webnovel

Randi, Tolong!

Meraka akan terus begitu tak saling berbicara satu sama lain sampai salah satu di antara keduanya memutuskan untuk berbicara. Hingga akhirnya Randi yang memutuskan untuk memulai pembicaraan karena sudah hampir beberapa menit berlalu tanpa ada percakapan di antara keduanya.

"Bagaimana kabarmu? Kamu sudah lama atau baru saja tiba? Sejak kapan ngobrol sama Mama di depan sini?" kata Randi mencoba memulai pembicaraan dengan Maya walau dengan ekspresi wajah datar.

Maya agak terkejut ketika Randi tiba-tiba bersuara. Ia sampai tak menjawab untuk beberapa saat karena kaget, tak menyadari kalau apa yang dikatakan oleh Randi itu ternyata untuknya. Dia kira Randi sedang bicara seorang diri dan tak mengajaknya bicara.

"Kamu kenapa diam saja? Nggak mau jawab pertanyaanku? Tidak niat untuk berbicara sama aku? Kalau begitu pulang saja," tegur Randi yang tak mendapat jawaban dari Maya yang terdiam.

"E-eh, maaf. Aku kira tadi kamu bicara sendiri. Aku nggak tahu kalau itu pertanyaan kamu ajukna buat aku. Aku benar-benar minta maaf." Maya meminta maaf setelah tersadar dari lamunannya.

Randi hanya membalas dengan menghela nafas. Membiarkan Maya mengingat pertanyaan yang sudah ia ajukan lalu menjawabnya.

"Iya, aku baik-baik saja. Aku juga belum lama tiba di sini. Aku kebetulan lewat sini makanya aku coba untuk mampir siapa tahu ada kamunya. Berhubung tadi kamu belum pulang, aku tadinya mau langsung pergi tapi mamamu menahan. Katanya masuk saja dulu karena kamu sedang dalam perjalanan pulang. Kamu sendiri bagaimana kabarmu? Apa baik-baik saja? Bagaimana sekolahmu? Apa semuanya berjalan dengan lancar?" Maya mencoba memanjangkan percakapan mereka.

Randi tak langsung menjawab. Lebih memilih memperdengarkan helaan nafasnya yang panjang. Membuat Maya merasa tidak enak takut kalau Randi tak nyaman berbicara dengannya. Padahal dia sudah berusaha baik padanya.

"Kabarku baik-baik saja. Sama seperti dulu sebelum kamu pergi dari sekolah. Semuanya berjalan dengan lancar seperti yang kamu lihat sekarang. Kamu sendiri bagaimana dengan sekolah pilihanmu? Apa semuanya sesuai dengan yang kamu inginkan?" Randi kembali bertanya pada Maya.

Maya ikut menghela nafas ketika pertanyaannya mendapatkan respon dari Randi.

"Syukurlah kalau kabarmu baik-baik saja dan sekolahmu lancar seperti dulu. Di sekolahku yang baru aku belum banyak mendapatkan teman. Mungkin karena aku masih terbawa suasana di sekolah yang dulu makanya sulit untuk beradaptasi. Tapi mungkin cepat atau lambat aku bisa memiliki teman baru. Semoga saja."

Randi merasa agak kasihan pada Maya yang terlihat sulit untuk beradaptasi. Meski kepeduliannya tak ia tampakkan secara langsung di hadapannya Maya. Tapi dia merasa kasihan padanya karena sulit mendapatkan teman baru. Padahal dulu, Maya semasa satu sekolah dengannya memiliki sifat yang periang dan mudah bergaul dengan banyak orang. Tapi beda tempat beda juga ceritanya. Dia tidak bisa beradaptasi dengan gayanya di tempat yang berbeda tentunya.

"Semoga kamu cepat beradaptasi, ya. Jangan biarkan tempat yang baru menghalangi orang sepertimu untuk tumbuh dan berkembang. Bunga yang baik akan tetap berkembang di tempat yang tepat," kata Randi sedikit menyemangati Maya dengan gaya kalemnya.

Maya berbunga-bunga mendengar pernyataan dari Randi. Meski dengan sifatnya yang dingin dan cenderung datar. Randi masihlah Randi yang ia kenal dulu. Selalu memiliki sifat manis yang ia miliki yang bisa membuat Maya selalu jatuh hati padanya. Andai jarak bukan jadi pemisah mereka.

"Terima kasih banyak atas kata-kata semangatnya. Kamu sendiri bagaimana ambisimu untuk masuk OSIS? Apa tercapai? Apa kamu sekarang menduduki jabatan itu? Sebagai ketua seperti yang kamu inginkan dulu?"

"Terkadang mimpi tak seindah kenyataan. Aku tetap harus puas menjadi si nomor dua. Tapi setidaknya aku sudah berusaha untuk mewujudkan mimpiku seperti yang sering kukatakan padamu. Aku kalau selisih suara, tidak terlalu jauh. Yang terpilih adalah ia yang memiliki pesona pada banyak orang," kata Randi.

"Maaf aku tidak tahu, turut bersedih untuk kegagalanmu. Semangat terus untukmu! Aku yakin kamu tetap bisa menunjukkan kontribusi yang terbaik," ujar Maya mencoba menghibur Randi atas kekalahannya melawan Andre ketika pemilihan ketua OSIS.

***

Sementara itu Nina yang baru saja tiba di rumah merasa gelisah. Setelah dirinya mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa. Dia teringat kalau nanti akan ada ekskul Band. Dia pasti akan kembali dimarahi oleh Andre ketika datang terlambat. Sebagaimana pun usahanya untuk datang lebih awal tetap saja dia akan tiba terlambat dan jadi bulan-bulanan kemarahan Andre.

"Bagiamana ini, aku pasti akan dimarahi kembali oleh Andre jika datang terlambat. Hari ini aku harus kembali datang untuk latihan band. Aku tidak mau jadi bulan-bulanan dari amarahnya Andre jika aku sampai datang terlambat. Apalagi aku tadi sempat berdebat dengannya di lorong sekolah. Dia pasti semakin menjadi jadi untuk memarahiku," gumam Nina cemas.

Nina kemudian mencoba untuk menghubungi Randi. Berharap dirinya mendapatkan solusi untuk menenangkan dirinya yang khawatir dan bingung. Harus datang atau tidak latihan di hari ini. Dia juga tidak mau datang karena cepat atau lambat dia berangkat dari rumah. Hasilnya sama saja dia akan tiba telat ke tempat latihan.

Sementara itu Randi yang sedang berbincang dengan Maya tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk dari seseorang. Sehingga mau tidak mau dia harus menjawab panggilan masuk tersebut.

"Sebentar, ya. Sepertinya ada yang menghubungiku," kata Randi kemudian mengambil ponselnya yang berada di dalam.

[Halo, Randi. Kamu sedang di mana? Kamu sedang sibuk tidak? Aku membutuhkan saranmu,] ujar Nina dengan nada panik berbicara pada Randi.

[Halo, Nin. Ada apa? Aku sudah di rumah. Aku kira siapa tadi yang mencoba untuk menghubungiku. Ada apa? Kenapa suaramu seperti orang panik begitu? Ada apa? Apa yang terjadi? Sepertinya kamu sedang dalam masalah.]

Suara Nina terdengar sampai ke telinganya Maya. Maya kemudian bertanya pada Randi.

"Siapa yang menghubungimu? Kenapa suara wanita? Apa dia pacar barumu?" tanya Maya.

Randi hanya mengisyaratkan dengan jarinya agar Maya tak terlalu berisik karena dia tidak bisa fokus mendengarkan suaranya Nina. Maya pun terdiam setelah diberikan jawaban begitu oleh Randi.

[Seperti ada suara wanita yang berbicara di sana. Kamu sedang sama siapa? Apa aku tidak menggangumu? Kalau menelfonmu sekarang ini. Sepertinya kamu sedang menerima tamu. Aku jadi tidak enak menelfonmu kalau kamu sedang sibuk sekarang.]

[Tidak apa-apa, katakan saja ada apa? Kamu sedang ada masalah apa? Tamuku bisa menunggu asal kamu bisa segera mengatakan apa masalahnya. Sepertinya kamu sedang panik begitu,] kata Randi meminta Nina agar segera menceritakan masalah yang sedang ia hadapi dan tak terlalu memperdulikan perihal tamunya Randi.

[Benar tidak apa-apa? Jadi begini, aku saat ini sedang bingung karena hari ini ada latihan Band di studio dekat sekolah. Aku bingung harus datang atau tidak. Kamu barangkali punya saran yang bagus atau alasan yang masuk akal agar aku tidak hadir pada latihan band saat ini. Tolognlah Randi! Aku benar-benar membutuhkan saran darimu,] kata Nina memohon Randi untuk membantunya.