webnovel

Akhir

Angin menghembus menyentuh pipi seakan mengelus pipinya di tambah dengan secangkir minuman panas kesukaannya. Hari ini ia berharap menjadi hari yang luar biasa. Duduk di depan cafe dengan senyum tak lepas dari wajahnya menunggu kedatangan kekasihnya. Tetapi cukup lama ia menunggu kekasihnya bahkan beberapa orang pergi dan masuk kecafe itu.

Mobil yang ia kenal baru saja tiba langsung memarkirkan dekat dengan tempat ia berduduk. Seseorang yang tampan keluar dari mobil itu membuat senyumnya semakin lebar menyambut kekasihnya.

"Ah.. kau sudah lama?" Tanya kekasihnya dengan santai.

"Kau kemana saja, kak?" Bukannya menjawab ia bertanya balik.

"Teman" Jawabnya singkat. Miris mengingat kekasihnya jarang ada waktu bersamanya dan selalu pergi entah kemana bersama teman temannya.

"Sudah ku bilang jangan terlalu sering bermain." Gadis itu mencoba menasehatinya.

"Ayolah Lyse, aku bukan seorang pria lugu seperti mu." Sudah biasa ia mendengar kata itu dari kekasihnya.

"Aku tau." lirih Lyse menatap kebawah sembari memilin bajunya.

"Kita akhiri saja."

"Apa maksudmu?" Lyse memiringkan kepalanya tanda ia sedang bingung.

"Sudah setahun lebih kau tak ada perubahan. Teman temanku sering meledeki ku karena memiliki pacar yang culun. Ayolah, seorang Liam Kim sudah muak dengan cewe culun sepertimu" setelah itu orang yang ia tunggu berjam jam pergi begitu saja tanpa memikirkan perasaannya sekarang.

Hatinya hancur berkeping keping. Walaupun terlalu sering mendapat hinaan seperti itu tapi ini pertama kalinya ia merasakan sakit dengan hinaan yang sama.

Dulu, dulu sekali Liam mencoba mendekatinya selalu mengejar dan mencoba beberapa kali menembaknya karena Lyse selalu menolak. Berjalannya wakru Lysepun merasa dapat menerima cinta Liam yang selalu ada untuknya saat itu.

Awal hubungan mereka memang sangat sulit. Lyse selalu mendapatkan cacian dari siswa/siswi sekolahnya, dan Liam yang tiada henti mengingatkan Lyse untuk melupakannya karena tidak ingin kekasihnya sakit hati mendengarnya.

Pada kenyataannya yang membuat Lyse sakit hati adalah Liam sendiri.

Malam telah tiba. Lyse yang baru saja pulang langsung mendapati omelan kakaknya. Bagaimana tidak, Sampai pukul 11 malam Lyse baru saja pulang. Tentu saja itu membuat kakaknya khawatir.

"Kakak, aku sudah selesai dengannya." Kata-kata Lyse dapat menghentikan omelannya.

"Sudah ku bilang jangan terima dia, sudah berapa kali juga aku bilang padamu kalau ia merupakan laki-laki brengsek" Kakaknya menatik Lyse kedalam pelukannya.

"Besok ikut Kakak" Lyse mendongkakkan kepalanya memperlihatkan muka penuh tanya. "Ikut saja. Sekarang saatnya kau istirahat."

Lyse pergi kekamarnya dengan lesu meninggalkan kakaknya di ruangan gelap.