"Aksara kamu adalah berkah tuhan terbaik untuk hidup ibuk dan abah. Tumbuh jadi orang yang bertanggung jawab ya? Turuti semua kata orang tua. Jangan seenaknya sendiri," sore itu, Aksara tengah bercengkrama di teras rumah bersama abah dan kakak kakaknya. Hangat seperti biasa. Di tambah dengan seduhan teh buatan ibuk yang tiada tanding enaknya.
Aksara yang saat itu masih berusia sembilan tahun segera mengangguk mengiyakan apa kata abah.
"Aksara kalau sudah besar mau jadi apa?" tanya ibuk yang datang seraya membawa beberapa toples berisi camilan.
"Mau jadi penjahat," jawan anak itu polos.
Ibuk dan abah tertawa kecil mendengar jawaban itu.
Arjuna sedikit mengernyit, "Kamu nggak boleh jadi penjahat. A Ajun gamau anggap kamu adik lagi kalo kamu jadi penjahat Rah,"
Ibuk tersenyum kecil, membelai kepala Arjuna dengan lembut, "Kenapa Aksara mau jadi penjahat?"
"Karena penjahat itu keren,"
"Tapi jadi pahlawan lebih keren," sahut Mas Abim.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com