webnovel

pondasi huruhara

Dunia magis dimana banyak para ahli berada... Pondasi huruhara adalah sebuah organisasi (Paguyuban) yang memiliki beberapa anggota dengan macam macam ahli dan kemampuan unik. kisah cerita akan berfokus ke petualangan Yaq dan Bag seorang ahli yang mempunyai kekuatan petir..

pencerita_mu_96 · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

Petarung.

"kau atasi mereka ber 4, akan aku bantu kau dari belakang. Tenangkan pikiranmu".

Sebuah suara kembali terdengar di telinga Bag, mendengar itu dia menata diri untuk menghadapi ke 4 petinggi yang mengepungnya.

Petir biru kembali menyelimuti tangan dan kaki tubuh Bag,

Melihat sikap dari Bag para tetua dan petinggi yang sedari tadi masih duduk, salah satu tetua dari mereka mengatakan,

"Anak ini memiliki nyali yang bagus, dia tidak gentar untuk melawan musuh yang lebih kuat darinya"

"Tetua benar, dia bahkan tidak ragu walaupun mengetahuinya jumlah musuh lebih banyak darinya," sahut salah satu dari petinggi

Di sini para tetua tidak memperdulikan dimana Yaq berada, entah trik apa yang di gunakan oleh anak itu, aula ini cukup luas, walaupun dia bisa bersembunyi, hanya masalah waktu dia akan keluar dari persembunyiannya,

di tambah lagi apa dia akan membiarkan temannya ini terbunuh di sini begitu saja?

"Bersiaplah untuk mati bocah" ucap petinggi ke 4

Dengan 1 gerakan kakinya, petinggi ke 4 melompat ke arah Bag, gerakan itu sangat cepat.

Dia melayangkan beberapa gerakan seperti mencakar kearah Bag.

Bag bisa menghindarinya, tetapi ada juga serangan dari petinggi ke 4 yang mengakibatkan bekas sayatan di beberapa tubuh Bag saat menghindari gerakan dari petinggi yang menyerangnya itu.

Saat gerakan tangan petinggi ke 4 tepat berada di depan wajah Bag, Bag langsung memegang lengan dari petinggi itu.

dan dengan gerakan yang sangat cepat, Bag memutar tubuhnya lalu melemparkan petinggi ke 4 ke arah yang berlawanan dari para petinggi yang mengepung sebelumnya.

"SRAK - SRAAAAKK!!!"

Suara kaki dari petinggi ke 4 yg menahan tubuhnya karena di lempar oleh Bag.

Belum sempat petinggi ke 4 berdiri tegak dari tempat nya, Bag melemparkan tenaga petir miliknya.

"JEDAARRRR"

Suara ledakan dari petir Bag yang menggema di aula itu. Asap dan debu di sekitar ledakan petir Bag mulai muncul.

Lalu kemudian

"Bahkan di ranahnya yang jauh lebih rendah,dia bisa membuat petinggi ke 4 sampai di keadaan seperti itu, anak ini sungguh hebat"

Ucap salah satu tetua di aula itu, para orang tua yang masih duduk mangangguk setuju dengan perkataan dari tetua itu. Diarso pun melihat ke arah Bag kemudian dia berkata

"Tapi sayangnya dia berada di pihak musuh, maka menghabisinya sekarang lebih baik daripada membiarkannya pergi bebas dan berkembang"

Para tetua benar benar menyayangkan hal itu, bakat hebat seperti ini sangat jarang di temui, mereka saat ini ingin untuk merekrut Bag sebagai anak didik supaya bisa di latih menjadi penerus suatu saat nanti.

Tetapi perintah pemimpin mereka itu mutlak. Para tetua memang boleh untuk memberikan saran dan masukan, tapi keputusan akhir tetap berada di tangan sang pemimpin.

Mengetahui itu mereka hanya bisa memejamkan mata dan menghela nafas.

Kembali ke pertarungan;

"SWOOOSSSH"

Debu asap yang ada di bekas ledakan petir Bag langsung menghilang karena tekanan angin.

Itu adalah petinggi ke 4 yang sekarang mengeluarkan tenaga dalam di sekitarnya untuk menyapu debu dan asap itu.

Untuk sesaat seluruh tubuh petinggi ke 4 di penuhi oleh tenaga dalam hijau miliknya, lalu kemudian tenaga itu seperti terserap kedalam tubuhnya kembali.

"SYUSSH - SYUSSH"

Tenaga dalam menyelimuti lengan kiri petinggi ke 4, tenaga itu seperti mengalir di lengannya Dia sungguh marah saat ini.

Wajahnya menghitam, matanya memerah.

Petinggi ke 4 tidak mengira akan sampai seperti ini keadaannya. Ini benar benar memalukan, benar benar menyedihkan.

Seorang petinggi di ranah pendekar tidak mampu membunuh bocah di ranah pejuang.

Akan ia taruh mana wajahnya saat pertarungan ini berakhir? Apalagi kalau berita ini sampai menyebar ke segala penjuru?

Memikirkan itu semuanya petinggi ke 4 menjadi semakin geram, dia mengepalkan tangannya, dan ia memutuskan bahwa bagaimanapun caranya, dirinya harus menghabisi bocah itu. Anak itu harus mati di tangannya.

Bag mengamati para petinggi lainnya, baik yang sedang duduk ataupun yang sebelumnya mengepung dirinya.

Tidak ada 1 pun dari para petinggi ataupun tetua yang berniat untuk membantu petinggi ke 4 saat ini.

Itu hal yang wajar karena yang menjadi lawan petinggi ke 4 hanyalah bocah di ranah pejuang, belum lagi jika para tetua atau petinggi yang lain membantu petinggi ke 4. Maka itu pasti akan melukai harga dirinya yang seorang ahli di ranah puncak Pendekar.

Meskipun orang orang ini tercela, berniat membunuh utusan yang dikirim. Mereka masihlah orang yang mempunyai harga diri sebagai ahli ilmu beladiri.

Bahkan para tetua pun mulai merasa malu, karena harus petinggi langsung untuk mengatasi bocah di ranah pejuang.

Dan jika petinggi ke 4 mati karena bocah di ranah pejuang, maka dia memang tidak layak menjadi salah 1 jajaran petinggi di wilayah gondo.

"SET"

1 hentakan kaki, petinggi ke 4 langsung mengarahkan pukulan ke arah Bag. Tidak tinggal diam Bag langsung memusatkan energinya di tangan kirinya, energi itu menjadi petir biru yeng mengelilingi telapak tangannya.

"BUUM"

Ledakan 2 kekuatan yang saling berhantaman, tekanannya menciptakan angin di sekeliling mereka, tinju petir Bag di sirna karena di kikis oleh energi tenaga dalam pukulan petinggi ke 4.

Bag merasakan nyeri dan perih di tangan kirinya, dia tidak kuat menahan kekuatan dari hantaman petinggi ke 4, hasilnya tangan kirinya terpental karena hantaman tadi.

Dengan sekali gerakan kekuatan Bag di lengan kirinya lenyap

Efek serangan yang di lancarkan oleh petinggi ke 4 akan langsung memusnahkan apapun yang lebih lemah dan bersentuhan dengannya.

Serangan itu seharusnya bisa menghancurkan lengan ahli di ranah pejuang dengan sangat mudah.

Alasan lengan Bag tidak hancur adalah karena dia sudah bisa memanifestasikan tenaga dalamnya ke bentuk petir,

Supaya bisa menggunakan petir di tangannya, Bag perlu fokus untuk memperkuat fisik tangan dan kakinya menggunakan tenaga dalam. Tapi itu hanya berlaku sementara

Meskipun Bag bisa memanifestasikan kekuatan petir, dia belum bisa menggunakannya secara terus menerus, jika dia terus memaksa menggunakan petirnya, itu hanya akan membebani raga fisiknya yang belum mengalami penguatan yang mendalam.

*Singkatnya Bag hanya bisa sementara untuk menggunakan elemen petir di tangannya, itu karena Bag belum menguatkan kekuatan dan daya tahan raga fisiknya menyeluruh.

Itu sebabnya dirinya masih berada di ranah Pejuang. Hanya energi tenaga dalamnya yang ia latih menjadi wujud kekuatan petir,

dia lupa untuk melatih seluruh raga fisiknya supaya menjadi wadah atau pondasi bagi kekuatan petir itu sendiri.

Melihat itu petinggi ke 4 mengatakan;

"Matilah bocah sialan!!"

Energi tenaga dalam berwarna hijau segera menyelimuti tangan petinggi ke 4, lengan tangannya mengarah tepat ke leher Bag lalu..

"SET"

Leher Bag tercekik oleh petinggi ke 4, ia lalu mengangkat tubuh Bag keatas dan...

"CRIIIIING.... BZZZTTT CIP CIP CIP ZIP"

Petir bersinar dari tangan kanan Bag, dan tenaganya lebih besar daripada tinju petir sebelumnya, Bag mengarahkan tangan kanannya yang di penuhi petir biru ke arah wajah petinggi ke 4 dengan sekuat tenaga.

"BEGH"

"Walaupun kau sudah mewujudkan energi tenaga dalammu menjadi bentuk petir! Kau masihlah hanya anak kecil di ranah pejuang bocah!!". Ucap Petinggi ke 4.

Tangan Bag di tangkap oleh petinggi ke 4 dengan mudahnya, lalu kemudian terlihatlah energi tenaga dalam milik petinggi ke 4 mengikis sedikit demi sedikit petir milik Bag.

Di sisi lain cengkraman tangan di leher Bag semakin menguat, lalu mulai terlihat darah mengalir dari cengkraman tangan di leher Bag.

"Ah.. jadi ini kekuatan ahli di ranah puncak pendekar? Ternyata aku masih memang sangat jauh.. apa aku bisa menang..?"

Bag mulai menyadari kesenjangan kekuatan antara ranah pendekar dan pejuang, dia mulai meragukan dirinya sendiri apa dia bisa mengalahkan orang orang ini atau tidak.

Bag merasakan rasa sakit di tangannya dan rasa sesak yang panas di lehernya, dia bahkan sampai susah bernafas karenanya.

"Fokuslah Bag, kau lebih baik dari ini"

Saat Bag hampir kehilangan kesadarannya, ia mendengar lagi suara yang familiar di telinganya.

Bag memakai tangan kirinya yang terluka untuk memegang lengan petinggi ke 4 yang sedang mencekiknya, dengan kecepatannya dia menarik kembali lengan kanannya yang di tangkap oleh petinggi ke 4.

Ia langsung memfokuskan petir di kaki kakinya dan menendang petinggi ke 4 tepat di dadanya.

Petinggi ke 4 hampir jatuh tersungkur karena itu, sedangkan Bag ia melompat cukup jauh dan mulai menjaga jarak dari petinggi ke 4.

Kini Bag terlihat terengah engah memperbaiki nafasnya, di tambah lagi luka yang ia terima dari petinggi ke 4. Dia memegangi lehernya yang berdarah dengan tangan kanannya.

Melihat itu para tetua melirik ke arah Diarso. Diarso paham arti maksud dari para tetua ini, bagaimanapun juga tetua inilah yang menjadi pilar dirinya di wilayah kekuasaannya. Dia pun menghela nafas lalu mengatakan kepada Bag;

"Anak kecil, menyerahlah, hentikan perlawananmu itu dan jadilah bawahanku"

Mendengar itu petinggi ke 4 mengangkat alisnya karena terkejut. Lalu dia mengatakan;

"Tunggu tuan, apa maksudnya itu?".

Mendengar itu Diarso menatapnya dengan dingin lalu berkata

"Anak itu ranahnya lebih rendah darimu, tetapi di umurnya yang masih muda, dia bahkan mampu bertahan darimu, itu sudah cukup menjadi bukti bahwa dia layak untuk menjadi bawahanku"

Mendengar ini Petinggi ke 4 merasa terhina, karena secara tidak langsung dirinya yang merupakan ahli ranah Pendekar di samakan dengan bocah di ranah Pejuang. Itu membuatnya semakin geram terhadap Bag.

Tapi menurut pandangan para tetua dan petinggi yang lainnya, kekuatan dari petinggi ke 4 tidak perlu di ragukan lagi.

Bahkan kedua petinggi yang sedari tadi masih duduk dengan para tetua dan Diarso. Jika mereka melakukan pertandingan 1 vs 1 dengan petinggi ke 4. Bisa di pastikan mereka akan kalah hanya dengan beberapa gerakan.

Tetapi anak ini, anak di ranah pejuang ini. Dia mampu bertahan dari petinggi ke 4 sampai sejauh ini. Jika itu ahli pejuang lain, pejuang itu akan mati hanya dalam 1 gerakan.

Mendengar perkataan Diarso Bag hanya melihatnya dan tidak mengeluarkan kata kata sedikitpun

Dirinya menegakkan badan dan mulai fokus dengan petir di tangan dan kakinya.

Melihat ini petinggi ke 4 menyeringai, dia lalu mengatakan;

"Sepertinya kau memang mau mati bocah! Majulah aku akan membunuhmu!"

Para tetua hanya bisa menghela nafas setelah melihat Bag yang seperti itu, anak itu memiliki tekad yang kuat dan tidak mudah untuk goyah, bahkan di hadapan musuh yang lebih kuat darinya dia tidak gentar.

"sepertinya mustahil untuk merekrut anak ini" Ucap salah seorang tetua di sana.

Bag yang sudah siap dengan petir di tangan dan kakinya langsung melesat maju ke arah petinggi ke 4.

Pukulan demi pukulan dia arahkan ke petinggi ke 4, pukulan itu cukup cepat tetapi semuanya bisa di tepis oleh petinggi ke 4.

Petinggi ke 4 menepis serangan dari Bag bukan karena dia tidak bisa menghindari serangan itu.

dia menepis serangan Bag untuk membuktikan kalau dirinya berada di puncak ranah Pendekar. Sedangkan Bag dia masih berada di ranah Pejuang.

Akan sangat memalukan jika dia menghindari pukulan dari orang yang ilmu beladirinya jauh berada di bawahnya.

Benturan demi benturan terjadi, 2 kekuatan yang saling beradu menciptakan momentum yang kuat di sekitarnya.

Sampai pada akhirnya Bag melompat ke belakang, tapi kemudian ia di susul oleh Petinggi ke 4, saat itu terjadi Bag melemparkan tenaga dalam petirnya ke arah Petinggi ke 4.

Petinggi ke 4 yang tidak mengira hal itu, dia kemudian meletakkan lengannya di depan wajahnya.

"JEDAAAARRR.. JEDAAARRR.. JEDAAARRRR"

3 ledakan petir muncul tepat di arah Bag melemparkannya, asap debu muncul dari bekas ledakan itu.

Bag berhenti sejenak untuk mengetahui dimana keberadaan Petinggi ke 4 lalu..

"SWOOSSHH"

Sebuah bayangan muncul dari belakang Bag, Bag yang merasakan ini langsun menoleh kearah belakangnya, tetapi semua sudah terlambat..

"BUAAAGGGHH"

"BAAAM"

Suara hantaman yang mengenai Bag hingga dirinya yang mengenai lantai aula, mengakibatkan lantai itu cekung dan muncul seperti retakan.

Terlihat di sudut bibir Bag mengalir darah segar, karena hantaman itu.

"Matilah kau Bocah tengik!". Ucap Petinggi ke 4.

Ia mengumpulkan tenaga dalamnya yang berbentuk runcing seperti seperti jarum di pucuk jari jarinya. Dia bersiap untuk mengarahkan serangan terakhirnya ke Bag.

Pukulan runcing di lepaskan mengarah persis ke jantung Bag,

Tetapi sesaat sebelum pukulan itu menusuk tembus ke jantung Bag,

"SWUUUUSSSSSH"

Tekanan gelombang yang sangat kuat menghalangi pukulan itu lalu kemudian.

"BAAAMMM"

Petinggi ke 4 terlempar sejauh ratusan meter bahkan mungkin ribuan. Yang jelas dia terlempar lebih jauh daripada saat Zivvan di lemparkan oleh Bag dengan kekuatan petirnya.

Seorang laki laki muncul dari ketiadaan, kemudian dia melihat ke arah Bag yang terbaring di tanah

"Uh- uhhuk, kau.. baru muncul?" Ucap Bag ke sosok laki laki itu

"kau selalu suka babak belur, kau ini memang suka di hajar atau bagaimana Bag?". Ucap laki laki itu

"Jadi bagaimana? Apa kau sudah tau sekarang betapa pentingnya untuk menembus ke ranah yang seharusnya memang kau tembus?" Lanjut laki laki itu

"a- aku se..karat, to..long aku.. ter..lebih dah..ulu" ucap Bag tersendat sendat karena mulai kehabisan tenaga, ia kini mulai kehilangan kesadarannya

"Aku memang akan menolongmu Bag, jadi beristirahatlah, aku selesaikan pekerjaanmu ini" ucap laki laki itu yang tidak lain adalah Yaq.

.....

..