webnovel

Langkah Aman dan Ekstream

"Hekh! Bagaimana bisa aku tahu jika tidak ada satu pun orang yang mau memberitahuku? Aku hanya tidak mengerti, kenapa satu sisi di antara kalian menyuruhku untuk segera menikah. Dan satu sisi lain menyuruhku untuk menghentikan pernikahan ini. Awalnya aku juga tidak ingin menikah dengannya, tapi aku juga tidak berdaya. Keluargaku memaksaku untuk segera menikah. Jika bukan karena sebuah paksaan, di sini, hari ini juga aku tidak akan pernah mengenkan gaun merah yang sangat berat seperti ini," ucap Chrystal.

"Kenapa kau tiba-tiba menyetujui pernikahan ini?" tanya Rafaela kembali.

"Kau sudah tahu alasannya sebelumnya. Aku melakukannya karena sebuah paksaan, karena aku juga tidak berdaya," jawab Chrystal.

"Tidak, kau pasti memiliki alasan lain selain hal itu. Baiklah, awalnya semua ini hanya karena paksaan. Tetapi aku tahu betul bagaimana sikapmu itu. Kau bukanlah seseorang yang menurut begitu saja ketika seseorang telah memaksamu," ungkap Rafaela.

Rafaela menatap wajah Chrystal di pantulan cermin dengan ekspresi menyelidik. Sedangkan Chrystal yang sedari tadi menatap wajahmu pun melirikkan matanya, menatap wajah Rafaela yang juga terpantul di cermin.

"Memangnya apa yang kau tahu tentangku?" tanya Chrystal, menatap raja wajah Rafaela yang terpantul di cermin.

"Aku tahu, meski tidak semua kutahu. Apa yang kupikirkan sama dengan apa yang ada di pikiranmu. Benar, aku percaya pada awalnya kau memang tidak menyetujui pernikahan ini dan bersikeras menentangnya. Mengingat sikapmu, kau pasti tidak akan tinggal diam jika saja seseorang telah mengendalikan hidupmu dengan semena-mena. Entah apapun yang akan kau lakukan, pasti kau tidak akan tinggal diam. Lalu tiba-tiba kau berubah pikiran dan menyetujui pernikahanmu dengan Fengli. Perlu alasan apa lagi? Aku tidak akan mengatakannya, karena kita sendiri tahu jawaban yang ada di pikiran kita masing-masing." Rafaela menjelaskan panjang lebar pendapatnya mengenai Chrystal.

Chrystal pun tersenyum kecil sembari menatap wajah Rafaela yang terpantul di cermin. Kemudian Chrystal kembali bangkit dan berbalik menghampiri Rafaela yang ada di belakangnya.

"Aku kira setelah kau menjadi manusia yang terlahir bodoh, kau tidak akan paham. Namun ternyata aku salah, kau tidak sebodoh yang aku pikirkan. Tidak, kau sangat pintar jika menyangkut hati dan perasaan," ucap Chrystal.

"Aku memang saat ini telah menjadi manusia yang bodoh, tapi aku sangat beruntung karena setelah menjadi manusia, aku lebih pintar dalam memahami masalah perasaan. Menjadi manusia yang tidak memiliki kekuatan magis tidak selalu buruk. Namun bukan itu topik yang ingin kubicarakan saat ini," ujar Rafaela.

Chrystal menatap wajah Rafaela sejenak, lalu ia pun menggeser helai poninya yang menutupi matanya. Lalu Rafaela pun tersenyum kecil dengan hambar kepada Rafaela.

"Benar, apa yang kau ada di pikiranmu adalah apa yang kupikirkan. Pikiranmu benar, aku memang jatuh cinta kepada Fengli." Ungkapan Chrystal membuat Rafaela tersontak menatap tajam mata Chrystal. Meski Rafaela sendiri tahu apa yang akan dikatakan Chrystal dan apa yang akan didengar oleh telinganya.

Chrystal ternyata telah jatuh cinta kepada Fengli begitu saja dengan begitu dalam. Chrystal juga tidak tahu bagaimana perasaan itu bisa tumbuh dan berkembang. Awalnya Chrystal hanya ingin membuang perasaan itu ketika mengingat Rafaela dan Fengli akan segera pergi setelah mendapatkan apa yang kalian inginkan di dunia tiga elemen.

Namun siapa yang menyangka, takdir telah berkata lain. Simpul pengikat yang terikat telah menarik mereka semakin dekat setelah mereka saling dipertemukan. Tiba-tiba saja pernikahan mendadak harus segera dilangsungkan di antara keduanya.

Dan tentu saja Chrystal sangat terkejut pada awalnya, ketika dia baru saja mendengar semua orang telah ramai membicarakan pernikahannya. Siapa yang tahu jika seseorang yang dia cintai begitu dalam di hatinya dengan tiba-tiba dan begitu saja akan menjadi calon pendamping hidupnya.

Meski dia adalah seseorang yang didambakan hatinya, Chrystal sangat tahu jika semua ini tidak benar. Mereka merencanakan semua itu dan tidak mendiskusikannya terlebih dahulu kepada Chrystal. Tentu saja hal itu membuat Chrystal marah dan merasa tidak dianggap keberadaan dan kehadiran di antara mereka, karena mereka dengan seenaknya memutuskan jalan hidupnya.

Jika memilih urusan cinta dan harga diri, saat itu Chrystal lebih memilih harga dirinya. Tetapi mereka malah menentang permintaan Chrystal untuk membedakan pernikahannya dengan Fengli. Mengingat tempramen Chrystal yang keras kepala dan pemarah, Chrystal pun awalnya ingin merencanakan tindakan pemberontakannya.

Dan siapa sangka jika rencananya itu masih harus terhambat oleh sesuatu yang membuat jantungnya berdebar kencang dan membuat hatinya yang menginginkan satu hati semakin menderu. Benar, niatnya terhenti ketika sebuah tangan menyeretnya ke taman pohon palem yang menjadi saksi bisu cinta mereka.

Cinta sepihak, karena hanya Chrystal yang benar-benar mencintai Fengli dengan begitu dalam. Sedangkan Fengli adalah seorang makhluk spirit kucing dari klan spirit yang tidak memiliki perasaan apapun. Meskipun demikian, Fengli telah berjanji kepada Chrystal akan mencintainya dan membuat Chrystal bahagia.

Hati Chrystal yang memohon untuk bersama Fengli pun tak bisa dihentikan. Hatinya seperti menangis dan memohon agar Chrystal mempercayai perkataan Fengli, sama seperti ia memperbaiki kisah cinta legenda yang kisahnya hampir sama dengan mereka. Kisah seorang pria yang tak berperasaan mencintai satu wanita meski tanpa perasaan dan hanya sebuah pembuktian tanpa omong kosong.

Chrystal tak bisa lagi melawan keinginan besar dan kuat hatinya. Pada akhirnya, Chrystal pun hanya bisa menyetujui pernikahan mereka tanpa memberontak sama sekali. Meski Chrystal merasa sedih, tapi ia juga bahagia, karena seseorang yang ia cintai akan menjadi miliknya. Satu-satunya seorang pria yang dapat disentuh Chrystal tanpa menunjukan reaksi takut dan lari terbirit-birit seperti melihat hantu.

Gaun pernikahannya yang berwarna cerah dan sangat berat itu pun tidak akan Chrystal kenakan jika saja Chrystal berhasil menyusun rencana pemberontakannya. Bukan pemberontakan seperti perang dan semacamnya, tapi pemberontakannya terhadap diri sendiri.

"Aku tahu, aku tahu kau mencintainya, tapi bagaimana dengannya? Apa dia juga mencintaimu?" tanya Rafaela yang sudah mulai serius.

"Aku juga tahu jika dia tidak mencintaiku. Hanya, aku mencintainya sudah cukup untukku," jawab Chrystal dengan nada rendah.

"Apa kau gila? Kau serius ingin menghabiskan sisa hidupmu bersama lelaki yang tidak mencintaimu? Apa kau sanggup?" tanya Rafaela dengan meninggikan nada bicaranya.

"Tentu saja aku serius. Jika aku sudah menetapkan pilihanku terhadap satu pilihan, aku tidak akan mengubahnya." Chrystal menegaskan ucapannya.

"Apa kau tidak akan menyesal?" tanya Rafaela.

Chrystal menundukkan wajahnya ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Rafaela. Lalu Chrystal berjalan ke arah jendela berongga dan melihat pemandangan yang ada di luar dari celah-celah rongga jendela tersebut.

"Penyesalan? Apa itu sesuatu yang penting? Apa itu disebut hidup jika kita hanya mengambil langkah aman? Memangnya kenapa jika aku menyesal? Takdir, tidak akan pernah bisa dirubah. Meski aku menolak sekalipun, pasti akan ada takdir lain yang sama dan menghampiri dengan gaya yang berbeda," tutur Chrystal.