webnovel

Jamur Iblis (2)

Sesuai arahan, tuan Avo, juga Cal dan Helen bertugas untuk melemparkan senjata mereka ke arah iblis itu dari jauh saja. Karena selain Aria, mereka semua hanya punya senjata jarak jauh. Baru saat mereka kehabisan benda untuk dilempar, Aria yang akan bertugas untuk mengambili mereka.

Atau itu rencananya.

Tapi kenyataannya Aria masih terlalu sibuk menghindari semua tangan jamur yang menyerangnya. Bahkan kelihatannya jamur itu juga bisa menembakkan semacam bola-bola hijau untuk menyerangnya--yang meskipun tidak sekeras bola meriam, tetap lumayan padat untuk membuat lebam di seluruh tubuh Aria juga yang lain.

Dan tentunya, Aria bukan satu-satunya orang panik di situ. Karena Cal, Helen, bahkan tuan Avo sekalipun cuma bisa lari menjauhi bola-bola itu sambil gemetar. "Woi, cepat lempari mereka dengan semua itu!" Teriak Feny pada mereka. Kelihatannya cuma dia saja yang masih bisa berpikir.

"Cal lindungi Aku!" Teriak Helen kemudian. Baru setelah Cal berusaha menghalau semua serangan yang mengarah ke arahnya, Helen pun mengeluarkan kubus hitam yang sebelumnya Aria berikan.

Dan setelah konsentrasi sebentar, dia pun langsung menggunakan sihir yang sudah disimpan Aria selama dua hari itu dan memakainya untuk membuat bola api besar dan melemparkannya ke iblis itu.

"GRRAAWR!" Meraung kesakitan lagi, monster itu pun mengalihkan perhatiannya dari Aria dan mulai mengarahkan tangan-tangannya ke arah Helen. Jadi dengan kalap, Aria pun langsung buru-buru lari dan memotong sebanyak tangan yang dia bisa. Dan lagi-lagi iblis itu pun meraung kesakitan.

"Maafkan Aku!" Teriak Aria sambil lari lagi. Sepertinya sudah saatnya dia menggunakan lingkaran sihir kedua yang tadi dia sudah dia gambar juga. "Semuanya menjauh dari tengah!" Kata Aria mengingatkan pada yang lain.

Feny langsung lari mengikuti arahan Aria. Tapi karena Helen dan Cal larinya pelan karena mereka agak terluka, tuan Avo pun langsung buru-buru menggendong mereka dan berlari membawa mereka keluar.

Aria sudah akan mengiris tangannya lagi begitu dia sampai di pinggir lingkaran, tapi entah kenapa dia malah jadi mulai ragu lagi. 'Sihirku benar-benar akan menipis setelah Aku menggunakan ini, jadi kalau masih tidak berhasil…'

"Kak Aria kenapa? Sihir kakak sudah habis?" Tanya Feny kemudian karena Aria tidak kunjung memulai sihirnya. Tapi bukannya menjawab, Aria malah lari lagi ke tengah lahan. "Kak Aria!"

Sama sekali tidak tahu apa rencananya, mereka cuma bisa kembali melemparkan senjata yang tersisa selagi Aria lari-lari tidak jelas. Tapi setelah beberapa saat, Helen kemudian menyadari apa yang sedang Aria lakukan.

"Dia sedang berusaha menghapus lingkaran sihirnya?" Celetuknya. "Dan menggambar yang baru…?" Lanjutnya lagi.

Tapi belum sampai setengah selesai, lagi-lagi Aria sudah harus kena lemparan bola hitam itu lagi. Entah sudah berapa kali kepalanya dihantam, matanya benar-benar mulai kunang-kunang sekarang.

"Ugh, tunggu, sedikit lagi…" Gerutu Aria yang mulai hilang keseimbangan. 'Sudah kuduga Aku memang tidak cocok dengan pekerjaan ini--'

Dan akhirnya salah satu tangan jamur itu pun menangkap kakinya. "GRRAWRR!" Raung monster itu senang saat sudah berhasil melilit tubuh Aria untuk siap dimakan.

Aria tadinya sudah mau pingsan saja sembari berharap kematiannya tidak akan terlalu menyakitkan. Tapi saat dia mendengar suara Feny yang teriak 'Kak Aria!' dengan panik begitu, Aria pun memutuskan untuk menggeleng-geleng kepalanya lagi dan mulai teriak.

"Tu-Tunggu!!" Teriaknya.

Aria sejujurnya tidak akan kaget kalau jamur itu akan tetap memakannya. Tapi karena tangan jamur itu betulan berhenti sejenak, dia pun melanjutkan usaha bodohnya. "A-A-Anu, tu-tu-tuan jamur, bagaimana kalau kita bicara dulu? La-lagipula rasaku juga pasti tidak enak…" Katanya dengan gigi yang gemerutuk.

"GRR…" Meski masih meraung, suaranya sudah tidak semenyeramkan tadi.

"Itu, mm, na-namaku Aria. Namamu siapa?"

"GRR…"

"A-Apapun itu, Aku yakin kau punya nama yang keren. Haha…" Katanya lagi. "Tapi tuan jamur, yang sekarang lebih penting, Aku sebenarnya berpikir--"

ZRAATT! Tapi sebuah pedang tiba-tiba saja melesat dan memotong tangan jamur itu. Dan sebelum Aria terjatuh ke tanah, seseorang sudah langsung menangkapnya duluan dan menjauhkannya dari jamur itu.

"...R-Rei?!" Celetuk Aria tidak percaya. Tapi dilihat dari manapun, apalagi dari dekat begitu, sudah jelas kalau itu adalah wajah majikan yang sudah mengirimnya ke sini. "Bagaimana kau--"

"Diam dulu." Gerutu Rei yang setelahnya langsung sibuk melemparkan pisau-pisau kecil yang masih ada di pinggangnya pada jamur itu.

"Tunggu, Rei!" Kata Aria, meski Rei masih mengabaikannya dan mulai menurunkannya duluan ke tempat Feny dan yang lain. Tapi sebelum Rei bisa pergi lagi, Aria ternyata masih sempat menarik kerah lehernya. "Kubilang tunggu!"

"--Apa-apaan?!" Protesnya sambil berbalik.

"Aku…" Aria hampir langsung mengatakannya. Tapi kalau dia bilang kalau dia sebenarnya tidak ingin membunuh jamur itu, Rei jelas akan langsung memukul kepalanya.

Jadi Aria pun buru-buru memilih kalimat yang lain. "A-Aku hampir selesai membuat lingkaran sihirnya, jadi, mm, bantu Aku menyelesaikannya."

"Tsk. Tidak perlu. Biar Aku saja yang--"

"Kumohon!"

"...Kau pikir Aku tidak tahu? Itu bukan lingkaran sihir yang sudah kusuruh."

"Meski begitu Aku ingin mencobanya!" Kata Aria yang malah duluan kabur kembali ke tengah lahan. Tuan Avo bisa lihat ada urat-urat kesal yang bermunculan di wajah Rei, jadi dia pun melangkahkan kakinya sedikit lebih jauh dari majikannya.

"Dia siapa?" Celetuk Cal kemudian.

Rei sempat sibuk melemparkan tombak yang ada di situ untuk melindungi Aria dulu di kejauhan, tapi setelahnya dia baru menoleh ke arah Cal. "Kau yang siapa…" Tanyanya balik.

Meski saat mengatakannya, matanya malah teralihkan saat dia melihat Helen memegang kubus hitam yang familiar itu. "Kenapa kau memegang itu?" Tanyanya. Tapi karena takut langsung dicuri, Helen malah buru-buru menyembunyikan kubus itu ke punggungnya. Bahkan Cal juga ikut melindunginya.

Rei hampir tergoda untuk betulan mencurinya, tapi kemudian dia mendengar suara teriakan Aria lagi yang ternyata tersandung bola hitam jamur itu.

"Ugh, benar-benar tidak berguna." Gerutunya, dan dia pun kembali menyusulnya dan sekarang gantian menarik kerah Aria. "Cukup. Kau dipecat."

Tapi seakan tidak peduli dengan itu, Aria malah mengelak tangan Rei. "Iya sebentar lagi." Katanya sambil kembali menggambar beberapa garis yang masih tersisa.

Tidak lama kemudian Rei kembali menarik tangan Aria untuk menyeretnya, tapi untungnya lingkaran sihir itu sudah selesai. Jadi bukannya protes, Aria malah menoleh ke arah Helen.

"Helen, kubusnya!" Pintanya. Tapi karena tangannya terasa ada yang terkilir, Helen pun memberikan kubus itu pada Cal supaya dia saja yang melemparkannya.

Hanya saja karena pandangan Aria yang mulai buram, tangkapannya meleset.

Rei menangkapnya menggantikan Aria, tapi dia malah mengerutkan alisnya dengan bingung. "Kenapa kau butuh ini? Kau tidak butuh sihir banyak untuk--"

Tapi Aria langsung merebut kubus itu dan mencoretkan sedikit darahnya ke sana. Lalu dia pun melemparnya ke tengah lahan, tepat di bawah jamur itu.

"Tunggu. Jangan bilang--Sialan." Rei sudah mau protes, tapi karena lingkaran sihirnya sudah mulai bekerja, dia pun buru-buru menggendong Aria lagi dan pergi ke pinggir lahan seperti yang lain.

Dan BUUUMMM! Tuan monster jamur itu pun masuk terperangkap ke dalam kubusnya.