Lidahnya terasa begitu pahit serta tubuhnya sangat lemas membuat Gelora harus tetap berbaring di atas brangkarnya. Dia hanya diam saat Pragma membersihkan tubuhnya, prianya sudah rapi lengkap dengan jas kantor melekat di tubuhnya.
"Apa yang kau pikirkan Sayang? Apakah ada sesuatu yang membebani pikiranmu?" seloroh Pragma meletakkan handuk kompresan istrinya.
Dia mengusap pelan surai hitam istrinya membuat Gelora merasa nyaman. Tapi itu tak berlangsung lama karena dia menepis tangan Pragma dari rambutnya, ia juga memalingkan wajahnya ke samping kanan mengingat infus terpasang di tangannya jadi ia tak boleh banyak gerak dulu. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya membuat Pragma menghela napas pelan.
"Jangan mengabaikanku Sayang, aku tak menyukainya," tegurnya menarik paksa dagu istrinya agar menatapnya.
"Sayang," panggil Pragma tetap tak digubris oleh istrinya.
"Rapat akan dimulai dua menit lagi Tuan," sahut Rudolp yang baru saja datang mengecek kesiapan tuan mudanya itu.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com