Resti terpaku di tempatnya, bicara denga orang yang mulai di bencinya tentu sangat mustahil. Dia tidak akan bisa menahan diri jika berhadapan dengan Cia.
"Saya akan coba," ucapnya pelan. Hanya janji kosong yang bisa di berikannya pada kepala sekolah.
Kepala sekolah mengangguk, "terima kasih. Pasti nyonya Sandjaya akan lebih mudah di ajak bicara olehmu, kalian seusia, bisa lebih santai." Resti mengangguk.
Sebenarnya dia nggak perduli dengan nasib orangtua murid kelas empat tersebut. Wanita itu emang butuh di beri pelajaran, agar sadar kalau di atas langit masih ada langit, dan harusnya dia nggak perlu ngomong dengan Cia.
"Kalau tidak ada hal lain, saya permisi."
Kepala sekolah mengangguk, "silahkan."
Resti bangkit dan berdiri lalu keluar dari ruangan kepala sekolah. Saat sampai di parkiran, dia melihat Alfad yang hendak pulang, tau anak itu dekat dengan si kembar, dia menawari tumpangan yang tentu saja di sambut ceria oleh anak itu.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com