webnovel

Ada Seorang Nyonya Di Rumah Ini?!

Mereka tadinya berniat mengantarkan tiga tamu itu ke kamar yang berbeda-beda. Tapi karena Feny langsung berlari memeluk Aria, akhirnya mereka berdua pun diantarkan ke satu kamar yang sama.

Feny langsung kegirangan begitu dia melihat sebuah kasur yang sangat lebar di tengah ruangan, tapi entah kenapa pandangan Aria langsung melayang ke arah pot kecil yang ada di balkon. Kalau saja pelayan itu tidak menyadarkannya, dia hampir saja langsung ke sana.

"Nona… Maaf kalau saya lancang." Kata si pelayan. "Tapi kalau boleh tahu, bagaimana saya harus memanggil anda? Soalnya tuan Rei belum memberitahu nama anda semua. Saya minta maaf."

"Eh? Sama sekali tidak! Itu, mm, Aku Aria, dan ini Feny."

"Ah, nona Aria dan nona Feny ya. Saya mengerti. Nama saya Julia. Kalau kalian butuh apa-apa, tolong jangan segan untuk memintanya." Balas pelayan itu, meski sebenarnya Aria malah jadi tidak nyaman mendengarnya karena perempuan itu kelihatan seumuran dengannya.

"Kamar mandinya ada di sebelah sana. Kalau anda mau, saya bisa panggil beberapa pelayan untuk membantu." Tambahnya.

"Untuk mandi? Ti-tidak usah! Aku dan Feny bisa sendiri."

"Begitu? Kalau begitu selagi kalian mandi, saya akan siapkan bajunya dulu. Tidak usah buru-buru dan nikmati saja waktu kalian." Katanya sopan sebelum akhirnya dia keluar kamar.

"Kak Aria! Kakak harus coba kasur ini. Empuknya bukan main." Panggil Feny yang dengan senangnya lompat-lompat di atas kasur, meski Aria hanya terdiam dan mengulum senyum manis saja. Soalnya untuk sesaat dia jadi kembali membayangkan kalau Lily dan yang lain juga pasti menyukainya.

Menggeleng-gelengkan kepalanya, Aria pun segera beralih ke kantong bawaannya yang kecil. Aria memohon pada Rei untuk mencarinya sebelum mereka mulai berlayar lagi, tapi sebenarnya Aria belum benar-benar memeriksa ada barang apa saja di dalamnya.

Bungkusan obat yang selalu dia bawa kemana-mana, tentu saja. Satu baju ganti juga, meski Aria punya firasat kalau orang-orang di rumah ini tidak akan membiarkannya memakai itu.

"Oh, Leyna…" Celetuk Aria kemudian, merasa tersentuh saat dia melihat kotak kecil berwarna hitam di sana. Rupanya Leyna sama sekali tidak lupa untuk memasukkan satu-satunya peninggalan yang ditinggalkan ibunya Aria.

Baru setelah merapikan itu semua, Aria pun kembali beralih pada Feny untuk mengajaknya mandi bersama. Dia tadinya khawatir apakah tangan besi Feny perlu perawan khusus saat mandi. Tapi ternyata sebelum dia bisa bertanya, bocah itu sudah duluan melepas pengait besi di tangannya dan melemparkannya begitu saja.

Aria sempat memandanginya sebentar, tapi kemudian dia juga mulai mengikuti Feny dan masuk ke kolam kecil untuk membasuh tubuh mereka berdua. Terutama karena dia sempat kecebur ke laut, tubuh Aria sebenarnya sudah lengket ingin mandi sejak tadi.

Tapi setelah puas main air dan sabun, tiba-tiba Feny langsung lari keluar begitu saja!

Aria hampir ingin mengejarnya. Tapi karena tubuhnya masih licin akibat tidak sengaja mencoba lulur mandi berwarna ungu di sana, Aria jadi memerlukan beberapa waktu tambahan untuk membilasnya lagi. Ditambah, Aria juga sebenarnya masih ingin santai-santai di kolam--

Tapi tidak lama kemudian dia sudah mendengar ada suara samar pelayan dari luar, jadi akhirnya dia pun buru-buru keluar juga.

Aria memegangi jubah mandinya dengan malu karena dia sedikit tidak enak dilihat pelayan dalam keadaan seperti itu. Tapi jangankan memperhatikannya, 2 pelayan itu bahkan tidak menoleh ke arahnya.

"Kak Aria! Rambutku diacak-acak!" Keluh Feny saat 2 orang pelayan itu kelihatan sedang berusaha mengeringkan dan menyisir rambutnya. Padahal dia sudah mandi, tapi entah bagaimana rambutnya yang keriting malah terlihat semakin kusut sekarang.

"Ahh, itu, rambut Feny biar nanti Aku saja yang rapikan." Kata Aria agak tidak enak.

Tapi karena para pelayan itu malah kelihatan bengong memandangi Aria, akhirnya Feny yang duluan menyahut. "Aku juga tidak suka baju itu." Keluhnya sambil menunjuk gaun biru kecil di dekat kasur.

"Kenapa? Kelihatannya bagus." Bujuk Aria. "Aku yakin itu pasti cocok denganmu."

"...Yang benar?"

"Tentu saja." Balasnya. "Aku juga akan rapikan rambutmu nanti, jadi tunggu dulu ya."

Baru setelah Aria berhasil membujuk Feny begitu, Julia pun bicara lagi. "Tapi saya mohon maaf sebelumnya. Karena tidak ada perempuan muda di rumah ini, kami cuma bisa mencari baju-baju lama milik nyonya Sahara." Jelas Julia.

Mereka cuma dapat satu baju untuk ukuran Feny, tapi ternyata mereka dapat beberapa pilihan lain untuk Aria. "Kami minta maaf kalau cuma ini yang bisa kami berikan." Tambahnya lagi, meski baju-baju yang terlihat di sana jelas masih kelihatan bagus semua.

Walaupun daripada itu, pikiran Aria langsung gelisah dengan sesuatu. "Anu, nyonya Sahara…?" Tanyanya hati-hati, atau bahkan mungkin takut-takut.

'Ada seorang nyonya di rumah ini?!' Meski kalau Aria memikirkannya lagi, rasanya memang tidak aneh!

"Ah, itu adalah nama ibunda tuan Rei. Tapi beliau sudah meninggal beberapa tahun lalu."

"...Begitu. Kalau anggota keluarga yang lain apa ada di sini?"

"...Tidak ada. Hanya tuan Rei seorang."

"Begitu."