webnovel

BAB 3.2 – Diabaikan

"Apa? Dia mengabaikan aku? Apa dia buta? Ah tidak... Tidak. Dia pasti melihatku, tapi kenapa dia malah mengabaikanku? Padahal irisku ini sudah berwarna merah darah dan dengan senyum yang mengerikan di wajahku. Tapi gadis ini, dia hanya melihatku sebentar lalu menatap danau lagi???" batinnya berbicara sendiri.

"Oi, wanita! Siapa namamu?" tanya Al.

Hening.

"Oi, aku sedang berbicara padamu, jawablah pertanyaanku," tanyanya kembali.

Hening. Wanita ini masih membungkam mulutnya.

"Baiklah, tidak penting juga mengetahui namamu, karena kau tidak akan memerlukan namamu lagi.”

Wanita ini tetap diam, tidak sedikit pun sorot ketakutan di matanya. Al menjadi kebingungan, tapi dia mengabaikan keanehannya. Saat ini, Rai adalah prioritas utamanya.

"Baik, kau mau terus diam? Tidak masalah. Sekarang ikut aku. Rai pasti sudah menunggu lama, dan aku akan dijadikan budak jika tidak segera membawa makanannya," ujarnya.

Al langsung menghampiri wanita ini, memanggul tubuhnya di pundaknya. Namun, sekali lagi, wanita ini hanya diam bagaikan sebuah patung. Lagi, Al kembali mengabaikannya.

Dengan wanita ini di pundaknya, Al langsung melesat bagai angina, menembus rimbunnya Hutan Silver. Ia berlari secepat mungkin menuju kediaman tuannya berada, meski di dalam hatinya ia merasa wanita ini sangat aneh.

***

"Tunggulah di sini," ucap Al.

Kini, wanita ini sudah berada di kamar khusus tempat Rai biasa menyantap makanannya. Dia berjalan menuju jendela, membukanya, dan terdiam di sana. Dia hanya mengamati langit gelap berawan ini tanpa ada suara sedikit pun yang keluar dari mulutnya.

"Jangan harap kau bisa kabur, di bawah sana banyak prajurit yang berjaga, dan tentunya jika kau memilih untuk meloncat, kau akan mati dengan mengenaskan. Tersangkut di pohon-pohon, dan mungkin tubuhmu akan tertembus dahan runcing yang dimiliki pohon tersebut," ucap Al memperingati.

Hening.

Wanita ini hanya diam tidak membalas. Ini sangat aneh namun Al tidak mau lagi memikirkannya, ia pun segera pergi dari sana dan menemui Rai di singgasananya.

Selepas Al pergi, wanita itu mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ekpresinya terlihat ia punya banyak sekali demikian. Meski begitu, ia merasa aneh ada bangunan berada di pedalaman Hutan Silver. Ia juga merasa sangat asing dengan pria yang membawanya tadi.

***

"Rai, saya sudah kembali," ucap Al sesampainya di ruangan singgasana seraya membungkuk hormat.

"Mana makananku?"

"Seperti biasa, di dalam kamar."

Tanpa membalas ucapannya, Rai langsung pergi ke kamar. Dibukanya pintu kamar ini dengan kasar, dan terlihatlah sosok wanita yang masih berdiri di tempat yang sama.

"Hahaha... apa yang sedang kau lihat? Apa kau sedang ketakutan dan memikirkan cara untuk kabur?" ucapnya dengan suara yang menakutkan.

Wanita ini menoleh ke sumber suara, dilihatnya vampir ini dengan intens, lalu dia kembali ke posisi semula, tidak menghiraukan Rai di sana. Sama seperti Albert yang tidak dihiraukannya.

Meski telah mengalihkan pandangannya, wanita ini berpikir keras. Melihat pria ini telah menyadarkannya akan sesuatu dan tentu saja itu bukan hal yang baik.

"Berani sekali kau mengabaikanku manusia hina!!" kesal Rai. "Baiklah, aku tidak akan berbaik hati padamu, aku akan menghabisimu saat ini juga!"

Dihampirinya wanita ini dengan cepat. Lalu tangannya mencengkeram lengan wanita ini, dan tangan satunya lagi menyibak rambut yang menutupi leher si wanita. Dengan kasar Rai menancapkan taringnya, menghisap darahnya kuat-kuat. Wanita ini hanya diam tidak bersuara.

Dalam beberapa detik saja, vampir ini sudah menyelesaikan sesi makannya. Mata wanita ini kini terpejam, kulitnya berubah menjadi pucat, dan tubuhnya mendingin. Beberapa saat kemudian, dia terkulai lemah dalam dekapan Rai, dan Rai hanya terkekeh melihat keadaannya.

"Sayang sekali kau pergi dengan cepat. Padahal kau memiliki wajah yang cantik, namun sikapmu ini sangat membuatku kesal! Tapi darahmu sungguh manis!" ujarnya yang setengah memuji, lalu kemudian meletakan wanita ini di tempat tidur dan pergi meninggalkannya.

Dengan mata yang terpejam dan tubuh yang telah kehilangan tenaga, wanita ini berusaha menyusun potongan ingatan yang ia miliki. Keberadaannya di Hutan Silver, pertemuannya dengan pria yang membawanya, dan pria yang meminum darahnya. Ia berada di satu kesimpulan pasti. Namun, ia memilih untuk diam dan tidak mengetahui apapun.

***

Esok paginya, Al melangkahkan kaki menuju kamar. Melakukan pekerjaannya seperti biasa, mengembalikan tubuh wanita yang dihisap habis darahnya oleh Rai ke tempat dia menemukannya—Hutan Silver.

Perlahan, Al meraih gagang pintu dan membukanya, memperlihatkan sosok wanita yang sekarang sudah terbujur kaku di atas tempat tidur. Dihampirinya wanita ini dan digendongnya dengan gaya bridal style.

"Apa ini?" gumam Al.

Tubuh wanita ini memang terasa dingin. Namun, Al masih merasakan sedikit kehangatan di sana. Terlebih melalui pendengarannya yang tajam, dia mendengar bunyi detak jantung walaupun terdengar samar-samar.

Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.

"Tidak mungkin," ucapnya. Al menurunkannya kembali ke tempat tidur, lalu dirabanya leher wanita ini.

"Ini...!?" nadi wanita ini masih berdenyut dan Al dapat merasakannya. Tapi untuk lebih memastikan lagi, ia mendekatkan telinganya ke jantung wanita ini.

Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.

Memang terdengar samar, tapi Al benar-benar bisa mendengar bunyi detak jantungnya. "Bagaimana mungkin?!? Rai tidak akan mungkin membiarkan korbannya hidup! Tapi kenapa wanita ini masih bisa bernapas!? Bahkan jantungnya saja masih berdetak!!”

“Sial! Aku harus segera memberitahunya!" ujarnya dan langsung bergegas menemui Rai.

Wanita ini perlahan membuka matanya setelah mendengar perkataan Albert. Ia memandangi ruangan yang tampak asing. Ia kemudian mengangkat sebelah tangannya dan memandanginya dengan intens. Terlihat kulitnya memucat dan tenaganya masih belum pulih.

Wanita ini kemudian bangkit dari tidurnya dan duduk seraya memeluk kedua lututnya. Dalam pelukan diri sendiri, ia dapat meraakan dingin yang berasal dari tubuhnya. Tak lupa, perasaan pusing dan juga lemah yang ia rasakan.

***

Al menerobos masuk ke ruang takhta, tanpa mengatakan apapun, ia langsung menyuruh semua prajurit dan pelayan yang berjaga untuk keluar, meninggalkan Al dan Rai berdua.

Rai yang masih duduk tenang di kursinya hanya bisa memandang aneh ke vampir hibrida ini, namun ia langsung berdiri dari kursinya setelah mendengar apa yang Al katakan.

"Kau tidak melakukannya?!" tanya Al.

"Apa maksudmu? Apa yang tidak aku lakukan?"

"Manusia itu!"

Rai tidak mengerti maksud Al, ada apa dengan manusia itu? Kenapa dia terlihat sangat panik?"

"Kau tidak memakannya?"

"Wanita itu? Tentu saja aku sudah memakannya. Dia terlalu menyebalkan, jadi aku langsung memakannya dan da berakhir begitu saja."

Al berteriak, "Tidak mungkin! Kau pasti berbohong! Kau pasti mencoba menipuku!"

"Apa kau akhirnya gila? Berani sekali kau berteriak dan menuduhku berbohong? Untuk apa juga aku berbohong? Apa itu akan membuatmu memberikanku lebih banyak wanita untuk dimakan? Tidak bukan?"

Al berdecih, "Manusia itu... Dia masih hidup, kau pasti belum memakannya," jelasnya.

"APA!?" seru Rai terkejut.

"Aku sudah memeriksanya, walaupun sangat lemah, nadinya masih berdenyut dan jantungnya masih berdetak. Dia masih hidup. Wanita itu masih hidup!" tukas Albert.

"Kau tidak sedang bercanda? Jika ini salah satu leluconmu, ini tidak lucu. Bersiaplah untuk menjadi budak di Waltz!"

"Aku serius!"

Melihat sorot mata Al membuat Rai yakin vampir hibrida ini benar-benar tidak bercanda. Tapi bagaimana mungkin wanita ini masih hidup!? Ia pun langsung beranjak dari singgasananya dan bergegas menuju ke tempat wanita itu berada.