webnovel

8. Padepokan Rawarontek

Melihat pangeran Brama memundurkan langkah, kucing tersenyum. Ia kemudian membungkukkan badan seolah memberi hormat kepada harimau putih yang saat ini sedang duduk di sebuah batu sambil memandang mereka berdua.

"Salam hormat saya untuk yang Mulia guru."

"Salam mu aku terima, Manis. Kuucapkan selamat datang di padepokan kembali. Sudah lama aku menunggu kedatangan kalian. Apakah ini Pangeran Brama yang kamu ceritakan kemarin? Dia tampak takut melihat diriku. Apakah kamu belum menceritakan kepadanya siapa aku sebenarnya?"

Kucing Sakti itu menggeleng, membenarkan apa yang diucapkan oleh Harimau Putih kepadanya. Ia mengakui bahwa selama dalam perjalanan menuju ke seberang sungai itu, dia belum menceritakan siapapun kepada Pangeran Brama.

"Mohon maaf Yang Mulia guru, saya memang belum menceritakan apapun kepada Pangeran karena saya ingin guru sendiri yang mengatakan siapa jati diri yang mulia guru sesungguhnya. Saya merasa tidak memiliki hak apapun untuk mengatakan semua tentang yang mulia guru dan kelebihan yang dimiliki."

Harimau putih mengangguk. Ia kemudian meminta pangeran Brama untuk mendekat kepadanya dan memberitahu siapa dirinya sesungguhnya.

Mendekatlah kepadaku, Pangeran! Tidak usah takut karena aku akan menjadi gurumu. Setelah engkau meninggalkan istana ayahmu, engkau akan hidup bersamaku di sebuah desa yang tenang. Aku akan mengajarkan beberapa hal tentang kehidupan dan manajemen sebuah kerajaan. Aku adalah harimau putih penjelmaan Prabu Baka kakekmu, yang sudah melahirkan ibumu, ratu Kencana. Orang-orang di kerajaanku mengatakan bahwa aku mati karena diracuni oleh salah satu anggota keluargaku, namun aku menolak pendapat itu. Aku sendiri yang menginginkan pergi dari kerajaan dan meminta ayahmu untuk menggantikan posisi sebagai raja di kerajaan Daha."

Mendengar penjelasan harimau putih Pangeran Brama kemudian menjatuhkan tubuhnya bersujud kepada harimau itu memberi hormat kepada kakek yang selama ini dirindukannya. Beberapa kali ayahnya mengatakan kepadanya bahwa kakaknya meninggal karena keracunan dan tidak tahu siapa yang melakukannya namun saat ini setelah mendengar sendiri dari harimau putih itu ia menjadi tahu masalah yang sesungguhnya.

"Hormat saya untuk Yang Mulia Kakek, Prabu Baka. Mohon maaf karena tidak tahu keberadaan kakek selama ini. Ayahanda selalu mengatakan bahwa kakek sudah meninggal karena meminum racun yang disediakan oleh salah satu anggota keluarga kita. Saat ini ketika saya mendengar sendiri kakek mengatakan kebenaran itu, maka saya tidak akan lagi merasa penasaran atas misteri yang terjadi pada keluarga kita."

"Salam hormatmu keterima, cucuku. Aku senang bertemu dengan seorang pria tampan yang gagah berani namun memiliki kekurangan karena terlalu gegabah dalam bertindak. Aku sangat menyayangkan keputusan yang kamu ambil dengan mempercayai ucapan adikmu begitu saja tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada Putri Anjani."

"Saya mohon maaf, Kakek,. Saya khilaf."

"Penyesalan hanya tinggal penyesalan.. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah belajar bagaimana caranya untuk menjadi seorang raja yang bijaksana yang tidak mudah dihasut oleh siapapun. Aku hanya ingin kamu tumbuh sebagai seorang pemuda yang gagah berani dan selalu membela kebenaran meskipun kebenaran itu pahit adanya."

Pangeran Brama mengangguk. Dalam hati ia berjanji untuk selalu melaksanakan nasihat yang diberikan oleh kakeknya, Prabu Baka.. Setelah semuanya selesai akhirnya Prabu Baka mengulurkan tangannya dan mengajak Pangeran Brama untuk memejamkan mata.. Pangeran Brama tidak bertanya apapun. Dia hanya menurut pada perintah harimau putih. Ia pejamkan mata dan tidak akan membuka mata sebelum harimau itu memintanya untuk membukanya. Beberapa saat setelah ia memejamkan mata, ia merasakan dirinya sedang melayang di udara. Ada rasa penasaran tentang apa yang terjadi padanya saat ini, namun ia tidak berani untuk melakukan pelanggaran.

Hingga beberapa saat kemudian, ketika harimau putih itu berdehem dan meminta dirinya untuk membuka mata, Pangeran Brama baru membukanya. Beberapa kali ia mengerjap untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya saat ini adalah benar adanya. Ia sudah berada di sebuah Padepokan kecil di tengah-tengah pedesaan yang tidak terlalu padat penduduk. Beberapa orang lalu-lalang di hadapannya namun mereka tidak menyapanya sama sekali. Meskipun dalam hati ia bertanya-tanya mengapa mereka tidak menyambut kehadiran mereka, namun ia mengurungkan niatnya untuk bertanya banyak hal. Yang diinginkan adalah mempelajari banyak hal tentang manajemen pengelolaan kerajaan dan pengelolaan hati.

Harimau putih kemudian mengelus wajah Pangeran Brama, membuat laki-laki itu terhenyak. Dia tidak pernah menyangka kalau harimau itu bisa menyentuh wajahnya tanpa meminta izinnya sama sekali.

Setelah harimau mengelus wajahnya tiba-tiba Pangeran Brama bisa melihat keadaan sekeliling dimana para siswa yang semula hanya lalu-lalang kini berlari mendekat ke arahnya.

"Selamat datang, Pangeran. Selamat datang di padepokan Rawa Rontek. Kami siap menjadi partner Pangeran dan belajar ilmu bela diri dan berbagai macam ilmu kesaktian lainnya."

Pangeran Brama memandang memandang sekeliling mencoba mencari harimau putih dan kucing Sakti yang sejak awal menemani perjalanannya, namun ia gagal menemukan posisi mereka di sekitarnya.

"Kakek? Manis? Kemana kalian? Mengapa aku jadi sendiri di sini? Apakah kalian sama sekali tidak ingin bersama denganku untuk mendampingiku belajar banyak hl di Padepokan Rawa Rontek?"

Semua murid padepokan rawarontek yang melihat kebingungan Pangeran Brama saling pandang. Mereka tidak tahu siapa yang sedang diajak bicara oleh Pangeran Brama, namun mereka tetap mencoba menunggu respon dari pemuda yang memakai pakaian kebesaran kerajaan Daha.

"Katakan apa yang kalian ketahui tentangku! Aku bingung tentang asal usulku sekarang. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan di sini dan siapa yang akan kutemui?"

"Ampun Yang mulia, Kami addalah murid padepokan Rawa rontek dibawah bimbingan Yang Mulia Guru Ki Pamanahan."

"Ki Pamanahan? Siapa lagi dia? Mengapa perjalanan hidupku sangat rumit dan membingungkan? Apakah aku . . . ."

Pangeran Brama yang memang sudah kelelahan limbung dan dia jatuh di tanah di hadapan para murid yang kini berebut untuk mengangkat tubuh anak raja itu. Beberapa orang yang berhasil mengambil tubuh Pangeran Brama skhirnya menggotongnya dan membawa Pangeran Brama masuk.

"Kalian letakkan saja di dipan ini. Aku akan segera memanggil Manis dan memintanya untuk mengobati lukanya. Banyak sekali luka di kaki Pangeran dan aku yakin Pangeran sudah melakukan perjalanan yang sangat berat."

Semua mengangguk dan kemudian menyingkir, memberkan kesempatan kepada Manis, seorang gadis yang berambut panjang dan cantik, yang memiliki kemampuan pengobatan yang luar biasa. Beberapa kali gadis itu mendapatkan kepercayaan dari sang guru untuk mengobatai beberapa murid yang sakit dan banyak yang berhasil mendapatkan kesembuhan.

Manis segera mendekat dan mengucapkan doa untuk mengawali pengobatan. Ia berkomat kamit sejenak lalu mengusap kaki Pangeran Brama. Beberapa saat kemudian sebuah sinar berwarna kuning keluar dari telapak tangan Manis dan membuat beberapa luka di bagian kaki pangeran Brama menghilang. Semua orang yang memandang keajaiban tersebut terpana. Mereka sangat takjub pada kemampuan yang dimiliki Manis. Seorang wanita yang sejak tadi duduk menyaksikan kegiatan yang dilakukan oleh Manis hanya melotot sambil mengeratkan gigi-giginya, kesal dengan semua murid yang mengagumi murid baru di padepokan tersebut.