webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Real
Sin suficientes valoraciones
312 Chs

Mengganjal

Karin terdiam di boncengan motor Arjuna, memikirkan perkataan Aksara. Seharusnya ia tidak boleh berharap lebih, ia dan Arjuna hanya berteman. Partner Kuliner lebih tepatnya. Dan dalam hubungan seperti itu, Karin seharusnya tidak membawa perasaannya. Seharusnya tidak ada masalah hati diantara keduanya. Secara normalnya seperti itu, pikir Karin.

"Hoi bocil diem aja," seru Arjuna yang sedikit teredam.

Karin menggeleng, memukul pelan pundak lelaki di depannya, "Gue bukan bocil ih kak,"

"Yaudah iya Karin kenapa diem aja?"

"Ngantuk," bohongnya, "Semalem bergadang marathon nonton penthouse,"

"Mas Abim juga nonton tuh drama," balas Arjuna, "Lo nggak tau aja dia tiap nonton teriak teriak kaya orang gila. Emang uwu banget ya dramanya?"

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com