webnovel

PSYCHOPATH LOVE

WARNING 21+ Update Sabtu-Minggu Apa kah menurutmu seorang Pscyo mempunyai hati tulus untuk mencintai....? Johan dengan segala kesempurnaanya, menyimpan sakit akan jiwa dan pikirannya. Mencintai diam-diam Adik tirinya, setitik cahaya dalam hati nya yang gelap. Tapi bagaiman jika si Adik mencintai orang lain..??

Hd_birulangit · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
24 Chs

18. BERDUA

Sudah 1 minggu lebih Anya berpacaran dengan Johan. Di Kampus gadis berambut pendek dan selalu tersenyum lebar-senyum tak tahu malu, kalau menurut Lira, itu selalu menempel ke mana pun Kakak nya pergi.

Tapi bagi Lira, itu tidak lah masalah. Karena justru dengan Anya yang selalu ikut ke mana pun Johan pergi, sedikit banyak Lira bisa terbebas dari Kakaknya yang selalu over protictive padanya.

Seperti minggu ini contohnya,

"Haaii Sayaang !" Anya yang memakai atasan kurang bahan warna pink, di padu rok dari bahan jeans di atas lutut sudah tersenyum lebar di depan pintu rumah.

Johan yang awalnya ingin membaca di taman depan terkejut tak percaya dengan kehadiran Anya di rumah nya.

"...Dari mana...??" kalimat Johan terputus karena Anya yang telah menghambur ke arahnya, memeluk kemudian mencium pipi kanannya. Membuat ekpresi wajah Johan seketika berubah tak suka.

"Lira yang memberi tahu ku." ia tersenyum lebar menatapnya.

Johan membuka mulutnya, seperti hendak berkata sesuatu, tapi kemudian kembali ia mengatupkan bibirnya.

"Hai, Adik ipar " Anya melepas  pelukannya pada Johan dan melambaikan tangan ke arah belakang Johan.

Johan menoleh ke belakang, ia melihat adiknya itu telah rapi dengan dress panjang selutut warna teracota dengan rambut yang tergerai dan di beri jepit pada salah satu sisinya.

Kening Johan berkerut saat Adiknya yang bahkan tidak pernh menggunakan bedak itu kini tampak semakin cantik dengan make up natural dan bibirnya yang berwarna pink coral.

"Mau ke mana ?" ia bertanya.

Lira memegangi tas tangannya, berusaha menyembunyikan kegugupannya. "..Ke, ke Toko Buku." jawab Lira berusaha menatap wajah Kakaknya.

"Aku antar klo begitu." Johan sudah melangkah untuk berganti celana panjang dan mengambil kunci mobil, ketika Anya memegangi lengannya.

"Kaaak..." nada bicarany terdengar manja sambil bergelayut pada lengan Johan dengan pemikiknya yang menatap ke arah nya. "Kan ada aku di sini..." Anya tersenyum lebar sampai gigi-gigi nya yang putih terlihat.

Lira tersenyum diam-diam melihatnya.

"Kau bisa ikut sekalian ke Toko Buku." Johan berkata.

"Mana mungkin...!" gadis dengan baju tank top warna pink nya itu merajuk. "Aku jauh-jauh ke mari ingin tahu Rumah kakak." ia berkata dengan sikap manja yang di buat-buat. "Ingin tahu seberapa mewahnya Rumah Keluarga Prawira, pemilik Jaringan Bisnis Prawira Enterprise yang terkenal." Anya berkata dalam hati.

"Sudahlah, Kak. Aku cuma sebentar, janji !" Lira memastikan.

Dan sebelum Johan berkata apa pun lagi, dia sudah berjalan cepat keluar dari ruang tamu dan berjalan lurus dengan Mobil beserta Supir yang sudah menunggu di halaman depan.

Johan yang saat ini masih memakai kaos hitam dan celana pendek army masih diam memandang ke arah pintu, di mana Adik nya menghilang.

Perasaannya mengatakan, ada yang di sembunyikan gadis berambut panjang bergelombang itu dari dirinya.

"Rumah Kakak hebat !" suara tepukan tangan Anya dengan suara penuh kekaguman membuat Johan memalingkan wajah ke diri nya. "Aku baru pertama kali masuk ke Rumah Pribadi Keluarga Prawira yang terkenal." Anya balas menatap Pacarnya.

Raut wajah Johan yang awalnya berkesan dingin, mendadak berubah senyum sumringah dan kekehan kecil. "Kau juga wanita pertama yang  menginjakkan kaki di rumah ku ini." ucapnya.

Mereka berdua berjalan beriringan.

"Benarkah ??" mata Anya membulat menatapnya Lelaki yang berjalan di sampingnya itu.

"Iya." Johan tersenyum sambil melihat sekilas ke arah nya.

"Bagaimana dengan teman Kakak kemarin ?" selidik Anya.

"Temanku ??" Johan pura-pura tak mengerti.

"Yang rambutnya panjang kemarin itu." Anya mengingatkan.

"Oowh..." mulut Lelaki itu membulat. "Sonia...??" Johan menoleh ke arah Anya.

"Mana aku tahu namanya." Anya berkata ketus, membuat Johan terkekeh.

Mereka sampai di Taman Belakang yang luas dengan berbagai jenis tanaman Anggrek yang tergantung milik Ibu Lira, beberapa sangkar burung koleksi Ayahnya dan tempat duduk dari kayu jati yang di pernis, di sini lah Johan dan Anya duduk.

"Sonia teman dekatku dari pertama kali aku masuk Kuliah. Dia anak cerdas dari Fakultas Kedokteran, dan aku sering meminta tolong padanya." Johan berkata begitu mereka duduk.

"Tapi sepertinya dia suka Kakak tuh !" Anya melipat kedua tangannya di dada dengan wajah cemberut.

Johan terkekeh. "Dia suka padaku, klo aku enggak...??" Johan tersenyum lebar, membuat Anya yang memandangnya langsung merona kedua pipi nya.

Seorang Pelayan datang membawakan minum serta camilan, membungkukkan sedikit badannya setelah selesai menaruh nya di atas meja dan segera pamit pergi.

"Minumlah..." Johan mempersilahkan.

Dengan segera Anya mengambil gelas berisi orange juice dan meminum nya segera.

Johan yang duduk di depannya memperhatikan gadis itu dengan seksama, entah apa yang dia pikirkan, karena ekspresi wajahnya sama sekali tak terbaca.

"Boleh aku bertemu orang tua Kakak...??" Anya bertanya setelah minum separuh dari gelasnya dan meletakkan kembali ke meja kayu di depannya.

Johan tersenyum. "Sayang sekali...orang tua ku baru pulang minggu depan." ia menjawab.

Anya membulatkan matanya. "Jadi Kakak cuma tinggal berdua dengan Lira di Rumah sebesar ini ??" ia tak percaya.

"Ada banyak Pelayan di sini, jadi nggak bisa di bilang hanya tinggal berdua." Johan tersenyum. "Kadang-kadang kedua Kakak ku yang telah menikah juga menginap di sini bersama anak-anaknya." ia berkata. "Dalam hari-hari tertentu Rumah ini serasa lebih ramai dari pasar." Lelaki itu tertawa.

Sementara itu, Mobil yang Lira tumpangi telah sampai di depan salah satu Mall besar di Kota Jakarta.

"Pak Udin nggak usah menunggu, nanti Lira pulang sendiri." pesan  Lira pada Supirnya melalui kaca mobil yang terbuka.

"Tapi nanti Tuan Muda..."

"Enggak, Kakak lagi sibuk sama pacarnya. Nggak ada waktu buat tanya-tanya." Lira memastikan.

Sebelum Si Sopir yang khawatir akan di marahi protes, Nona muda nya sudah berlari-lari masuk ke dalam Mall tersebut.

Hati Lira berdebar senang oleh rasa gembira yang meluap, begitu bedebar detak jantungnya sampai-sampai kakinya gemetar untuk melangkah.

Saat ia naik ke tangga ekskalator, berkali-kali ia merapikan rambutnya dengan melihat cermin yang terpasang di sampingnya.

Dan ketika langkahnya sampai di depan pintu masuk Bioskop yang berada di lantai 3 Mall tersebut, jantung Lira seperti hendak melompat keluar saat melihat Andreas yang berkaos lengan panjang warna biru dongker yang di tarik sampai siku dengan bawahan celana jeans hitam, sudah menunggunya sambil bersandar pada tembok dengan mulut mengulum permen.

"Kak Andreas." panggil Lira begitu sampai di depannya.

Andreas melihat ke arah nya. "Kau terlihat beda hari ini." ucap nya setelah mengeluarkan permennya dari mulut, kemudian memasukannya lagi sambil tetap memegangi batangnya dan memainkannya.

Lira tersipu malu, usaha nya berdandan sambil melihat youtupe membuahkan hasil.

"Ayo masuk, aku sudah beli tiketnya tadi." Andreas berjalan masuk ke dalam Bioskop dengan Lira di sampingnya.

"Apa film nya sudah mulai ?" tanya Lira basa-basi, karena ia tahu pasti jam berapa film yang mereka tonton akan di mulai.

"Belum, tapi aku mau duduk di dalam." Andreas membuang permen nya saat melewati tempat sampah. "Aku capek menunggu seseorang." gurau nya.

"Ma, maaf kan aku kak !" Lira berkata cepat, memandang wajahnya dengan khawatir.

Andreas tertawa melihat ekspresi Lira yang berhasil di kerjai nya. "Bercanda kok." ucap nya di sela tawa.