Venus duduk termenung di taman rumahnya, padahal hari sudah malam namun dia membiarkan angin malam itu menusuk kulit tubuhnya.
"Maaf, kalau gue selalu nyusahin lo!" ucap Venus bergetar, ucapan Mars masih membekas di hatinya.
Tidak mudah untuk melupakan ucapan menyakitkan yang orang lain katakan kepada kita, terlebih orang yang kita sayangi.
"Sial! cengeng banget sih lo jadi orang!" Venus mengusap air matanya kasar.
Dari kejauhan Mars menatap lekat ke arah adiknya, sudah lama dia memperhatikannya namun kakinya tak juga melangkah mendekat ke arahnya.
Bahu Venus bergetar, sampai dia mendengar isakan kecil dari bibir gadis itu. Sangat jarang Venus menangis, dan kali ini dia menangis karenanya.
Dengan langkah yang besar, Mars membawa tubuhnya untuk mendekat ke arah Venus. Tangannya mengusap bahu Venus lembut.
"Sorry," ucap Mars lirih.
Venus berbalik, buru-buru dia mengusap air matanya kasar. "Gue gak nangis!" Elaknya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com