webnovel

Chapter 5

Malam hari pun tiba, kini Alysa sedang berada dibalkon untuk menikmati indahnya pemandangan malam hari. Ia teringat pepatah dari mendiang ayahnya bahwa melihat bintang dan bulan dilangit malam akan membuatmu semakin tenang. Ya, ayah gadis itu sudah lama meninggal, sejak kelas 2 SD gadis itu sudah menjadi anak yatim.

Ayahnya meninggal akibat penyakit asma yang menyerangnya dan sejak itulah ia hanya punya Mama Alena, wanita yang sangat ia sayangi. Gadis itu selalu percaya bahwa disetiap langkah yang ia lalui ada sosok ayah nya yang menemani.

Alysa mulai memejamkan matanya dan ingin lebih rileks menikmati malam ini, tetapi penjaga rumah gadis itu menghampirinya memberitahu bahwa ada tamu dihalaman rumah yang sedang menunggunya. Ia sedikit heran siapa yang bertamu malam ini, apakah Raka lagi?

Gadis itu langsung pergi ke halaman untuk mengecek siapa tamu itu, ternyata itu Dirgan. Lelaki itu mengenakan stelan Jeans dan membawa beberapa tas belanjaan.

"Ada apa?" Tanya gadis itu sedikit ketus.

Belum juga Dirgan menjawab sudah ada Mama Alena yang menyusul putrinya keluar, ia juga menemui tamu putrinya. Mama dari gadis itu langsung menyuruh Dirgan untuk masuk karena tidak enak jika mengobrol diluar dan Dirgan mengikuti Mama Alena masuk.

Sedangkan Alysa masih berdiam diri dihalaman rumah karena masih tidak menyangka sekarang ada Dirgan dirumahnya. Tidak lama dari itu Alysa langsung ikut masuk juga dan duduk di ruang tamu bersama Dirgan.

"Nih gue bawain beberapa makanan buat lo." Ucap Dirgan sambil memberikan beberapa tas belanjaannya kepada alysa.

Gadis itu menatapnya penuh curiga, tidak seperti biasanya ia bersikap sangat ramah, entah karena ada Mama Alena atau karena memang sudah tobat.

"Gausah curiga, gue bawain lo sama nyokap lo makanan. Ada sate kulit ayam juga."

Mendengar kata sate kulit ayam, membuat mata gadis itu membulat dan tersenyum lebar. Ia langsung membuka seluruh tas belanjaan dan mencari dimana sate itu berada.

"Yes ketemu, makasih kak!"

Dirgan hanya menatap Alysa yang sedang mengunyah makanan dengan bersemangat, ia lupa menawari lelaki itu saking asiknya makan sendirian.

"Ekhem!!"

Lelaki itu masih saja diabaikan oleh Alysa, lalu mama Alena datang untuk memberikan Dirgan minuman dan sedikit cemilan. Mama nya pun hanya geleng geleng melihat tingkah putrinya yang seperti anak kecil, kemudian pergi meninggalkan Dirgan dan Alysa diruang tamu.

"Makanan itu bentuk terimakasih gue karena lo udah selesai analysis data apa aja yang diperluin, sekarang gue mau ambil laporannya."

Tiba tiba saja gadis itu berhenti memakan apa yang dirgan bawa. "Tuhkan, kak dirgan pasti ada maunya makanya baik, kirain tulus." Gadis itu mendumel sambil memanyunkan bibirnya.

"Udah lo gak lucu kaya gitu, sekarang ambilin laporanya." Dirgan menutupi kegugupannya.

"Gak ah males, kalau mau kakak ambil aja keatas ke kamar aku tuh." Suruh Alysa.

"Gue mana tahu kamar lo." Kesal Dirgan.

"Kamar aku pas kakak sampe diatas, ada tulisan Alysa kok. Dokumennya di meja belajar aku." Gadis itu melanjutkan makannya lagi.

Dirgan mengiyakan saja apa yang dikatakan gadis itu, ia langsung bergegas pergi ke kamar Alysa di lantai dua. Benar saja kamar gadis itu tepat saat sampai dilantai dua, ia langsung masuk ke kamar Alysa dan mencari dokumen yang ia butuhkan.

Namun ada beberapa hal yang mencuri perhatian lelaki itu, yaitu papan harapan Alysa. Disana tertulis semua harapan gadis itu dan pencapaiannya, ada beberapa yang sudah diceklis dan ada juga yang dicoret. Namun ada satu kata yang gadis itu tulis dengan huruf kapital dan berwarna merah yaitu RELATIONSHIP.

Disisi lain Alysa baru ingat bahwa ia menyimpan beberapa baju dan perintilannya diatas tempat tidur, ia langsung berlari pergi kekamarnya, namun ia sangat ceroboh dan tidak hati hati, ia berlari menggunakan sendal yang sedikit licin dan ia terpeleset tepat didekat lelaki itu berdiri. Gadis itu langsung berdiri dan menghalangi Dirgan untuk melihat apa yang ada di tempat tidurnya.

"Lo kenapa sih?" Tanya Dirgan.

Alysa masih menghalangi jalan Dirgan dan semakin ia berjalan mundur ia tersandung oleh meja riasnya dan kembali terjatuh ke lantai, namun kali ini Dirgan pun ikut terjatuh ke lantai dan lelaki itu sekarang berada tepat diatas badan Alysa. Kini mereka berdua hanya saling menatap satu sama lain. Gadis itu merasakan bahwa ada getaran didada Dirgan, cukup kencang.

"Kak Dirgan.."

"Jah?"

"kakak beraaaaaaat!"

Dirgan baru menyadari bahwa sekitar 10 detik yang lalu ia berada diatas badan gadis mungil itu. Ia langsung berdiri dan pergi meninggalkan kamar tidur Alysa, gadis itu langsung merapihkan baju dan perintilannya ke tempat yang seharusnya. Alysa pun menyusul Dirgan kebawah namun lelaki itu sudah tidak terlihat batang hidungnya.

"Ma, Dirgan kemana?"

"Dia pamit sayang, dia bilang ada perlu lagi terus katanya kamu lagi di kamar mandi."

Alysa hanya mengangguk.

Esoknya hari rapat Event baru tiba. Kini seluruh anggota osis berada di aula dan membahas seluruh keperluan yang akan digunakan, dan menentukan judul Event. Dimana event yang mereka ambil adalah Pagelaran Seni.

"Semua Layak Bahagia."

Judul itu adalah judul yang Alysa sarankan dan dengan penuh pertimbangan seluruh anggota dan ketua sudah setuju. Kini mereka tinggal mempersiapkan segalanya, dan seperti biasa untuk surat menyurat itu bagian alysa.

"Lo bikin proposal terus lo tanya widi gimana cara ngajuinnya. Usahain juga bikin proposal buat sponsor. File masih ada di widi lo bisa tanya – tanya ke dia, jangan sampe salah. Gue minta 1 minggu kedepan kita udah dapet ACC an kepsek dan udah pegang beberapa nama sponsor. Ngerti?"

Lagi lagi Dirgan bersikap ketus kepada Alysa. Gadis itu hanya mengiyakan perkataanya. Rapat pun selesai dan semua siswa kembali ke kelasnya masing masing.

Jam istirahat tiba, Alysa dan Karin hari ini berencana untuk pergi ke perpustakan mencari buku referensi untuk mengerjakan salah satu tugas makalah mereka. Sepanjang jalan ia menceritakan keanehannya sikap dirgan terhadap Alysa.

"Jadi malem dirgan kerumah lo?" Tanya Karin dan Alysa hanya mengangguk.

"Terus setelah kejadian jatoh bareng, Dirgan pergi?" Lagi lagi Alysa hanya mengangguk.

"Lo suka sama dia ?" Alysa hampir mau menganggukan kepala tetapi langsung menjadi menggelengkan kepala.

"Enggak Rin, gue gak suka Dirgan. Tapi gue heran kenapa dada kak Firgan berdebar kenceng ya?" Tutur Alysa.

Mereka sekarang berada di perpustakan, mencari buku masing masing yang akan dipinjam, tapi Karin pamit duluan kembali ke kelas karena ponsel nya tidak terbawa dan tergeletak diatas meja. Lagi lagi Alysa sendiri di perpustakaan. Tapi ia melihat sosok lelaki yang ia kenal di perpustakaan, sedang berdiri dibarisan rak buku novel. Alysa menghampiri sosok lelaki itu.

"Kak Dirgan?"

Setelah Dirgan menyadari keberadaan Alysa, ia langsung menarik tangan Alysa dan membiarkan punggung gadis itu tersandar di rak buku. Mereka kembali saling bertatap.

"Kak, kenapa dada kakak berdebar kenceng gitu, kakak sakit?"

Gadis yang amat polos, tanpa rasa malu ia menanyakan hal itu kepada Dirgan. Dirgan langsung membukam gadis itu dengan tangannya. Tangan Dirgan mulai membenarkan rambut Alysa yang sedikit berantakan. Kini Dirgan semakin dekat dengan Alysa, wajah lelaki itu dengan Alysa kini hanya berjarak 5 cm.

Gadis itu sudah tidak tenang bernafas, aksi Dirgan mulai membuat gadis itu gelisah. Wajah Dirgan semakin dekat dan sekarang hidung mereka sudah bersentuhan. Alysa hanya bisa memejamkan matanya dan berusaha untuk tetap bernafas.

'Tuhan, selamatkan aku!' Batin Alysa.