webnovel

Rain Sound

biar kutanyakan pada mu. apa kau percaya cinta pertama akan terjalin saat kamu hanya memendamnya disudut hatimu tanpa pernah mengungkapkannya, tanpa sekalipun memperlihatkan langsung padanya? kebanyakan orang akan berkata tidak mungkin. ya sangat tidak mungkin. namun suara hujan malam itu seakan menjadi pertanda bagi chika, jawaban yang seharusnya tidak mungkin entah mengapa berubah menjadi mungkin. tapi apa yang terjadi? bagaimana mungkin perasaan yang tulus ini terjalin dalam hubungan yang tak jelas. haruskah chika bahagia atau merasa sedih? ini tentang kisahku dan cinta pertamaku

Kirei0713 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
14 Chs

Membuang Rasa

berusaha memadamkannya, memadamkan perasaan yang kian menyala ini, sungguh tak mudah. tapi mempertahankannya pun terasa menyiksa

Sunyi. Satu kata yang dapat memggambarkan suasana rumah chika pada saat ini. siang tadi baik ana, ani dan dona telah berpamitan untuk pulang kerumah mereka masing-masing, alasannya tentu saja karena Ayah chika yang rencananya akan pulang sore ini juga. tak ada alasan bagi teman-temannya untuk menetap lebih lama di tempat chika, ditambah lagi besok adalah awal dari semester baru dan tanda berakhirnya libur panjang ini.

'libur panjang' chika mendengus sembari tersenyum. "libur pendek yang sama sekali gak kerasa ini namanya" ujar chika keluar dari kamar sembari menggenggam segelas coklat meletakkannya diatas meja. chika melirik kearah jam tangan, memperhatikan tiap detik yang berputar pelan, pikirannya berusaha menduga-duga, kenapa arka tidak menghubunginya selama beberapa hari belakangan ini. memang benar, baru kemarin chika mengatakan ia tak lagi perduli dengan arka dan tidak memiliki perasaan lagi padanya. meski hal itu ia ucapkan secara setengah hati, tapi bukan berarti saat ini ia merindukan kehadiran arka. hanya saja, terasa aneh ketika seseorang yang biasa hadir namun tiba-tiba menghilang seakan ditelan bumi.

'tidak mungkin kan arka tau aku membohonginya?' gumam chika pelan. 'ah, entahlah' lanjutnya yang kemudian menyesap coklat secara perlahan.

waktu terus bergulir, entah sudah berapa lama ia menatap televisi di hadapannya dengan pandangan tak bergairah. cuaca hari ini pun membuat rasa bosan chika semakin meningkat, berbeda dengan kebanyakan orang yang menyukai cuaca cerah, chika justru lebih tertarik dengan cuaca yang teduh tanpa terik matahari yang menyengat.

chika meraih ponsel yang berada diatas meja dan mulai berselancar mencoba mencari hal-hal yang dapat mengurangi rasa bosannya saat ini. chika membuka instagram dengan pandangan fokus memperhatikan tiap postingan yang dipenuhi foto teman-teman sekolahnya, yang telah menghabiskan liburan mereka ke berbagai daerah jauh, berbanding terbalik dengan chika, yang menghabiskan waktu liburannya hanya dengan menetap dirumah, sembari bersantai tanpa perlu bersusah payah mengunjungi berbagai tempat.

Ting. suara pesan masuk di instagram chika, chika mengerutkan kening bingung.

Arka : Assalamu'alaikum, chika sedang apa? kamu ada waktu?

Chika : Wa'alaikumussalam, apa ini? arka, tidak biasanya kamu menghubungi melalui instagram

Arka : ah, ya tadinya berniat menghubungi seperti biasanya, tapi aku ingin menghubungi lewat Instagram saja, tidak apa-apa kan?

lama chika terdiam membiarkan pesan dari arka masuk secara bergantian. ada sekitar 5 pesan baru yang masuk dengan pengirim yang tentu saja sama. Bukannya membaca dan membalas pesan arka, tangan chika justru bergerak membuka profil arka yang belum chika ikuti, karena ini bahkan pertama kalinya arka mengirim pesan melalui instagram dan pertama kalinya juga chika tau arka memiliki instagram

Aku menyimpan semua perasaanku selama ini, sejauh ini, karena ingin membuatnya terlihat indah dan istimewa untuk ku, meski terasa menyiksa dan tentu akan berakhir suatu hari nanti.

chika membuka postingan arka secara bergantian, mengamati tiap gambar-gambar yang samar dan terasa biasa saja bagi kebanyakan orang tapi cukup mengejutkan bagi chika.

"hem? bukannya ini..." chika bergumam, jarinya mengarah pada kolom pesan di profil instagram arka.

Chika : wah, apa ini? kamu baru beberapa hari ini membuat instagram ya? dan lagi, bukannya semua foto itu dari tempat yang baru baru ini kita datangi?

Arka : haha kamu melihatnya? aku sengaja.

chika mengerutkan kening tak mengerti, tangannya berhenti mengetik baris demi baris, ia hanya terdiam memikirkan barisan kalimat yang di kirimkan Arka.

'Sengaja? kenapa? apa agar aku melihatnya, tapi kenapa? bukannya kami hanya sebatas teman... tapi apa betul kami hanya sebatas teman?"

pertanyaan demi pertanyaan terus terlintas di benak chika, ini tak seperti aku begitu mengharapkan adanya perasaan spesial dari arka, karena aku sendiri pun tak tau jelas mengenai perasaan ku atau pun mengenai tindakannya kepadaku yang kian tak menentu, hanya saja pertanyaan yang terus terlewat seringkali terbesit tanpa bisa di hindari, seperti rasa ketertarikan ini yang datang tanpa permisi.

chika : begitu kah?

arka : apa itu? respon yang cukup dingin kurasa~?

chika : maaf...

kring kring,, kring kring,,

chika memfokuskan pandangan menatap layar ponsel yang bergetar, lagi tertulis nama arka di layar ponsel yang saat ini chika genggam. "maaf? permintaan maaf untuk apa itu?"

"aku hanya ingin mengucapkannya"

" Tiba-tiba saja?? apakah aku mengganggu mu?" tanya arka dengan suara berat yang terdengar lesu. chika tak bergeming terpaku pada pikirannya yang terus berkecamuk.

"apakah aku mengganggu mu?" tanya arka sekali lagi, meminta jawaban pasti dari chika yang tak juga memberikan respon dari ujung panggilan telpon. chika menghembuskan nafas pelan, membuang rasa sesak dan gundah yang seakan menumpuk di dada

"kurasa?" sahut chika pelan

"ya?" suara yang seakan tak percaya, kluar begitu cepat dari bibir arka, berlawanan dengan respon yang sebelumnya chika lontarkan.

"maaf hanya saja... hahh, aku menjengkelkan bukan? aku... kita... ah, aku... bagaimana aku mengatakannya, aku membencinya..." belum selesai chika berbicara, arka memotong dengan suara tak percaya "ya? maksudnya kamu membenciku? apa yang di benci, kenapa?... "

"bukan, lebih tepatnya aku membenci perasaan ini, perasaan labil, sesaat aku merasa senang, sesaat kemudian merasa sedih, lalu merasa bingung, kesal dan perasaan-perasaan yang terus berubah setiap detiknya, padahal kita hanya teman... tapi aku tidak bisa mengendalikan perasaan ini dan berakhir semakin membencinya"

"aku tak tau apa yang membuatmu merasakan perasaan-perasaan itu padaku, tapi tenanglah, aku benar-benar hanya akan melihatmu, bukan kah aku sudah mengatakan perasan ku, walaupun kita berakhir hanya sebagai teman, kita membuat jarak yang jelas (sebagai teman) tapi aku selalu melihatmu, benar-benar hanya kamu"

------_---------------_--------_-----------_--------_------------

chika terpaku disudut kelas, tepat di samping jendela, menatap lurus kearah lapangan basket, tentu saja fokus pandangannya tak tertuju pada orang-orang yang tengah ramai bermain di tengah lapangan pada jam istirahat itu, ia hanya menatap kosong sembari mengingat obrolannya dengan arka melalui telpon yang telah seminggu berlalu.

sekeras apapun chika menenangkan pikiran nya tetap saja ia merasa gelisah tak menentu. ia terus merasa bahwa, menyimpan perasaan seperti dahulu adalah hal yang paling tepat, tapi kini baik chika maupun arka telah mengatahui perasaan satu sama lain meskipun dengan status yang tetap menjadi teman, tapi yang terlihat dan terasa tentu jauh berbeda dengan status teman yang mereka miliki. entah mengapa chika merasa, bukanlah hal yang tepat untuk membiarkan perasaan ini berlarut-larut