webnovel

Rumah Si Bangsawan (1)

Dilihat dari manapun, Aria adalah anak yang paling penakut di antara mereka berempat. Makanya setiap mereka menghadapi masalah apapun, Aria selalu ditaruh di barisan paling belakang. Semua orang selalu spontan melindunginya dan orangnya sendiri juga selalu gemetaran, makanya jadi seperti itu.

Tapi dalam beberapa situasi khusus, Aria ternyata juga punya adrenalin yang tidak bisa dijelaskan. Misalnya saat dia tidak ragu untuk lompat ke danau saat ada anak tetangga yang tenggelam atau saat dia sama sekali tidak terganggu saat mengobati orang yang berlumuran darah di sekujur tubuhnya.

Jadi walaupun Aria tidak mungkin berani untuk menyusup ke rumah orang untuk mencuri sesuatu, entah bagaimana Aria tidak segitunya takut kalau harus menyusup ke rumah orang untuk menyelamatkan teman-temannya.

Lagipula kalau cuma mencari informasi, Aria sebenarnya lumayan pandai. Bagaimanapun, sikap ramahnya selalu membuat orang lain merasa mudah untuk bicara dengannya. Jadi untuk sekarang, Aria hanya berencana untuk memastikan keberadaan teman-temannya.

Makanya setelah pura-pura mengantarkan teh herbal ke kantor pengiriman, Aria pun mencuri-curi pandang untuk memastikan apa ada barang yang harus diantar ke kediaman Malven hari ini. Dan untungnya ada, banyak malah. "Paman akan mengirimkan semua ini sendiri?" Tanyanya.

"Iya nih. Padahal Aku sudah kelelahan saat Pavi pindah keluar kota. Tapi karena katamu hari ini Mika malah pergi berburu ke hutan juga, jadinya hari ini Aku harus mengantarkan semuanya sendiri." Balas tuan Isak curhat sambil sibuk memasukkan semua kotak-kotak kayu itu ke dalam kereta.

"...Kalau begitu bagaimana kalau Aku bantu?"

Tuan Isak terdiam sejenak, tapi akhirnya dia tertawa. "Eyy, mana bisa Aku membiarkan perempuan muda sepertimu untuk angkut kotak-kotak berat begini? Tidak apa! Walaupun sudah berumur, pria tua ini masih bisa mengangkut semuanya!"

"Tapi Aku kan bisa menggunakan sihir." Seru Aria sambil buru-buru lari mendekat ke kereta. Lalu setelah itu dia menggunakan sihirnya untuk mencoret salah satu kotak besar di situ, dan jeng-jeng, kotak itu langsung melayang sendiri sehingga Aria hanya perlu mendorongnya pelan supaya kotaknya masuk ke dalam kereta.

"Wah! Kau juga bisa melakukan itu dengan sihirmu?" Tanya tuan Isak takjub. "Kupikir kau hanya bisa buat kembang api dan burung air saja!"

"Iya, makanya daripada nanti pinggang paman sakit lagi seperti sebelumnya, kubantu saja ya." Dan begitulah, Ariapun berhasil melewati tahap mudahnya. Tapi sebelum dia sampai ke kediaman Malven, alangkah baiknya kalau dia bisa mendapatkan informasinya dari tuan Isak saja.

"Tapi paman, kiriman untuk keluarga bangsawan ada banyak juga ya." Kata Aria sambil melihat daftar pengiriman hari ini. Dari 23 alamat yang harus mereka datangi, ada lebih dari 8 kediaman bangsawan yang tertulis di situ selagi sisanya adalah kiriman untuk toko-toko pedagang.

"Yah, orang seperti mereka kadang memang suka beli barang aneh-aneh dari negara tetangga." Sahut tuan Isak. "Tapi kalau hari ini sepertinya kiriman untuk ke kediaman Malven yang paling banyak kan?"

"Hm..." Dan setelah dilihat, bukan cuma jumlah kirimannya yang banyak, tapi tempat asal pengirimannya juga dikirim dari banyak negara lain. "Tapi kalau tidak salah kudengar keluarga Malven sedang pergi?" Kata Aria hati-hati.

"Ah, kau tahu itu? Memang, tapi anak keduanya masih ada di rumah." Balas tuan Isak yang kemudian memajukan kepalanya dan memelankan suaranya. "Katanya dia melakukan sesuatu sehingga tuan Malven menghukumnya untuk tidak ikut acara keluarganya. Yah, gosipnya tuan muda itu memang sedikit bermasalah, tapi Aku juga tidak tahu banyak."

"Begitu." Sahut Aria, kembali ingat Aran yang menyebutnya gila. "Mm, tapi paman, kalau di sekitar pemukiman bangsawan itu kira-kira belakangan ini ada pencuri atau tidak ya?"

"Hm? Pencuri?"

Deg deg deg deg deg. "I-Itu, soalnya kalau di sekitar alun-alun kan suasananya ramai, jadi suka ada pencopet dan semacamnya. Tapi karena di sekitar sini kelihatannya lebih sepi, Aku jadi terpikir sedikit..." Kata Aria berusaha mati-matian menyusun kalimatnya.

Tuan Isak kelihatan terdiam sejenak, tapi kemudian dia menyahut. "Yah, kalau pencopet sih sepertinya memang tidak ada. Tapi kalau pencuri, entahlah, selain yang langsung dihukum mati beberapa tahun lalu itu, kurasa belum ada pencuri yang berani lagi beraksi di sekitar sini. Haha!" Katanya riang.

Berkat cerita mengerikan itu, Aria pun menjalani pekerjaannya hari ini dengan perasaan depresi dan mulai menyesali ini-itu. Mungkin dia harusnya merawat Aran saja di rumah dan berdoa Mika dan Leyna akan menemukan jalan pulang mereka sendiri.

Tapi dia keburu sampai di kediaman Malven. Walaupun tidak sesuai dengan dugaannya maupun tuan Isak, kediamannya kelihatan sepi sampai-sampai tidak ada satupun penjaga yang kelihatan di depan gerbang.

"Oh? Apa tuan mudanya pergi juga? Meski begitu penjaga harusnya tetap ada..." Gumam tuan Isak kebingungan setelah. "Bagaimana ini? Kalau tidak bisa menaruh barangnya ke dalam, mungkin kita harusnya pulang saja?"

Kalau saja situasi ini benar, Aria sebenarnya bisa saja langsung menyusup sekalian kalau memang tidak ada siapapun di kediaman ini. Hanya saja dia tahu itu tidak benar. Karena walaupun samar, Aria sebenarnya mendengar ada suara-suara dari sisi timur. Pasti tuan Isak hanya tidak mendengarnya. "Tapi paman, kelihatannya para penjaganya sedang latihan atau semacamnya. Aku mendengar ada suara dari sebelah sana." Kata Aria.

"Benarkah?" Sahut tuan Isak yang kemudian langsung menurut untuk memeriksa pagar bagian timur. Dan benar saja, jauh di dalam sisi timur, memang terlihat ada kumpulan para prajurit yang sedang latihan. Yang di pusat semua itu, juga terlihat satu pria yang memakai baju latihan yang kelihatannya lebih mewah daripada prajurit lainnya. Pasti itu si tuan mudanya.

Tidak seperti gosipnya, tuan muda itu kelihatan rajin melatih seni pedangnya.

"Permisi! Kami dari pengiriman! Permisi!" Tuan Isak terus saja berusaha memanggil siapapun yang bisa mendengarnya dari luar jeruji tinggi itu. "Hei! Permisi!"

Baru akhirnya setelah tuan Isak hampir kehabisan suaranya, seseorang kemudian menoleh dan menyadari keberadaan mereka. Prajurit itu kelihatan melaporkannya pada si tuan muda dulu sebelum akhirnya dia berlari mendekati pagar. "Kalian siapa?"

Tuan Isak masih terbatuk-batuk mengatur tenggorokannya, sehingga akhirnya Aria yang harus menyahut. "Kami di sini untuk mengantar kiriman barang pada tuan Malven. Tapi di gerbang tidak ada siapapun, jadi..."

"Ahh, begitu? Tunggu sebentar." Kata prajurit itu. Merekapun berpisah sebentar sampai akhirnya kembali bertemu di gerbang depan. "Maaf ya, semua para prajurit sedang ada latihan dadakan. Jadi kami lupa mengatur tugas penjagaannya lagi." Jelasnya. "Mm, tapi karena yang lain sedang sibuk, kurasa kalian bisa langsung mengantarkannya ke dalam saja."

Dan dengan beruntungnya, ternyata Aria bisa masuk ke bagian dalam kediaman Malven dan bukan hanya ke depan gerbang saja. Walaupun semakin dekat mereka ke kediaman utama, Aria bisa merasakan jantungnya semakin berpacu tidak karuan juga.

Meski begitu Aria kemudian melirik prajurit itu dengan hati-hati. "Ta-Tapi memangnya kenapa kalian latihan mendadak begitu? Sampai tidak sempat mengatur jadwal penjagaan."

"Ahh..." Tapi sebelum menjawabnya, prajurit itu malah menoleh ke kanan-kiri dulu dengan waspada seakan takut ada yang akan mendengarnya. "Itu karena semalam ada pencuri yang masuk. Jadi semua penjaga sekarang sedang diomeli oleh tuan muda. Makanya kami jadi latihan begini."

Tapi tuan Isak yang tidak mendengar itu hanya sibuk memandangi pintu depan mansion yang besar itu. "Ini barangnya ditaruh mana?"

Prajurit itu kelihatan bingung sejenak, tapi kemudian dia menyahut, "Kurasa di sini saja--"

Tapi tiba-tiba saja pintu mansion itu terbuka dari dalam dan seorang laki-laki dengan pawakan tinggi terlihat dari sana. "Apa banyak?" Tanyanya.

Dilihat dari pakaian mewahnya, dia pasti tuan muda yang betulan. Yang artinya laki-laki yang tadi sedang latihan bersama prajurit yang mungkin hanya merupakan pemimpin prajurit atau semacamnya..

"Iya, lumayan. Ada 12 kotak besar." Jawab tuan Isak kemudian.

Mengerutkan alisnya, laki-laki itu tidak kelihatan begitu senang dan langsung berjalan mendekati kereta untuk memeriksanya sendiri. "Geh! Banyak sekali. Kenapa banyak sekali?!" Omelnya tiba-tiba. Tapi meski dipelototi begitu, tentu saja tidak ada yang bisa menyahut.

Walaupun saat matanya menangkap sosok Aria, tatapan marahnya berubah jadi tatapan heran. "...Kau siapa?"

Panik, Aria tidak bisa menjawab. Meski untungnya tuan Isak kemudian bantu menjawabnya. "Ah, dia pegawai yang membantuku untuk mengirimkan barang-barang hari ini." Katanya.

"Begitu?" Sahut laki-laki itu seadanya. "Yasudah. Bawa saja semuanya ke dalam." Katanya kemudian.

Menurut, tiga orang yang ada di situ sudah akan mulai menggerakkan tangannya untuk mengangkut kotak-kotak besar itu. Tapi lagi-lagi, saat Aria sudah akan ikut membantu, laki-laki itu kembali menyela, "Memangnya perempuan kecil sepertimu bisa angkat kotak berat begitu?" Katanya merendahkan. "Daripada itu bagaimana kalau kau bantu pekerjaanku di dalam saja." Lanjutnya. "Cepat sini."

"..."