webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Real
Sin suficientes valoraciones
312 Chs

Titik terang

Maya terisak pelan, tubuhnya kembali luruh ke lantai, "Maaf udah malu maluin lo selama ini,"

Raka menggigit bibirnya, menatap gadis yang nampak amat kacau di hadapannya itu. Pemuda itu perlahan mendekat, mendekap Maya masuk ke dalam pelukannya, "Maaf,"

"Gue yang salah Ka. Gue malu maluin lo gue nggak punya attitude.. Gue..,"

Raka menggeleng, mengusap rambut Maya hanya membuat gadis itu menangis semakin keras, "Maaf maaf maaf. Lo bisa batalin perjodohannya,"

"Denger Maya. Gue masih sama. Gue masih Raka yang dulu. Cuma gue pengen tegas sama lo. Gue nggak suka orang orang mandang lo buruk. Gue nggak suka orang orang ngata ngatain lo. Jadi jangan ulangin kesalahan yang sama ya?" pintanya lembut, menatap Maya yang masih menangis di dadanya.

Gadis itu kemudian mengangguk kecil, mencengkram erat pakaian yang di pakai Raka, "Maaf maaf gue salah maafin gue,"

"Nggak. Lo nggak salah. Udah ya jangan nangis,"

"Hiks.. Gue malu Ka,"

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com