webnovel

Prolog

"Mis, iji ada lowongan guru PPPK. Kebetulan tahun ini, guru swasta boleh ikut serta. Kamu coba gih," ucap kepala sekolah waktu itu.

Namaku Irma, seorang guru yang sudah mengajar hampir sepuluh tahun di sekolah swasta. Biasanya setelah lima belas tahun, guru senior punya peluang untuk menjadi kepala sekolah.

Hari itu, ketika kepala sekolah menawarkan untuk melamar guru PPPK, awalnya ia tak menggubrisnya namun, karena setiap harinya selalu dishare informasi tentang PPPK, ia akhirnya tertarik untuk daftar dan ikut seleksi.

"Jadi, kamu sudah ikut seleksi, Ir?" tanya kepala sekolah dan dijawab Irma dengan anggukan kepala.

"Kamu bagaimana sih? Kan sudah peraturan siapapun yang mendaftar menjadi pegawai negeri harus keluar." Ucapn Yayasan membuat Irma mengernyitkan dahinya. Bukannya selama ini, kepala sekolah yang memintanya untuk mendaftar, lalu setelah mendaftar reaksi yayasan seperti ini.

"Tapi, Pak. Saya mendaftar juga karena kepala sekolah yang meminta," jawabnya sembari terus berharap yayasan tak memecatnya.

"Iya, awalnya aku yang meminta. Tapi, aku tidak tau, ternyata banyak teman guru dibawahmu ikut serta melamar. Kalau begini jadinya, sekolah bisa kehilangan banyak guru," jawab kepala sekolah dengan santai.

"Ya, kenapa saya disalahkan. Lawong bapak sharenya ke grup, ya pastilah banyak yang ikut," jawab Irma tak terima.

"Peraturan tetap peraturan. Siapapun yang ikut mendaftar maka dia harus keluar dari sekolah ini." Kepala sekolah menggeleng dan tersenyum picik. Terlihat sebuah lengkungan bibirnya membentuk senyuman sedikit.

"Tapi, saya belum diterima, pak. Saya hanya lulus, tapi tidak mendapatkan formasi. Tolong lah, pak! Jangan pecat saya, saya janji ini yang pertama," jawab Irma yang mulai putus asa. Ujian PPPK tahun ini dibagi 2 tahap. Tahap pertama untuk guru honorer negeri dan tahap kedua untuk guru swasta. Irma mendapatkan nilai tinggi, namun ia harus kecewa karena ia di nomor lima sedangkan formasi guru yang dilamarnya hanya butuh empat. Ia kalah dengan guru yang usianya di atas 35 tahun dan guru yang mendapatkan formasi.

"Saya tidak peduli. Ini sudah peraturan, jika melanggar ya memang seperti itu. Dan kamu dikeluarkan tanpa pesangon." Ucapan yayasan membuat dunia Irma runtuh.

"Lho, koq begitu pak. Bukannya kalau kita di PHK kita mendapatkan pesangon? Di pasal yang ku tanda tangani saat itu, tertulis pesangon." Irma masih terus berusaha untuk mendapatkan haknya.

"Iya. Tapi, itu jika pihak sekolah yang PHK. Ini kamu melanggar peraturan. Jadi, mau tau mau ya harus diikhlaskan," jawab kepala sekolah. Ia tak terima, ia kemudian terkekeh karena merasa konyol sudah dipermainkan.

"Owh jadi begini trik kalian. Menyuruh dan setengah memaksa untuk melamar PPPK, lalu setelah tidak diterima kalian PHK begitu saja tanpa pesangon. Pinter banget ya kalian." Irma memandang dua orang di depannya. Ia sungguh kesal dan tak tau harus melampiaskannya ke mana.

"Jaga sikapmu, Irma. Kamu guru kan? Guru koq ngomongnya begitu. Sudah betul itu, kamu saya pecat. Dan anakmu yang sekolah di sini dikeluarkan." Ucapan yayasan membuat Irma semakin geram. Ia bahkan menggerakkan giginya kuat dan mengumpulkan keberaniannya untuk membela haknya.

"Tidak seperti itu, dong. Anakku sekolah di sini gratis tidak ada kaitannya dengan itu. Dia tetap sekolah di sini sampai selesai. Bapak pernah menandatangani perjanjiannya saat itu. Apa bapak Irwan dan bapak Haji Haryono lupa?" Keduanya terdiam tak menjawab.

"Jika lupa, saya masih simpan filenya."

Irma langsung pergi. Ia tak kuat menahan emosi jika terus berada di ruangan ini..

Assalamualaikum, salam kenal kakak.

Jangan lupa follow dan subscribe dong kak.

alfedacreators' thoughts