KANYA
Thomy dan Silvi tampak terkejut melihat kedatangan Naren. Jangankan mereka, aku saja syok dia tiba-tiba ada di kantin basement.
Mata Naren melirik Thomy sesaat lalu menarik salah satu kursi dan duduk tepat di sebelahku.
"Pantas, ya, teleponku nggak diangkat, ternyata lagi asyik di sini makan..." tatapnya bergulir ke mangkokku dan mangkok Thomy. "soto."
Ucapannya sarat akan sindiran. Aku nggak suka mode Naren yang seperti ini. Mengingatkan aku jaman masih kuliah. Dia sering bersikap sinis kepada anak-anak klub dulu itu.
"Iya. Lo mau? Biar gue pesenin," timpal Thomy terlihat santai sambil mengangkat tangan memanggil pegawai yang bekerja di kantin ini.
"Nggak perlu. Makasih. Gue udah makan."
"Sori, Mbak. Nggak jadi panggil," seru Thomy kepada pegawai kantin itu.
"Kalian sering makan siang bareng gini, ya?" tanya Naren kembali beraksi. Aku berharap Silvi mau membantu.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com