kamu emang ga ngerasain kalo perasaanku itu lebih kekamu lebih dari seorang sahabat?" Ucap Bella mencoba mengungkapkan perasaannya.

"Upsss berattttt" ùcap Rey meledek.

" Udahlah gua mau ke kelas aja , takut ngeganggu obrolan mereka "ucap Ramadhan dengan raut wajah kecewa karena mengetahui bahwa perasaannya tidak pernah di anggap oleh Bella.

" Tar dulu Ram , udah lu sini dulu " ucap Bryan menahan Ramadhan.

" Bella , gua tau ko perasaan lu lebih ke gua lebih dari seorang teman. Cara lu memperlakukan gua juga engga seperti cara lu memperlakukan Ramadhan dan Rey , yang harus banget lu tau adalah waktu kelas dua, gua mencoba untuk membuka hati sama lu dan mencoba untuk menaruh perasaan ke lu tapi gua ngeliat apa yang sudah di perjuangin Ramadhan selama ini ke lu " ucap Bryan.

"Ramadhan itu cinta banget sama lu , lu sadar ga si apa yang sudah Ramadhan korbanin ke lu. Setiap kejadian pasti dia yang selalu nyelametin hidup lu " ucap Bryan melanjutkan pembicaraannya tadi.

"Dan hari ini gua mau lu sadar bahwa Ramadhan itu cinta sama lu"

"Kamu boleh mencintai seseorang , tapi kamu harus tahu dulu yang kamu cintai itu mencintai kamu atau engga " ucap Bryan menjelaskan kepada Bella.

"Sesekali kita harus menegok ke belakang , apakah ada yang mencintai kita diam diam atau tidak " ujar Bryan.

" Tapi akukan maunya sama kamu Bryan , Ramadhan sama aku udah lama jadi temen deket jadi aku nggangep dia kaya sosok abang aja dimata aku " ucap Bella tetap mengotot untuk mendapatkan Bryan.

"Kamu jangan jadi orang bodoh yang meyakiti diri sendiri , bahwa dia adalah salah satu seseorang yang tak memperdulikan perasaanmu " ucap Bryan mencoba membuat kata kata mutiara.

"Tau ah , aku pergi " ucap Bella menangis meninggalkan Bryan.

Ternyata perempuan yang sering terlihat kuat hingga bergaul dengan anak anak hebat , sering sekali mengikuti perkelahian tetap saja soal perasaan kita hanya manusia yang lemah ketika di hadapkan dengan perasaan.