webnovel

Jamur Iblis (1)

Karena hari ini adalah jadwalnya mengurus jamur itu, Aria yang tidak bisa tidur terlalu lama pun akhirnya memutuskan untuk bangun lebih awal supaya dia bisa memilih senjata yang akan dia gunakan nanti. Mulai dari pedang, panah, belati, sampai gada, semuanya ada di peti itu.

Meski untuk alasan yang jelas, Aria justru malah semakin gelisah saat dia memperhatikan semua senjata itu. "Hh, bagaimana ini?" Gumamnya agak gemetar.

Kalau menurut Rei, asalkan dia mengalirkan sihirnya pada senjata-senjata itu dan menyerangnya, jamur itu akan kalah dengan mudah. 'Tapi bagaimana dia segitunya percaya Aku bisa melakukannya meski tahu kalau Aku tidak pernah pegang senjata apalagi melawan monster??' Pikir Aria yang semakin putus asa.

"Atau, jangan bilang ini juga bagian dari latihan?" Gumamnya kemudian. Tapi dia bahkan belum lulus latihan kantong pasir sebelumnya. Jadi kenapa sekarang malah sudah disuruh melawan monster jamur…

Tidak bisa diam, Aria pun akhirnya kembali membuka semua catatan yang Rei berikan sebelum dia ke sini. Tapi saat dia sedang sibuk melihatnya, tiba-tiba saja dia melihat ada kepala kecil yang mencuat dari balik tembok.

"Oh, Helen?" Panggil Aria. Gadis itu langsung kembali bersembunyi, tapi Aria memutuskan untuk berjalan mendekat "Ada apa? Apa ada yang sakit lagi?" Tanyanya. Dan akhirnya secara perlahan, gadis itu pun menunjukkan dirinya.

Tidak seperti anak-anak lainnya, Helen selalu memakai gaun sepanjang waktu. Bahkan gelombang tipis di rambutnya juga selalu terlihat sempurna. Meski dalam situasi wabah begini, sepertinya kebiasaan sejak kecil memang tidak bisa diubah begitu saja.

"Kenapa? Kau butuh sesuatu?" Tanya Aria lebih lembut.

"Itu, Cal bilang kalau kakak bisa menghilangkan jamurnya, wabahnya juga akan berhenti." Katanya memulai.

"Yaa, Aku harap begitu."

"Ka-Kalau begitu Aku mau bantu!" Katanya tiba-tiba sekuat tenaga. "Sama seperti kakak, Aku juga bisa menggunakan sihir. Jadi Aku mau bantu juga."

Agak terenyak, Aria sempat terdiam untuk beberapa saat. Dia sebenarnya sudah dengar dari anak-anak lain kalau Helen bisa menggunakan sihir. Tapi tentu saja Aria sama sekali tidak pernah terpikir untuk merepotkannya apalagi meminta bantuannya.

"Kau berani sekali." Kata Aria awalnya. "Aku senang mendengarnya, tapi jamur itu agak berbahaya. Jadi biar Aku saja yang mengurusnya."

"Kenapa? Sihirku lumayan bagus kok. Dulu saja semua orang selalu bilang kalau Aku berbakat. Nih, lihat." Kata gadis itu lagi sambil memamerkan bola cahaya kecilnya.

Kembali terdiam, Aria pun berusaha memikirkan cara lain untuk menolaknya. Soalnya kalau menilai dari sikapnya, Aria justru khawatir kalau dia malah akan melakukan sesuatu tanpa sepengetahuannya kalau ditolak terus. "Mm, kau benar. Kalau diingat, Aku juga belum bisa melakukannya seperti itu waktu Aku seumurmu."

"Benar kan??"

"Tapi kalau memang akan membantu, Aku perlu memberitahumu sesuatu dulu." Kata Aria pelan. Dan dia pun memberitahunya mengenai fakta kalau jamur itu sebenarnya merupakan monster iblis.

Aria berharap kalau gadis itu jadi takut setelah mendengarnya. Tapi seperti yang dia takutkan, Helen malah semakin menguatkan tekadnya lagi. "Me-Me-Meski begitu pasti tetap ada yang bisa kubantu kan? Aku mau bantu!"

'Apa boleh buat', pikir Aria, meski dia malah mengulum senyumnya. "Yah, kalau nona Helen seyakin itu, sepertinya Aku memang perlu bantuanmu." Kata Aria sambil mengulurkan tangannya. "Sini ikut denganku. Ada yang mau kutunjukkan."

=================================

Kembali ke tempat yang Feny tunjukkan semalam, Aria pun memandangi jamur kecil itu untuk kesekian kalinya. Dan memang, sesuai dengan gambar yang diberikan Rei, jamur kecil itu memang memiliki batang hijau dan kepala abu yang aneh. Cahaya hijaunya juga kelihatan kemarin malam. Jadi tidak salah lagi, jauh di bawah tanah itu, pasti ada monster iblisnya.

Hanya saja, karena tidak sepenuhnya sama, Aria tetap tidak bisa langsung tenang. "...Yang ini agak lebih gemuk." Gumamnya gelisah. 'Kalau itu artinya monsternya akan lebih kuat juga, ugh, Aku benar-benar akan protes pada laki-laki itu nanti…' Gerutu Aria setengah kesal setengah merinding sendiri.

Meski saat dia memandang ke belakang, di mana Feny, tuan Avo, Helen, bahkan Cal sedang menunggunya, Aria langsung buru-buru menguatkan dirinya lagi.

Jadi akhirnya dia pun mulai menggambar lingkaran sihir di lahan itu.

Kalau diingat-ingat, Aria sendiri sebenarnya pernah belajar cara menggambar lingkaran sihir sewaktu kecil. Hanya saja karena menggambarnya makan waktu lama, seiring berjalannya waktu, Aria sudah tidak pernah melakukannya lagi.

Dan saat mendengar itu, Rei langsung memandangnya dengan jijik lagi. "Sulit dipercaya! Penyihir tapi tidak suka lingkaran sihir?!" Omelnya waktu itu--meski omelannya segera mereda lagi setelah melihat kalau gambar Aria ternyata lumayan bagus.

Soalnya kalau menurut teori, lingkaran sihir memang merupakan katalis yang paling bagus dalam menggunakan sihir. Untuk sihir-sihir besar, tentu saja. Tapi kebanyakan sihir khusus juga banyak yang membutuhkan lingkaran sihir.

Yang sekarang dilakukan Aria misalnya. "Hh, kuharap ini berhasil." Gumamnya saat selesai.

Sembari menjauhi lingkaran, Aria juga tidak lupa untuk mengeluarkan salah satu pisau kecil yang diberikan oleh Rei dan mengiris jarinya sendiri dan melemparkannya ke tengah lingkaran sihir tadi. Lalu dia pun lari.

GRRRRAAAWWRRHHH!!! Mengikuti suara yang mengerikan, tanahnya pun mulai ikut bergetar.

Kalau saja monster itu lemah, Rei sebenarnya bilang kalau lingkaran sihir itu sudah akan cukup untuk membakarnya hidup-hidup di dalam tanah. Tapi entah dari suaranya atau dari getarannya, Aria langsung punya firasat kalau monster itu pasti akan segera keluar. Jadi dia pun mengeluarkan belatinya, begitu juga Feny dan yang lain.

GRAAWRRHH! Dan akhirnya monster itu pun menyembur keluar. Tapi tanpa bisa melihat sosoknya dulu, jamur yang sekilas coklat-hitam itu ternyata langsung menerjang untuk menyerang mereka.

"Lari!" Teriak Aria yang dengan panik langsung mengeluarkan sihir pelindungnya. Meski sayangnya tidak sampai satu detik kemudian, pelindungnya langsung hancur lagi. "GRRRAWWRR!" Dan untuk sesaat, Aria cuma bisa mematung saat iblis itu meraung di depan wajahnya.

Ukuran iblis itu sebenarnya tidak sebesar yang Aria bayangkan karena dia sudah membayangkan kalau monster itu setidaknya akan lebih besar daripada ukuran kereta biasa.

Tapi kalau diukur, mungkin dia hanya seukuran tuan Bishop dikali dua saja. Lalu dengan tubuh yang sangat gemuk dan bergerigi, kepala jamur yang hijau--dan setengah gosong--itu justru terlihat sangat lebar sampai-sampai suasana di lahan itu langsung jadi teduh seperti dipayungi.

Dan yang terakhir, Aria bisa lihat mata bulatnya yang hitam padat seperti bola meriam. Giginya yang tajam bergerigi memang menyeramkan dan bau, tapi ternyata Aria sempat merasa terenyak karena mata itu kelihatan sangat polos.

PST! Tapi kemudian sebuah panah langsung menancap di pipinya. Itu pasti panah yang tadi dipegang Feny. Dan seperti kata Rei, panahnya memang langsung memberikan efek membakar. "Kak Aria!" Panggil Feny mengingatkan.

Buru-buru sadar, Aria pun buru-buru mengacungkan belatinya untuk melukai iblis itu juga. Tapi entah kenapa, saat Aria melihat mata hitam yang bulat itu dia jadi sempat ragu. Sehingga pada akhirnya dia cuma bisa menghindar lagi saat jamur itu mulai mengeluarkan sepuluh tangan yang langsung meliuk-liuk liar untuk menangkapnya.

Sesuai arahan, tuan Avo, juga Cal dan Helen bertugas untuk melemparkan senjata mereka ke arah iblis itu dari jauh saja. Karena selain Aria, mereka semua hanya punya senjata jarak jauh. Baru saat mereka kehabisan benda untuk dilempar, Aria yang akan bertugas untuk mengambili mereka.

Atau itu rencananya.