Masih di tempat sama. Tapi dengan atmosfer yang berbeda.
Tangan Pragma mengepal hingga membuat kukunya memutih. Saking kuatnya kepalan itu, pertanyaan sensitif yang diajukan oleh Auris sangat menyentil harga diri dan perasannya.
"Jangan mencampuri urusan pribadiku," bentak Pragma mengejutkan ke tiga orang itu.
Terutama pada Auris tampak terlihat ketakutan. Gadis itu harus memejamkan matanya, saat Pragma membentak dan menunjuk dirinya.
"Kau sangat tidak sopan, mencari tahu identitas seseorang sampai ke akar-akarnya," marah Pragma sambil menunjuk-nunjuk muka Auris dengan telunjuknya.
"Maafkan atas sikap anak saya Tuan. Dia tidak bermaksud seperti itu," lerai tuan Andreas kasihan, tak tega melihat wajah ketakutan sang putri.
"Tidak bermaksud bagaimana, jika dia sampai menyebutkan jika istri saya meninggalkan saya dua tahun yang lalu!" Muka Pragma semakin mengetat seakan siap meledak jika itu bom.
"Auris," tegur Andreas menyuruh anaknya untuk minta maaf.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com