webnovel

Pernikahan Paksa Tanpa Cinta

Andini terpaksa menikahi laki-laki angkuh, untuk melunasi hutang-hutang Ayahnya. Gadis berusia 18 tahun itu, harus menerima takdirnya, menikah muda dengan seorang laki-laki angkuh demi melunasi hutang-hutang Ayahnya. Gilang dan Andini menikah, namun sikap laki-laki itu tidak pernah ramah sama sekali. Pernikahan hambar yang hanya bergelut dengan air mata, karena laki-laki yang dinikahi Andini adalah laki-laki dingin, angkuh dan tidak punya perasaan. Seperti apa Andini menghadapi suami angkuhnya itu? Apakah Andini bisa membuat Gilang jatuh cinta padanya? Lanjut baca yuk...

Rena_Karisma · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
14 Chs

Awal Rasa

Aku benar-benar tidak mau masuk kedalam kamar Gilang. Seperti sebuah trauma hebat, hal yang dilakukan Gilang membuatku memilih tidur di kamar tamu. Bayangan wajah Gilang terus terbayang didalam pikiranku. Aku takut, aku belum siap melakukan hal itu bersamanya.

Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur yang ada di kamar tamu. Rasanya hari ini benar-benar menyeramkan untukku. Bagaimana bisa aku dan laki-laki robot itu hampir bercinta?

Aku menatap langit-langit yang ada di kamar itu sambil membayangkan hal buruk yang baru saja aku alami. Hingga tanpa sadar aku terlelap dalam tidur.

****

Keesokan harinya, aku terbangun dari tidurku. Aku terkejut menatap Gilang ada disampingku. Dia masih memejamkan matanya sambil memeluk tubuhku. Aku menatap sekeliling tempat itu. Ya Tuhan, ternyata Gilang memindahkan ku kedalam kamarnya. Bukankah semalam aku tidur di kamar tamu? Bagaimana bisa aku sampai di kamar ini?

Aku mencoba melepaskan diri dari pelukan Gilang, namun semakin aku melepaskan diri Gilang semakin mempererat pelukannya. Sebenarnya laki-laki ini benar-benar tidur atau hanya pura-pura tidur!

"Mas, lepaskan!" ucapku pelan.

Gilang tak menjawab, namun tangannya enggan untuk melepaskan pelukannya. Apa sebenarnya yang ingin dia lakukan padaku?

Mata Gilang masih terpejam, namun aku meyakini jika dia hanya pura-pura tidur. Bagaimana mungkin orang yang tidur pulas, bisa memeluk seerat ini.

"Mas, lepaskan aku!" ucapku lagi.

"Mau pergi kemana? Tidur saja disini bersamaku. Hari ini, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu!" ucap Gilang walau matanya masih terpejam.

"Mas, tapi hari ini aku ada kuliah! Kita bisa menghabiskan waktu di akhir pekan nanti. Bagaimana?"

Gilang yang sedari tadi menutup matanya, kini menatap tajam ke arahku. Wajahnya benar-benar digariskan Tuhan sebagai salah satu pria dengan wajah tampan yang menggoda. Ya Tuhan, aku bahkan baru kali ini menatap wajah tampan itu dari jarak sedekat ini.

"Kenapa kau tidak mau menuruti perintahku? Aku sudah bilang, aku ingin kau tetap bersamaku. Kenapa kau terus membantah? Apa kuliahmu itu lebih penting daripada diriku yang kini sudah berstatus sebagai suamimu? Atau jangan-jangan, kau kuliah hanya untuk bertemu Randy ya?" ucap Gilang dengan tatapan penuh curiga.

"Apa? Kenapa kau berpikir seperti itu? Aku tidak berminat sama sekali pada dosen Randy. Dia yang terus saja mendekatiku. Aku sadar betul, jika aku sudah menikah dan berstatus sebagai istrimu!"

"Bagus kalau begitu!" ucap Gilang sambil mengusap lembut wajahku.

Kini wajah Gilang benar-benar dekat dari wajahku. Bibir merah miliknya seolah tak sabar menikmati bibir manisku. Gilang mendekatkan bibirnya kearah bibirku. Aku hanya bisa memejamkan mataku saat bibir manis milik Gilang berhasil mencium bibirku.

Entah kenapa tubuhku bergetar hebat, rasanya aku benar-benar dibuat tidak waras dengan hal yang dilakukan Gilang padaku. Bagaimana bisa, dia begitu bernafsu memburuku. Apa Gilang benar-benar memiliki perasaan padaku? Atau ini hanya salah satu permainannya?

Bukankah pernikahan kami tidak dilandasi suka sama suka. Melainkan karena aku terpaksa menikahinya untuk membayar hutang-hutangnya Ayahku. Sementara Gilang sendiri, terpaksa menikahi ku karena diancam oleh Ayahnya. Lalu, kenapa sekarang dia berubah? Dia seringkali membuatku bingung dengan sikapnya yang berubah-ubah.

Gilang masih mencium bibirku lembut, aku benar-benar terbuai dan terhanyut dengan hal yang dilakukannya padaku. Hingga tiba-tiba Gilang melepaskan tautan bibirnya di bibirku. Ada perasaan kecewa saat itu, kenapa denganku? Apa aku mulai menyukai hal yang dilakukan Gilang padaku?

"Belajarlah mencintaiku! Karena mulai sekarang, kau akan mendapatkan cinta yang besar dariku. Satu hal yang harus kau tahu. Aku pernah dikecewakan oleh seorang wanita. Aku harap, kau tidak pernah mengecewakanku!" ucap Gilang yang wajahnya berada tepat dihadapanku.

Apa maksud kata-kata Gilang tadi? Apa dia memberikan cintanya untukku? Tapi bagaimana bisa? Sejak kapan? Kenapa hatiku ini bahagia mendengarnya? Ya Tuhan, apa aku juga punya rasa yang sama pada robot angkuh itu?

"Kenapa diam? Berjanjilah padaku, jika kau hanya akan mencintaiku saja! Jika kau tidak mau, maka aku akan meminta Ayahku untuk menagih semua hutang-hutang Ayahmu!" ancamnya.

Aku melotot mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Gilang. Bagaimana bisa dia mengancam ku hanya untuk mencintainya? Tapi bukankah hal ini tidak aneh, secara dia adalah robot angkuh. Dia bisa melakukan hal apapun sesuai kehendaknya.

"Iya. Aku akan berusaha mencintaimu!" ucapku sambil tersenyum.

Gilang ikut tersenyum menatap ke arahku, kini dia kembali menyerangku dengan kecupan mesra yang menggetarkan seluruh tubuhku. Pagi yang indah disambut kicauan burung-burung, menjadi saksi bisu awal rasa cinta ini muncul di benakku dan di benak Gilang.

Aku mulai menikmati bibir manis Gilang, dan mulai keasyikan dengan hal yang dilakukan suamiku itu. Entahlah, mungkin ini terdengar gila. Namun ini adalah pengalaman pertama untukku.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 siang, namun Gilang masih menawanku didalam kamar itu. Dia masih memelukku, sesekali dia memberikan ciuman mautnya padaku.

"Aku mau mandi dulu, Mas! Tubuhku sudah lengket," ucapku sambil melepaskan pelukannya.

"Kita mandi bersama, bagaimana?" ucap Gilang sambil menatap ke arahku.

Aku kembali dibuat terkejut oleh ucapan Gilang padaku. Meskipun kami sudah menikah hampir satu bulan, namun hal seperti ini tentu tidak pernah aku lakukan bersamanya. Ini kali pertama aku mendengar hal konyol dari bibir robot angkuh itu.

"Mas, aku tidak mungkin melakukan itu!" ucapku pelan.

"Apa maksudmu? Apa kau menolak keinginanku lagi? Kau mau aku melakukannya dengan paksa padamu?" ucap Gilang dengan wajah kesal.

"Aku tidak bermaksud mengatakan itu! Lakukanlah, apa yang ingin kau lakukan padaku!" ucapku sambil tersenyum.

Mendengar ucapan dari bibirku, Gilang tersenyum senang. Dia mendekat ke arahku, lalu mulai membuka bajuku. Sebenarnya aku malu, dan tentu jantungku tak henti-hentinya berdebar tak karuan. Seluruh tubuhku bergetar, ingin rasanya aku menyembunyikan wajahku dari laki-laki dihadapanku ini.

Gilang berhasil membuka pakaianku, kini dia beralih pada dirinya sendiri. Tangannya menarik lembut tanganku ke hadapannya.

"Buka bajuku! Aku mau mulai hari ini, tidak ada yang kita sembunyikan. Kau milikku dan aku milikmu!" ucap Gilang sambil tersenyum.

DEG...

Degup jantungku berdetak kencang, rasanya aku benar-benar akan pingsan kali ini. Aku mencoba mengikuti keinginannya dan membuka baju milik suamiku itu. Aku menggigit bibirku, saat menatap sesuatu yang berada di bagian yang paling menyeramkan untukku. Aku berusaha tetap tenang, walau sebenarnya aku sudah setengah sadar saat itu.

"Sayang. Mulai sekarang kau berhenti memanggilku dengan sebutan Mas! Aku ingin kau memanggilku dengan sebutan sayang. Aku juga akan memanggil dengan sebutan yang sama padamu!" ucap Gilang sambil menuntunku masuk kedalam kamar mandi.

Gilang menuntunku masuk kedalam bathtub, sementara dirinya asyik menyirami tubuhku dengan air dari selang shower. Dia menyirami tubuhku dari ujung kaki hingga ujung kepalaku. Benar-benar hal pertama yang pernah ku alami seumur hidupku.

Gilang mengusap seluruh tubuhku dengan sabun cair. Lalu memainkan busa sabun yang menutupi tubuhku.

"Aku benar-benar tergoda dengan pemandangan ini!" ucapnya sambil tersenyum.

Gilang menarik lembut tanganku, kini aku berada didalam pelukannya. Kecupan bertubi-tubi mendarat di bibirku. Rasanya aku benar-benar dibuat melayang oleh hal yang dilakukan Gilang padaku saat itu.

Tak terasa aku mendesah merasakan kenikmatan yang diberikan Gilang padaku. Kini tangan Gilang mulai beraksi menyusuri setiap bagian tubuhku. Aku semakin menggila, dan mulai berani menyerang bibir milik Gilang. Rasanya aku lupa diri saat itu. Yang aku tahu, aku menyukai hal yang dilakukan Gilang padaku.

Entah berapa lama kami bermain-main di dalam kamar mandi. Hasrat ku semakin menggebu dan semakin tak mampu menahan gejolak dalam diriku. Gilang benar-benar tahu, letak kelemahan seorang wanita. Apa dia pernah melakukan ini sebelumnya bersama mantan kekasihnya itu? Aku tidak perduli, kini yang menari-nari di benakku hanya, bagaimana cara menyalurkan hasrat gila yang menyerang diriku. Aku benar-benar tidak sanggup menahannya lebih lama. Apa perlu aku menarik Gilang dan melakukannya duluan?

Sepertinya aku sudah benar-benar tidak waras. Hal gila yang dilakukan Gilang membuatku ikut gila. Kini desahan dari bibirku semakin keras, membuat Gilang semakin bernafsu memburuku.

"Beri aku kesempatan untuk melakukan hal itu denganmu! Aku janji, aku akan melakukannya pelan-pelan!" bisik Gilang di telingaku.

Aku tak menjawab, hanya anggukan kecil yang ku berikan sebagai jawaban. Gilang yang mendapatkan persetujuan dariku, segera menggendong tubuhku menuju tempat tidur.

Gilang menciumi bibirku lembut penuh cinta dan nafsu. Aku tak kalah dengannya, kini aku berani melawan setiap serangan dari bibirnya. Gilang menghentikan kecupan di bibirku, kini dia beralih pada leher jenjang milikku. Dia menciumi wangi harum lekuk leherku. Hal itu membuatku semakin terbakar oleh birahi cinta yang diberikan Gilang padaku.

Desahan suaraku menjadi iringan musik nikmat yang menjadi penyemangat tersendiri untukku dan untuk Gilang. Aku sudah lupa hal lain, selain rasa cinta yang diberikan Gilang pada tubuhku.

Mendengar aku terus mendesah membuat Gilang kembali menyerang bibirku. Dia memburunya penuh nafsu. Sepertinya saat ini birahi cinta kami sudah naik ke ubun-ubun. Cinta itu sudah benar-benar membuatku dan Gilang sama-sama tidak waras.

"Ahhhhhh...."

Desahan suaraku semakin menjadi-jadi saat milik Gilang menembus pertahanan ku. Mendengar desahan dari bibirku yang menahan sakit, membuat Gilang menghentikan gerakannya. Dia kembali memberikan kecupan di leherku. Dan aku kembali hilang kesadaran.

Melihatku semakin lupa diri, Gilang kembali menyerang pertahanan ku dan menciptakan gerakan yang cukup membuatku meringis kesakitan.

Entah kenapa, rasa sakit itu tiba-tiba saja hilang. Yang kurasakan saat ini hanya ingin terus melakukan hal gila ini bersama Gilang. Bukankah aku sudah gila? Apakah aku benar-benar sudah tidak waras? Pelukan dan kecupan singkat dari Gilang di bibirku, mengakhiri segala permainannya.

Gilang menarik selimut yang ada dibawah kakinya. Dia menutupi tubuhku dan tubuhnya. Gilang tersenyum senang menatapku, lalu dia memeluk tubuhku erat.

"Ini adalah bukti cintaku padamu! Mulailah jadi istri yang baik dan kau akan mendapatkan banyak cinta dariku," ucap Gilang sambil mengecup keningku.

"Apa setelah kau mendapatkan semua ini, kau akan meninggalkanku?"

"Pertanyaan macam apa itu? Ini adalah bukti cintaku padamu. Justru setelah ini, kau tidak akan pernah aku lepaskan!" ucap Gilang sambil memainkan tangannya di wajahku.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?