webnovel

Queen Candy

Atharazka Xeno Arisadi, seorang lelaki tengil dan pecicilan itu seperti tidak punya ketakutan atas apapun, kecuali satu hal: menyatakan perasaannya pada Queen Candy Titania. Semula Azka berpikir, hubungan pertemanannya dengan Candy adalah zona paling nyaman bagi mereka berdua. Namun, pada akhirnya, Azka menyadari, zona nyaman tidak selamanya aman. Adalah Devano Walker Orizon, seorang pujangga sejuta pesona yang berhasil meluluhkan hati Candy, sekaligus merebut Candy dari genggaman Azka. Apakah Azka akan melepaskan Candy begitu saja? Atau mungkinkah Azka mengungkapkan perasaannya selama ini ia simpan rapat-rapat? Sebuah cerita klasik bertajuk roman picisan yang berjudul Queen Candy akan mengajak kamu menyelami kisah pelik cinta segitiga yang diselimuti rona merah jambu di putih abu-abu.

MerahJambu_00 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
296 Chs

Baku Hantam

Azka sedang mencuci tangan di westafel toilet begitu Devano datang dan turut menyalakan kran di sebelah Azka. Kembali Azka melirik sinis pada sosok itu.

"Kamu ada masalah dengan saya?" sindir Devano sambil mencuci tangan.

"Soal yang tadi gua kan udah bilang nggak sengaja, lebay amat lo!" dengus Azka.

Devano tertawa kecil. "Kok alasan nggak sengaja itu terlalu klise ya di telinga saya?" Laki-laki itu kembali berujar dengan nada sarkas.

Azka pun memutar tubuhnya untuk menghadap pada Devano sepenuhnya. "Eh, mau lo apaan, hah? Ngajak berantem? Hayukk!" Azka menggulung lengan bajunya sendiri. "Walaupun badan gua ga segede badan lo, masih bisa bikin bonyok kok," cetusnya.

Devano turut memutar badannya untuk menghadap Azka. Ia tersenyum sinis. "Akan terkesan bodoh sekali jika orang yang masih punya otak seperti saya memilih adu otot sebagai jalan keluar," ujarnya.

Pernyataan Devano tersebut semakin membuat telinga Azka panas. Ia langsung mencengkram kerah baju laki-laki di hadapannya dan mendorong tubuh Devano ke dinding. "Maksud lo apa ngomong kayak gitu? Lo ngatain gua nggak punya otak?" hentak Azka.

"Sepertinya memang terlihat begitu," balas Devano.

Azka melayangkan tinjunya yang sudah membulat itu ke wajah Devano, namun Devano dengan sigap menangkis dan melakukan serang balik yang tidak terelakkan oleh Azka. Pukulan Devano yang keras mengenai pipi Azka. "Saya hanya membela diri. Nggak salah, kan?" ujar Devano dengan senyum sinis.

Tatapan Azka pun semakin meruncing pada Devano. Merasakan nyeri di rahangnya, Azka balas memukul Devano. Maka terjadilah saling pukul dan saling hantam antar lelaki itu.

"Hei!! Ehh... Ngapain kalian?" lerai Glen, si Ketua Osis yang memasuki toilet karena mendapat laporan dari seseorang yang baru keluar dari toilet tersebut.

"Mau jadi jagoan di sini? Baru kelas sepuluh, udah pada belagu," bentak Glen, matanya melotot pada Azka dan Devano.

Malas jika ujung-ujungnya harus berurusan dengan guru, Azka pun memilih untuk keluar dari toilet tersebut. Disusul oleh Devano beberapa menit kemudian.

***

"Woi! Azka berantem sama anak baru yang tadi!" Boni menyampaikan info tersebut pada teman-temannya yang lebih dulu tiba di kelas.

"Wah, tontonan mantep, nih." Kevin keluar kelas, disusul oleh Faisal tidak lama kemudian.

Yumna yang juga mendengar hal itu turut tersentak. Begitu pun dengan Candy dan yang lainnya.

"Oh My God?! Azka mukulin pangeran gua? Gais... Yuk lihat yuk! Gua benar-benar nggak rela deh kalau wajah pangeran gua yang tampan sampai bonyok gara-gara Azka," ujar Bianka yang langsung naik pitam.

Namun ketika ia hendak keluar bersama Gladys, Azka lebih dahulu memasuki kelas dengan memar di pipinya.

"Kok cemen banget sih, Nyet? Tio yang badannya kayak atlit sumo aja pernah lo kalahin, masa sama yang segitu doang kalah." Boni memanas-manasi.

"Kalau tadi si Ketua OSIS belagu itu nggak datang, habis dia di tangan gua," geram Azka sambil memukul meja dengan tangannya, melampiaskan amarah yang belum usai.

"Kok gua lebih yakin elo yang bakal habis di tangan dia, ya," celutuk Faisal yang berhasil memancing tatapan tajam dari Azka.

"Maksud lo apaan ngomong gitu? Lo ngeremehin gua?" Azka melotot pada Faisal.

"Asik, nih, ronde kedua." Boni justru makin memanasi-manasi.

"Azka!" Candy berdiri dari tempat duduknya dan turut melotot pada laki-laki itu.

Sementara Azka hanya membalas pelototan Candy dengan ekspresi datar.

Candy menghampiri meja Azka. "Bisa nggak sih sehari aja lo nggak nyari masalah?" hentaknya.

Azka mengibaskan tangannya. "Lo kalau nggak tahu apa-apa nggak usah ikut campur, deh," balas Azka.

"Pasti lo yang mulai duluan, kan? Tadi pagi lo juga yang ngelempar bola ke Devano," tuding Candy.

Pernyataan Candy justru membuat dada Azka semakin panas. "Kok lo ngotot banget belain dia? Lo naksir sama dia?" cetus Azka dengan nada tinggi.

"Hah?" Candy semakin melotot. "Ini nggak ada hubungannya dengan gua naksir Devano atau enggak. Ini murni tentang kelakuan yang selalu bikin masalah."

Azka menghela napas. "Lo bikin gua makin kesal tau nggak. Kita deh yang berantem sekarang. Berani lo?" cetusnya.

"Gila si Azka! Cewek masih diajakin baku hantam juga," ujar Faisal sambil geleng-geleng sendiri.

"Baku hantam di kasur kali maksudnya," timpal Kevin, lantas mereka berdua pun cekikan.

Sementara tatapan Candy kian meruncing. "Lo pikir gua takut, hah? Maju lo!" balasnya pada Azka.

"Okay, jangan pikir karena lo cewek gua nggak berani sama lo, ya." Azka tampak mengambil ancang-ancang, begitupun dengan Candy yang mulai menyingsingkan lengan bajunya.

Namun Yumna lebih dahulu melerai. "Kalian apa-apaan, sih? Nggak jelas banget," ujar Yumna. "Pengecut banget lo beraninya sama cewek!" hujatnya pada Azka.

"Minggir deh lo! Nggak usah ikut campur!" balas Azka.

"Jelas gua ikut campur. Lo pikir gua bakal diam aja ngelihat lo mukulin sahabat gua, hah?" ujar Yumna lagi.

"Lo kumpulin deh geng lo di sini, baris yang rapi, biar sekalian gua tonjokin satu-satu," balas Azka lagi.

"Emang bener-bener brengsek ya nih cowok. Minggir lo, Yum!" ujar Candy.

"Diam lo, Can!" bentak Yumna. "Lo juga nggak usah sok jagoan!" tandasnya.

Candy langsung melongo.

"Duhh... Kok jadi kalian yang berantem, sih." Giliran Gladys yang mencoba menengahi.

Di waktu yang bersamaan, guru yang mengajar siang itu pun memasuki kelas. Mereka terpaksa kembali ke tempat duduk masing-masing.

Yumna menunduk. Ia memang tidak sepenuhnya membela Candy, di saat yang bersamaan, ia juga sedang mencoba membela Azka. Sebenarnya Yumna sangat sedih melihat laki-laki itu dipukuli.

***

Begitu bel pulang berbunyi, Candy langsung menemui Devano ke kelasnya. Devano yang baru hendak keluar kelas tentu heran melihat kedatangan Candy.

"Gua mau bicara," ujar Candy.

Devano mengerutkan dahi. "Ada apa?" tanyanya.

"Bener lo yang mukulin Azka?" tanya Candy tanpa basa-basi.

Devano diam sejenak. "Iya," jawabnya kemudian.

"Kenapa? Lo ada masalah apa sama dia?" tanya Candy dengan nada tinggi.

"Saya hanya membela diri. Dia yang sepertinya tidak senang dengan saya," terang Devano. "Dia juga ngelempar saya pakai bola tadi pagi."

"Tapi, bukan berarti karena hal itu lo juga harus mukulin dia. Lo kan bisa ngelempar dia balik pakai bola," balas Candy.

Devano mengamati sorot mata Candy, mencoba membaca sesuatu. "Dia pacar kamu?" cetusnya kemudian.

"Hah?" Kembali Candy mengerutkan dahi begitu mendengarkan tudingan yang sama untuk kedua kalinya.

"Kalau dia benar pacar kamu, tolong ingetin dia, dia udah nyari masalah dengan orang yang salah," ujar Devano.

"Dia bukan pacar gua!" tandas Candy. "Lagian ini bukan soal dia pacar gua atau bukan, tapi ini tentang kelakuan kalian berdua yang kayak anak kecil," maki Candy lagi.

Dewa hanya tersenyum tipis. "Baguslah kalau dia bukan pacar kamu. Itu artinya dia udah mutlak kalah," cetus Devano yang semakin membuat Candy tidak mengerti.