webnovel

Tidak Bisa Ingat

Seza hanya mampu menangis pilu saat Danial berhasil melepas keperkasaannya dengan lancar.

"Ya ampun ..." erangnya. "Saya kehilangan perjaka saya di tangan seorang yang tepat."

Seza langsung memaki Danial karena menurutnya ucapan laki-laki muda itu sangat menghinanya.

"Saya belum janda!" ketusnya. "Kamu nggak malu apa, bisa-bisanya melakukan itu sama orang yang bukan pasangan kamu?"

Danial menegakkan tubuhnya yang polos dan menggeleng.

"Bukan pasangan? Kamu amnesia, ya? Kita kan baru saja menikah tadi siang," katanya dengan nada mengejek.

"Diam, jangan sembarangan saya!" seru Seza sambil mengamuk Danial. Dipukulnya laki-laki muda itu dengan tangannya yang kini telah bebas. Meski kabarnya dia dan Danial telah resmi menikah, tapi Seza tetap tidak mau percaya begitu saja.

"Kamu terlalu polos, Za. Kamu pikir suami kamu ini bisa sabar menunggu sampai kamu mengingat semuanya?" komentar Danial dengan nada mengejek. "Kamu harus banyak-banyak belajar ke depannya."

"Saya nggak percaya sama kamu!" pekik Seza emosi, satu kakinya kini menendang-nendang seprai. Tanpa sengaja ada saat di mana kakinya menggesek perabotan Danial.

"Sial ..." Danial melenguh di balik umpatannya saat merasakan miliknya bangkit dari sarangnya lagi.

Seza sendiri tidak membantu dan malah kembali meronta-ronta dengan begitu hebatnya, hingga membuat Danial semakin gila. Mendadak dia menjadi sangat berhasrat dengan perempuan yang telah dipersuntingnya ini.

"Kamu jangan bikin saya gila, Seza ..." geram Danial dengan wajah memerah karena panas dalam tubuhnya kini kian bergelora. Menggunakan kedua kakinya, dia menahan gerakan memberontak Seza dan mengunci kedua tangannya agar tidak mampu melawannya lagi.

"Hentikan, Dan! Saya tidak siap!" raung Seza dengan air mata berlinang. "Kita bukan suami istri, Dan ... Ini nggak benar ..."

"Jangan mengajari saya tentang benar dan salah, Seza." Danial menggeram lagi dan menjatuhkan kepalanya di dada Seza. "Lagipula kita sudah resmi menikah, sudah seharusnya kamu melayani saya sampai akhir!"

"Tolong! Siapa saja tolong saya ..." tangis Seza. "Saya sudah diperlakukan dengan nggak pantas di sini ... "

Danial yang merasa terpancing seolah gelap mata, dia kini tidak lagi peduli siapa dirinya dan siapa Seza. Dia pacu kakinya dengan irama bertahap, dari pelan, mengentak sedikit, pelan lagi dan ketika Danial merasakan desakan hebat untuk segera melepasnya, dia bergegas menyentak tubuh Seza dengan penuh tenaga.

"Luar biasa ..." erang Danial sambil menggulingkan tubuhnya ke samping setelah dia merasakan senjatanya melemas.

Seza berbaring miring sambil menangis sesenggukan, dia tak mengira bahwa kehidupan pernikahan yang seharusnya berlangsung indah dan berkesan justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.

Dalam sekejap mata, Seza dengan mudah berpindah tangan dari suaminya yang sah ke tangan seorang laki-laki muda tak berakhlak seperti Danial Zadislav.

Keesokan paginya, Danial bangun dengan seluruh tubuh terasa lelah tapi juga bersemangat. Dia menoleh le samping dan melihat Seza yang terlelap di sampingnya dalam keadaan menyedihkan.

"Sial ..." Danial langsung mendudukkan dirinya yang masih polosan tanpa tertutup sehelai benangpun. "Apa yang sudah aku lakukan semalam?"

Laki-laki muda itu menggaruk-garuk rambut cepaknya yang tidak gatal, dipandanginya perempuan muda itu dengan tatapan nanar. Kemudian dia mengambil selimut dan menghamparkannya untuk menutupi gaun pendeknya yang sudah compang-camping.

Beberapa saat berlalu dengan tenang, Seza terbangun dengan rasa sakit dan lelah di sekujur tubuhnya.

Terdengar bunyi pegangan pintu dibuka dan seorang asisten rumah tangga memasuki kamar sambil membawa setumpuk baju bersih.

Saat asisten rumah tangga itu mendekat, Seza buru-buru menyelimuti tubuhnya agar tak terlihat oleh pandangan mata.

"Ini handuk dan baju bersihnya, Nyonya ..." kata perempuan itu dengan sopan. "Setelah mandi, Nyonya diminta untuk turun sarapan di ruang makan, Tuan Dani sudah menunggu."

"Dani?" ulang Seza sambil mengernyit, ingatannya masih belum berfungsi dengan baik hingga membuat asisten Danial tampak kebingungan.

"Tuan Dani kan suami Nyonya, Anda berdua baru saja menikah kemarin siang." Asisten Danial mengingatkan.

"Oh ..." Seza mengangguk linglung. "Tinggalkan di situ saja Bi, saya mandi dulu baru turun sarapan."

"Baik Nyonya, oh ya kenalkan. Saya Wina, semoga Nyonya betah di sini."

Seza mengangguk dan memaksakan diri untuktersenyum, dia tidak mengerti apa maksud ucapan Wina barusan. Urusan pernikahannya dengan Danial saja sudah cukup membuatnya pusing dan tidak bisa berpikir jernih.

Selesai mandi dan berpakaian, Seza tidak segera turun untuk sarapan melainkan hanya duduk termenung di tepi tempat tidur Danial. Dia masih tidak mengerti dengan apa yang baru saja dia alami. Hidupnya terasa karet kosong yang tidak ada memori apa pun yang tertinggal.

Menikah? Dia dan Danial Zadislav? Sebentar, pikir Seza sambil mengernyitkan keningnya dengan keras.

Bukankah seharusnya aku menikahi seorang pria yang menjadi target utamaku sebelumnya?

Bosan hanya duduk saja, Seza berdiri dan melihat-lihat isi kamar Danial yang lumayan rapi tatanan barangnya. Pasti Wina yang rajin membereskan kamar ini, batin Seza. Pandangannya tiba-tiba tertuju kepada satu foto yang terpajang di meja sebelah tempat tidur suaminya.

Seza mengulurkan tanganuntuk mengambil foto itu, tapi sebuah tangan besar tiba-tiba muncul dari belakang dan menangkap pergelangan tangannya.

"Ngapain kamu?" tanya Danial tajam, membuat Seza terlonjak kaget.

"Nggak kok, cuma lihat-lihat." Seza mengangkat bahunya.

"Saya nunggu kamu dari tadi di meja makan," sungut Danial sambil meletakkan foto yang tadi sempat menarik perhatian Seza.

"Memangnya saya minta kamu buat nunggu?" ketus Seza sambil berkacak pinggang. "Sekarang begini, kamu harus melayani saya sebagaimana tugas seorang istri kan? Jadi tolong jangan membuang banyak waktu seperti ini, saya juga punya urusan!" kata Danial sembari menarik napas.

"Kenapa saya nggak bisa ingat kalau saya sudah menikah sama kamu?" tanya Seza dengan tatapan curiga mengarah kepada pria tinggi tampan yang berdiri di depannya.

"Saya nggak ingat sama sekali?" sahut Danial tidak percaya. "Setelah makan, nanti sopir saya akan mengantar kamu ke rumah sakit untuk periksa."

"Periksa?" tanya Seza curiga. "Memangnya apa yang sakit?"

Danial mendengus dan tidak segera menjawab, segera ditariknya tangan Seza agar mengikutinya pergi ke ruang makan.

"Pikiran kamu yang sakit," ujar Danial tanpa berbelit-belit.

"Lepas!" sentak Seza galak. "Saya tetap harus memastikan sesuatu."

"Apa lagi?" tanya Danial tidak sabar. "Kamu benar-benar amnesia? Sekarang saya yang harus memastikan sesuatu, apa kamu ingat siapa nama kamu?"

Seza terdiam sebentar sambil menghentikan langkahnya.

"Sezaria Randrinov," jawab Seza cepat. "saya jelas ingat sama nama saya sendiri."

Seza lantas melengos saat berjalan melewati Danial.

"Nggak lucu," ketus Danial yang langsung menyusul Seza sebelum istrinya berjalan terlalu jauh meninggalkannya.

Di ruang makan, Seza hanya meminum segelas air putih sementara Danial menyantap apa saja yang bisa dijangkau tangannya dengan lahap.

"Tuan Danial lapar berat?" tanya Wina dengan sorot mata heran. "Seperti habis ...."

"Habis ngapain, Bi?" tanya Danial sambil meraih segelas air minum.

"Seperti habis melakukan sesuatu yang berat dan membutuhkan banyak tenaga," jawab Wina spontan, membuat Danial langsung menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya.

Bersambung