webnovel

BAB 3.1 – Diabaikan

Di dunia ini hanya terdapat tiga klan vampir yaitu, Haltz, Raltz, dan Waltz. Semua berada di wilayah berbeda dengan batasan kekuasaan wilayah masing-masing. Klan yang pertama adalah klan Haltz.

Haltz adalah klan yang memiliki lima puluh persen darah vampir murni di keluarga utamanya. Kekuatan para keturunannya sangat luar biasa, dan merupakan klan yang paling ditakuti.

Pemimpin klan ini adalah orang yang sangat berpengaruh, dan Haltz memiliki kekuasaan wilayah di bagian selatan. Walaupun ada penegak hukum atau komite vampir yaitu Harawaltz, yang terdiri dari perwakilan para vampir senior yang diajukan dari setiap klan. Namun tetap saja, pemimpin Klan Haltz memiliki pengaruh tersendiri, karena darah vampir murni yang dimilikinya paling besar.

Berikutnya, klan yang kedua adalah Raltz. Klan yang memiliki tiga puluh persen darah vampir murni di keluarga utamanya. Para keturunannya memiliki kekuatan di bawah para keturunan Klan Haltz. Mereka memiliki daerah kekuasaan di wilayah barat.

Lalu yang ketiga yang juga merupakan klan terakhir adalah Klan Waltz. Klan yang hanya memiliki dua puluh persen darah murni di keluarga utamanya, dengan wilayah kekuasaannya yang berada di timur. Kekuatan para keturunannya tentu saja berada jauh dari para keturunan Klan Raltz ataupun Haltz.

Dari ketiga klan tersebut. Klan Haltz yang paling dikenal melalui pemimpinnya yang kejam yaitu, Raizel. Haltz sendiri merupakan klan yang termasuk klan “baik hati”. Tidak seperti Raltz yang membunuh secara langsung, atau Waltz yang membunuh secara perlahan.

Klan Haltz lebih mau mempertimbangkan manusia atau vampir ini menjadi bagian Haltz. Singkatnya, Klan Haltz masih mau mempertimbangkan tentang kehidupan. Walau terkadang mereka lupa akan tentang kebaikan ini.

Meskipun Rai selalu membunuh mangsanya, namun hal ini masih dianggap tidak lebih kejam dari klan lainnya. Para klan lain memperlakukan makanan mereka tidak lebih dari makanan dan biasanya mereka akan hilang tanpa jejak.

Tubuh manusia yang telah mati akan diberikan kepada anjing liar atau mereka akan mempergunakannya sebagai eksperimen. Yang jelas, itu akan jauh lebih kejam dari perlakuan Haltz.

***

"Albert!" teriak Rai memanggilnya.

"Saya di sini, Rai," jawabnya yang langsung berada di hadapannya.

"Mana makananku? Apa kau lupa sekarang sudah saatnya aku untuk makan?"

Ya, hari ini adalah hari saat Rai meminum darah manusia. Karena darah vampir murni yang dimilikinya adalah setengah dari darah vampirnya, membuatnya harus meminum darah manusia setiap satu bulan sekali.

Untuk keturunan keluarga utama Klan Raltz, mereka biasa meminum darah manusia setahun sekali. Dan untuk Klan Waltz, mereka tidak memiliki masalah apapun jika tidak meminum darah manusia.

"I-itu... mmm...," jawab Al terbata-bata.

"Ada apa? Cepat katakan!"

"Saya belum menemukan makanan untuk Anda. Saya tidak menemukan satu pun wanita di hutan ini," jawabnya sambil tertunduk.

"APA!?" teriak Rai, membuat para pelayan dan penjaga yang berada di sana terkejut. "Aku tidak mau tahu! Sekarang cepat kau pergi ke hutan dan segera dapatkan makanan untukku! Aku tidak mau meminum darah yang menjijikkan ini lagi!" tegasnya.

Rai pun melempar gelas berisi darah manusia hasil donor yang sedang ia minum dengan keras. Membuat para pelayan dan prajurit penjaga seketika menelan ludahnya ketika bau dari ceceran darah ini menyeruak masuk ke hidung mereka.

Rai memang sangat tidak menyukai darah manusia yang berasal dari donor darah, rasanya tidak seperti darah yang didapatkan langsung dengan cara menggigit leher manusia. Rasanya terkesan pahit-manis dan baunya tidak semanis biasanya.

Darah donor ini pun diberikan oleh Harawaltz. Komite vampir ini akan rutin memberikan stok darah bagi para klan, namun untuk kualitas darah sendiri tidak terjamin. Maka dari itu, kebanyakan rasa dari darah donor ini tidak memiliki rasa yang lezat dan hanya bertujuan menghilangkan rasa haus tapi tidak dengan hasrat.

***

Al kemudian pergi menyelusuri Hutan Silver, berharap menemukan mangsa untuk menjadi santapan tuannya. Sebagai tangan kanan, Al memang menjadi orang kepercayaan Rai, hanya dia satu-satunya vampir yang dipercayai untuk mencari makanannya.

Rai memang bisa meminum darah siapa pun, entah perempuan atau laki-laki, baik tua ataupun muda. Tapi, ia lebih memilih meminum darah seorang perempuan yang masih perawan. Bukan tanpa alasan, darah perawan memiliki rasa yang sangat manis dan aroma yang juga manis, persis seperti madu.

Hal inilah yang membuat Rai menyukai darah mereka. Namun, permasalahannya adalah sulit untuk menemukan wanita yang masih perawan. Ini adalah Hutan Silver. Dengan legenda vampir yang ada, para perawan biasanya enggan untuk datang ke sini.

Di satu sisi, Al tidak mungkin menculik seorang perawan dari dunia manusia, sebab jika ia ketahuan maka habislah nasib dunia vampir. Selama ini dia hanya menculik perawan yang tersesat di dalam hutan.

Biasanya mereka akan pergi ke dalam hutan karena suatu masalah, seperti melarikan diri. Mereka pergi ke hutan untuk menghindari masalah yang ada, tetapi mereka tidak tahu jika masalah lain menunggunya di dalam hutan.

***

Al terus mengelilingi hutan, sesekali dia memanjat pohon atau lebih tepatnya terlihat seperti menjadi sebuah bayangan karena saking cepatnya ia bergerak. Dia melesat begitu saja ke puncak pohon untuk melihat sekitarnya.

Nihil. Tidak satu pun wanita yang terlihat di pandangannya. Tetapi dia tidak menyerah, dia terus mencari. Jika tidak menemukannya, Rai akan marah padanya, dan mungkin dia akan berakhir sebagai budak Klan Waltz.

Menjadi bukan klan Waltz berarti kematian yang sangat menyakitkan. Budak akan diperlakukan jauh lebih buruk dari binatang. Para budak pun tidak akan diberi makan darah manusia. Jika beruntung mereka akan diberikan darah donor yang sudah sangat tidak layak dikonsumsi. Namun lebih seringnya mereka akan diberikan darah hewan yang sudah membeku dan membusuk.

Tanpa terasa, sudah tiga jam Al mengelilingi hutan. Sekarang ia sedang duduk di puncak pohon, mengawasi sekitarnya. Ketika sedang mengedarkan penglihatannya, indra penciumannya yang tajam ini mencium sesuatu. Bau yang manis, lebih tepatnya bau seorang perempuan yang masih perawan tentunya.

Perempuan yang masih perawan memiliki bau yang manis, ini disebabkan karena mereka masih suci, belum terjamah oleh sentuhan pria mana pun. Segera, Al langsung melesat ke tempat perempuan itu berada.

Ketemu! Al memperhatikannya dari jauh. Perempuan ini terlihat sudah dewasa, dan sepertinya sedang dalam masalah dilihat dari wajahnya yang tanpa ekspresi. Selain itu, bau yang ia keluarkan sangat manis.

“Ah... Dia adalah seorang wanita rupanya,” lirih Al.

Al memang sebisa mungkin menghindari menangkap para gadis, karena selain usia mereka yang masih muda. Menangkap mereka jauh lebih melelahkan karena mereka melawan begitu kuat dan teriakan mereka juga menyakiti telinga.

Sedangkan wanita adalah pilihan yang terbaik. Mereka sudah dewasa dan biasanya akan cepat menyerah. Mereka memang berteriak tapi bagi Rai teriakan mereka adalah melodi terbaik yang sangat merdu.

Maka dari itu, Al lebih menyukai menangkap seorang wanita perawan. Saat ini, tidak jauh dari hadapannya, ada seorang wanita perawan yang sangat cocok untuk dijadikan makanan Rai.

Wanita itu sedang duduk di sekitar danau. Al pun melihatnya dengan saksama. Wanita ini memiliki paras cantik, rambutnya berwarna merah terang dengan kulit yang berwarna putih. Namun, Al dapat merasakannya.

Wanita itu dikelilingi oleh aura kesedihan yang melingkupinya. Tatapannya nanar, dan dia hanya melihat air danau dalam diam. Al mendekatinya, atau lebih tepatnya muncul dengan tiba-tiba.

Wanita ini sedikit terkejut, dia melihat dengan intens siapa orang yang berdiri di hadapannya lalu kembali melihat danau, mengabaikan keberadaan Al. Al menjadi heran, ini kali pertama baginya mendapatkan respons yang pasif seperti ini.