webnovel

Pulau Seberang

Kisah perjalanan Mahila Reena saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya Jana Ariana. Yang kemudian bertemu dengan adik ipar Jana Ala Balian. "Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius. "Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya. Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku. "Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

unn_naeil · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
11 Chs

Kisah Pilu

Sambil mengaduk coklat panas untuk Jana, aku berfikir, lebih jelasnya aku bingung tidak percaya, Darma yang ku kenal tidak akan melakukan ini pada Jana.

Aku berjalan ke ruang TV, Jana masih menangis sambil memeluk bantal disofa.

Aku menyodorkan secangkir coklat panas untuk Jana, dia tidak langsung menerimanya. Aku raih tangannya, ku genggamkan gagang cangkir kepadanya.

Siang ini hujan lumayan deras, udara terasa dingin. Aku duduk dikarpet, dibawah sofa tempat duduk Jana. Aku tidak berani bertanya, meski aku sangat penasaran bagaimana ceritanya.

"Apa karena aku kurang cantik ya Hil" Jana menangis lagi, sesenggukan.

"Enggak Na.. dianya aja bodoh" Jawabku, berusaha menghibur, meski tak mempan sedikitpun.

"Dia cantik banget" Jana melanjutkan lagi, sambil menyerahkan HP nya yang menyala, rupanya Jana mencari informasi melalui sosmed. Ada foto perempuan dengan rambut sebahu lurus memakai blouse pendek berwarna biru pastel. Sedikit tersenyum, terlihat percaya diri dan ada sedikit lesung pipit dipipi kanannya.

Sejujurnya dibanding Jana, dia tidak ada apa-apanya. Jana cantik dengan mata bulat dan bulu mata lentik alami, bentuk mukanya oval, hidungnya kecil bangir, bibirnya bulat terlihat penuh. Hampir semua orang yang menemuinya mengakui kecantikannya, baik itu perempuan atau laki-laki. Jana juga ceria dan mudah akrab dengan orang disekitarnya.

"Nggak Na.. cantikkan kamu... jauh.." jawabku jujur.

"Diminum dulu.. keburu dingin" sambil melirik kearah cangkir coklat aku memberi isyarat.

Berlahan diminumnya sedikit demi sedikit, kami berdua diam.

Jana tertidur disofa, sepertinya dia sudah sedikit tenang, aku menyelimutinya, menatap wajahnya, yang dulu selalu ceria kadang kesal atau marah, aku belum pernah melihat wajah sedihnya yang seperti ini. Terlihat rapuh dan memilukan.

***

Malam itu kuputuskan mengajak Jana pergi ke bazar buku, aku berharap Jana bisa sedikit mengalihkan pikirannya dari Darma. Kami memilih-milih buku, Jana terlihat tenang, membaca sinopsis satu persatu, meletakkan dan mengambil lainnya. Aku melihat-lihat dibagian novel, tidak jauh dari tempat Jana berdiri.

"Eh... kak Jana... tumben nggak sama kak Darma" Deg... otomatis aku menoleh kearah Jana. Orang yang tak kukenal itu menjabat tangan Jana sambil terus membicarakan sesuatau yang aku tidak ingat apa karena aku menghawatirkan mood Jana. Kulihat Jana hanya tersenyum seadanya sampai orang tadi pergi.

Aku menghampiri Jana

"Ayok pulang aja Hil.." Jana menahan air mata.

"Iya.." Aku menjawab singkat sambil mengutuki kejadian tadi tanpa bisa mencegahnya.

Jana dan Darma aktif dibeberapa organisasi kampus, otomatis banyak yang mengenal mereka. Bahkan aku sering tidak mengenal sama sekali orang-orang yang mereka kenal, seperti hari ini. Kami diam diperjalanan, Jana lebih diam duduk memboncengku menagis tanpa suara.

Hubungan mereka sudah jauh, mereka sudah saling memperkenalkan satu sama lain kepada orangtuanya. Orang tua Darma sudah sangat menyetuji hubungan mereka. Orang tua Jana tidak menentang mereka menyerahkan keputusan sepenuhnya pada Jana. Dan berharap hubungan Jana dan Darma akan selalu bahagia.

Teman- teman satu fakultas dan banyak lagi teman-teman mereka dari berbagai organisai pun sudah tau hubungan mereka. Karena mereka selalu terlihat bersama. Sangat jarang Jana mau pergi berdua saja denganku, pasti dia akan mengajak Darma.

Aku kaget sekilas melihat motor Darma terparkir didepan kontrakan kami, dia duduk dibangku kayu diujung gerbang kontrakan kami. Darma berdiri melihat kehadiran kami, Jana segera turun seketika aku berhenti.

"Ayo masuk aja kalian" Aku berusaha terlihat wajar dan menahan pandangan rendah kepada Darma.

Mereka masuk, aku mengikuti sambil memarkirkan motorku kedalam.

"Aku mau ngomong sama Jana, Hil" kata Darma melihat kearahku. Aku hanya mengangkat bahu dan pergi ke kamar, menutup pintu, merebahkan tubuhku. Kunyalakan playlist di HP ku.

"Cklek.. "suara pintu ditutup, itu dari kamar Jana. Aku keluar menghampiri kamar Jana, mengetuk pintu dua kali, kubuka pelan, terdengar Jana menangis dibalik selimut, aku mendekat, kupeluk Jana yang masih sesenggukan, aku hanya diam. Aku tidak akan menanyakan apa-apa, biar Jana sendiri yang memutuskan bila harus bercerita padaku.

Jam lima pagi aku terbangun, Jana nampaknya baru tertidur, aku keluar pelan-pelan agar tak membangunkannya.

Aku harus bersiap-siap kerja hari ini, pekerjaanku menumpuk. Aku masak nasi di ricecooker, membuat dua porsi omlelet. Sebelum berangkat kutulis memo untuk Jana agar dia tidak melewatkan sarapan.

W

Sekitar jam lima sore aku baru sampai rumah kontrakan, ku cek sarapan Jana didapur, hanya berkurang kira-kira satu sendok makan.

"Huuft..."Aku menghela nafas sedih, aku tak tau harus bagaimana menghibur sahabatku ini.

Kalau itu aku, aku akan pergi keluar kota, pergi ketempat yang kuinginkan, meskipun sendiri. Tapi Jana, aku tak tau.. sepertinya seluruh kota ini sudah pernah dikunjunginya dengan Darma. Kalo aku mengajaknya keluar kota, aku khawatir dia tiba-tiba badmood karena tringat Darma, seperti dulu.

Aku pernah mengajak Jana pergi keluar kota hanya berdua dan dia tiba-tiba mengajak pulang karena khawatir Darma mengeluh tidak ada teman makan malam.

"Tok tok.. Jana, aku masuk ya.." tidak ada jawaban, aku masuk pelan, kuliahat Jana duduk sambil menunduk dalam disamping dipan. Aku berlutut sambil memegang tangannya, kutatap wajahnya, dia balas menatapku.

"Darma tidak ingin menemuiku lagi Hil" Dia menangis lagi..

Aku hanya menghela nafas berat, sungguh aku tak bisa menghiburnya, kata-kata motivasi pun sepertiny tidak akan mempan disituasi ini.

"Jana... kayaknya kamu mandi dulu aja biar seger" Dia menurut, sembari Jana mandi, kubersihkan kamarnya, kuganti seprei dan selimutnya. kusingkirkan semua foto-foto mereka yang memenuhi dinding, terjepit di tali-tali lampu Tumblr, penuh satu kardus bekas kertas HVS. Kubuka jendela dan kunyalakan kipas angin, aku mengambil pewangi ruangan dikamar ku.

Aku melanjutkan membersihkan ruang TV dan dapur, mengecek kulkas, merapikan sedikit. Jana selesai mandi dan langsung masuk kekamarnya, bebrapa detik kemudian dia keluar lagi dan menghampiriku sambil memeluku.

"Terimakasih..." ucapnya sambil tersenyum, itu senyum pertamanya setelah hampir seminggu.

***

Pagi itu secara tiba-tiba,

"Hil... aku mau pulang ke Bangka" Rupanya dia sudah berkemas, dia hanya membawa satu tas ransel ukuran sedang.

"Ha.... yakin.."Aku agak bingung.

"Ya nggak papa sih..., disana ada keluargamu, kamu bisa berunding" aku melanjutkan.

"Yaudah.. nanti jam sembilan tolong anter aku kebandara ya"

"Siap.."

Sebulan kemudian aku pindah ke kosan, karena sekarang sendiri. Sewanya pun lebih hemat. Cukup satu kamar untukku sendiri dengan dapur dan kamar mandi.