Laras langsung mendongak dan menadapati Ratih yang menatapnya dengan lirih. Entah perasaan Laras saja atau memang benar kenyataannya kalau mata Ratih sudah berkaca-kaca, seperti hendak menangis dalam hitungan detik.
"Iya, Bunda?"
Setitik air mata jatuh dari pelupuk mata Ratih hingga menetes ke pipinya. Lantas tanpa diduga-duga, Ratih berlutut di depan Laras. Dia menangis dengan nada yang sarat akan kesedihan yang sangat dalam.
"Laras," lirihnya, disertai isakan tertahan.
"Bunda kenapa?" tanya Laras bingung sekaligus panik. Dia takut Ratih menangis karena kehadirannya di sini. Laras takut jika Ratih akan semakin membencinya.
Laras meraih pundak Ratih agar wanita itu berdiri. Jujur saja, Laras sembari menahan sesak di perutnya sebab berjongkok untuk membangunkan Ratih.
Baru saja Laras meringis sebab merasakan sedikit nyeri di perut, sudah ada Randi yang menahan tubuh Laras dan memegangi perutnya juga. "Kamu kenapa? Sakit? Apanya yang sakit? Perutnya?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com