webnovel

Rain Sound

biar kutanyakan pada mu. apa kau percaya cinta pertama akan terjalin saat kamu hanya memendamnya disudut hatimu tanpa pernah mengungkapkannya, tanpa sekalipun memperlihatkan langsung padanya? kebanyakan orang akan berkata tidak mungkin. ya sangat tidak mungkin. namun suara hujan malam itu seakan menjadi pertanda bagi chika, jawaban yang seharusnya tidak mungkin entah mengapa berubah menjadi mungkin. tapi apa yang terjadi? bagaimana mungkin perasaan yang tulus ini terjalin dalam hubungan yang tak jelas. haruskah chika bahagia atau merasa sedih? ini tentang kisahku dan cinta pertamaku

Kirei0713 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
14 Chs

Jujur dan Bohong

"sudah sampai. kita bicara di sana aja ya" chika mengikuti arah pandangan yoga yang menatap fokus pada sebuah cafe dengan interior sederhana di pinggir kota, tak begitu jauh dari tempat tinggal chika. hanya sekali anggukan kepala dari chika merekapun berjalan memasuk cafe. chika menatap lurus pada kursi kosong diujung ruangan dekat dengan jendela yang menampakkan pemandangan jalanan siang hari di samarinda, tanpa membuka suara ia berjalan mendahului yoga.

"kamu mau pesan apa?" chika memalingkan pandangan menatap yoga yang kini telah duduk dihadapannya dengan tangan yang bertautan menopang dagu dan pandangan lurus menatap chika.

"samakan saja" tanpa berlama lama yoga memanggil pelayan dan memesan.

Terdengar helaan nafas dari yoga, ekspresi wajahnya sungguh memperlihatkan suasana hatinya saat ini, senyum kecil yang biasanya terlihat dari sudut bibir yoga seutuhnya menghilang berganti wajah sendu dengan pandangan mata yang tampak sayu. chika tertunduk menyembunyikan ringisannya entah mengapa ia bisa dengan jelas menduga-duga isi pikiran yoga hanya dengan melihat raut wajahnya.

"kamu bosan? gak menyenangkan kan berlama-lama denganku?"

"hhh... kamu... lagi ada masalah ya?" bukannya menjawab pertanyaan chika, yoga malah balik bertanya badannya condong kedepan dengan alis berkerut, matanya terlihat menajam dibalik bingkai kacamata.

Tepat saat chika mencoba membuka mulut pelayan datang menghampiri meja chika dan yoga dengan membawa dua gelas cappucino dan dua piring tiramisu. saat pelayan pergi dengan gerakan cepat chika mengambil garpu, berusaha menyibukkan diri dengan makanan yang ada dihadapannya. sedangkan yoga masih terdiam menatap chika tanpa berkedip.

Entah mengapa mulutnya terlalu kelu untuk berucap, niatan yang semula ingin merespon pertanyaan yoga, kembali diurungkannya, tiba-tiba saja ia merasa malas untuk membuka suara. jika melihat dari gerak gerik yoga yang tak sedikitpun bergeming di tempatnya, ia sangat paham bahwa yoga masih berusaha sabar menanti jawaban chika. chika meletakkan garpu dan menyeruput minuman hingga tersisa setengah gelas "gimana kalau kita gak berlama-lama? jadi apa yang sebenarnya mau kamu bicarakan yoga?"

"a-apa?" tampak sebelah alis yoga terangkat penuh kebingungan, mungkin ia tak mengerti arah pertanyaan chika, atau mungkin ia tak mengingat dengan jelas alasannya mengajak chika keluar rumah dengan maksud untuk berbicara hal pening itu.

yoga melepas kacamatanya dan mengusap-ucap pelan kacamatanya sembari kembali mengenakannya. raut wajahnya terlihat jauh lebih santai dari sebelumnya. chika terus mengamati wajah yoga tanpa berniat memulai obrolan, terlihat bibir yoga mulai terbuka "tadinya aku berniat mengungkapkan sesuatu, dan kurasa kamu sendiripun pasti mengerti maksud dan tujuanku mengajak berbicara, tapi... sepertinya aku salah memilih waktu, jadi akan kuundur dulu" yoga meneguk habis minumannya dan mulai memotong tiramisu namun tangannya terhenti saat mendengar penuturan dari chika yang terdengar jelas dan tegas.

"kalau yang kamu maksud itu, kamu mau mengungkapkan perasaanmu sama aku. gak. kamu sama sekali bukan salah memilih waktu, lebih tepatnya kamu menaruh perasaan keorang yang salah"

"kenapa kamu yakin banget?"

"hah?" chika tertegun, mencoba mencerna pertanyaan yoga. ia berfikir berulang kali apakah ia salah memaknai sikap yoga selama ini? apakah sebenarnya yoga tak benar-benar memiliki perasaan padanya dan chika yang terlalu percaya diri menganggap yoga benar-benar menyimpan perasaan padanya selama ini? pertanyaan-pertanyaan itu terus terlintas di benak chika.

"kuakui aku sempat tertarik dan jatuh cukup dalam sampai terkadang lupa diri. tapi itu dulu..." seketika wajah chika terasa panas menahan rasa malu yang tak tertahan. ia tertunduk menutupi wajahnya yang mulai memerah sebelah tangannya memegang kepala yang tertutupi jilbab. saat perasaannya mulai terasa tenang chika kembali meneguk habis minumannya dan memfokuskan pandang pada yoga yang kini tengah menatap keluar jendela cafe. tanpa sadar chika ikut menatapi jalanan yang terlihat padat dengan berbagai kendaraan, pandangannya kembali tertuju pada langit senja yang terbentang luas menampakkan pesona indahnya.

"emm.. kalau begitu apa yang mau kamu bicarakan yoga?" ia mengalihkan pandangan dari luar jendela dan mengamati wajah yoga. yoga masih tak bergeming ditempatnya, jangankan menjawab, pandangan matanya pun masih setia menatap luar jendela entah apa yang menarik perhatiannya hingga mengabaikan perkataan chika. "kak Al?"

yoga berpaling menatap chika dengan raut wajah tak percaya mendapati chika yang memanggilnya dengan sebutan Al, panggilan yang dulu selalu chika sematkan pada yoga, meski semua teman yoga dan keluarganya lebih sering memanggilnya dengan sebutan yoga, . dulu saat pertama kali mengenal chika, hanya chika yang memanggilnya dengan nama belakangnya Alrasyid alasannya karena nama itu lebih nyaman diucapkan dan hal itu juga membuat yoga mulai dekat dengan chika yang statusnya adalah adik kelasnya, semakin dekat hingga akhirnya ia melibatkan perasaan da membuat chika menjauhinya secara terang-terangan dengan berbaga penolakan menohok.

"sudah lama aku gak dengar... panggilan itu" yoga tersenyum kecil diakhir kalimatnya membuat chika ikut tersenyum melihat raut wajah yoga yang tampak lebih santai dari beberapa waktu lalu. "aku... bisakah kita berteman seperti dulu?" chika dapat melihat bola mata yoga tampak bergetar dan tangan menyilang diatas meja mencoba menutupi kegugupannya. chika sendiri tak tau sejak kapan ia mulai memahami kebiasaan dan gerak tubuh pria yang ada dihadapannya ini. suara adzan maghrib berkumandang, yoga memukul pelan kepalanya dan mulai beranjak dari tempatnya "maaf harusnya aku gak berlama-lama mengajakmu keluar, ayo kita pulang, sudah maghrib" tanpa banyak bersuara chika ikut beranjak menuju luar cafe.

"gak kerasa ya setengah hari diluar, padahal kita gak banyak bicara" yoga terus memfokuskan pandangan pada jalan. ketika mobil sudah tak jauh dari rumah chika barulah yoga melirik sekilas kearah chika "maaf, harusnya aku gak banyak diam tadi dan langsung bicara"

"jangan minta maaf yoga, lagian kan aku juga tadi banyak diam" mobil berhenti di depan halaman rumah chika tepat saat ia mengahiri kalimatnya. "oh ya dan tentang pertanyaan tadi di cafe, ya kita bisa kok berteman seperti dulu yoga. kayaknya aku memang agak berlebihan sama kamu. maaf"

"gak jangan begitu, aku gak papa kok, seenggak nya kamu masih mau berteman lagi sama aku. tapi... kamu lagi ada masalah ya chika? kalau kamu gk bisa cerita sama aku gak papa, tapi langsung sholat trus istirahat ya, keliatan banget kamu lagi banyak pikiran, yaudah masuk gih sana" yoga tersenyum kecil menunggu respon dari chika.

"aku gak papa kok kak al" chika balas tersenyum dan menganggukkan kepala. ia beranjak dari mobil diikuti yoga yang juga keluar dari mobil dan berdiri disamping mobil sembari melambaikan sebelah tangannya, dengan canggung chika membalas lambaian tangan yoga.

setelah chika memasuki rumah suara mobil yoga terdengar menjauhi pelataran rumahnya. chika membuka kamar yang ditempati teman-temannya dan menatap seisi kamar yang tampak kosong. "lah ngapain? kok gak langsung sholat?" chika tersentak saat mendengar suara dari belakang badannya, ia melihat dina yang berjalan melewatinya menuju dapur "sholat sana,,habis itu kita makan bareng... kalau kamu lagi mikir kenapa kami belum pulang? jawabannya masih betah makan disini" ucap dina terkekeh. chika mendengus mendengar kejujuran dina. chika berjalan menuju kamarnya namun sebuah pertanyaan dari ani membuat langkahnya terpaksa berhenti "chika? kamu hari ini ada janji sama arka ya? tadi dia sempat nelpon aku, nanyain kamu" Deg.