Abaddon memegang kedua pipi Sakura dengan kedua tangannya. Lalu menekannya sehingga bibir Sakura menjadi sedikit manyun dan dia dengan kesalnya melepaskan tangan Abaddon.
"Kamu sedang apa sih, Kii?" tanyanya terdengar sedikit kesal.
Abaddon masih menyentuh wajah Sakura. "Apa ini wajahmu dulu?"
Sakura kembali cemberut. "Kamu tidak ingat?"
Abaddon tertawa. Dia merasa pertanyaan itu sangat lucu. Apa mungkin dia dapat mengingat wajah Hotaru yang sudah tidak berada dalam pandangannya lebih dari seratus tahun?
"Dasar pelupa!" ucap Hotaru seakan menekankan kalau dia wajib mengingatnya.
Abaddon menarik tubuh Sakura dan memeluknya lagi.
"Apa kamu rindu padaku?" suara Sakura terdengar sangat manis menanyakan hal itu.
"Apa kamu bodoh?" Abaddon terkekeh. Dia bertanya apa arti rindu, dia bahkan tidak berani memikirkan kata itu di dalam dirinya yang bukan seorang manusia.
"Kalau kamu merindukanku, kamu harus mengakuinya. Jangan pura-pura sok seperti itu." Sakura tampak percaya diri mengatakannya.
Abaddon tertawa.
"…Hei, kamu tahu?" Suara Sakura berubah pelan. "Saat aku pertama kali bangun dari tidurku setelah kecelakaan itu…" dia seakan mengingat peristiwa lalu. "Aku meningatmu. Aku mengingat kehidupanku sebagai Hotaru." Sakura memeluk Abaddon erat. Abaddon hanya mendiamkannya. Dia tidak dapat membayangkan bagaimana raut wajahnya saat mengatakannya. "…Tapi kamu tidak ada."
Abaddon menepuk punggung Sakura pelan. Seakan mencoba menenangkannya, saat dia menyadari suara Sakura menjadi parau.