"Apa maksudmu Nona, Tuan Myung mengusir saya?"
"Apa telingamu tuli Hah?!"
"Sekarang cepat pergi dari sini, ini koper berisi pakaianmu. pergilah sekarang juga sebelum keamanan menyeretmu!!"
Aera menarik kopernya, melangkah dengan gontai.
'Inikah yang aku rasakan sedari tadi? berpisah dengan Seung? aku sangat menyayanginya. entah kenapa hati ini tidak ingin berpisah dengannya.'
Sampai di depan gerbang, Aera menatap Mansion mewah dengan pandangan sendu. Aera benar-benar telah keluar dan meninggalkan Seung.
"Nona Aera, kenapa membawa koper?" Sam yang, kebetulan ponselnya tertinggal di pos saat menerima panggilan dari tuan Myung.
"Sam, tolong jaga Seung."
"Apa yang terjadi Nona? bagaimana jika tuan muda Seung mencari anda? kemana saya menemui anda?"
"Nona A Young, menyuruh saya pergi. sudahlah apa yang di lakukan Tuan Myung sudah benar, Sam saya pergi dulu."
Aera meninggalkan Mansion, tidak lama sebuah taksi melintas Aera segera menaikinya dan pergi dari kediaman Myung
"Bencana akan segera terjadi, aku tidak yakin jika Tuan Myung yang menyuruh Nona A Young, untuk mengusir Nona Aera. pasti ada yang tidak beres." Ucapnya meskipun tidak terlalu keras saat mengatakan namun masih di dengar orang yang berada di sampingnya.
"Sam, bencana apa yang akan terjadi? apa akan ada badai malam ini?"
"Badai akan datang tepat pukul tujuh malam. maka hati-hatilah dan siapkan baju setebal mungkin." Sam meninggalkan pos, dirinya harus segera kembali ke sekolah Seung. jika tidak dirinya akan mendapatkan masalah.
Sampai di depan sekolah Sam, membukakan pintu untuk Tuan mudanya.
"Selamat siang Tuan muda Seung." Sam menyapa Tuan mudanya dengan senyum menawannya.
"Siang paman Sam, ayo kita harus cepat sampai di rumah."
"Baik Tuan muda." Sam memperhatikan Seung yang terlihat bahagia.
Sampai di Mansion, Seung tanpa menunggu di bukakan pintu dengan cepat keluar dan berlari kedalam.
'Sebentar lagi, bencana terjadi. maafkan saya tuan muda.' ucap Sam dalam hati.
Seung berlari ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. namun saat Seung akan membuka pintunya dalam keadaan terkunci.
"Tuan muda sudah pulang?"
"Dimana ibu? kenapa pintu kamar terkunci seperti ini? siapa yang berani menguncinya tanpa seizin ku?!" Pelayan senior menundukkan wajahnya, dirinya tidak ada keberanian untuk menatap tuan mudanya. yang pasti akan mengamuk seandainya mengetahui jika Aera sudah di usir dari mansion.
"Bisa di jelaskan, ada apa ini?"
"Seung sayang. jangan memaksa mereka seperti itu, pengasuh mu, sudah tidak lagi bekerja disini, ibu yang sudah mengusirnya."
"Apa hak Bibi, mengusir ibuku dari sini hah?!"
"Jelas Bibi punya hak, Bibi calon ibumu. tapi kamu tidak bisa memanggilku dengan panggilan Ibu, sedangkan dia seorang pengasuh. kamu dengan lancangnya memanggilnya ibu!!"
"Sampai kapanpun Bibi tidak akan menjadi Ibuku?" Seung menatap tajam wanita yang menjadi tunangan Ayahnya.
"Seung! bicara sopan padaku. aku calon ibumu
"Sudah aku katakan. sampai kapanpun Bibi tidak akan pernah menjadi ibuku!!"
"Seung!!"
"A Young. beraninya kamu membentak putraku!!"
"Myung, sayang. apa yang aku lakukan sudah sepatutnya aku lakukan. aku calon istrimu, itu berarti calon ibu untuk Seung. aku hanya mengajarkan pada Seung. bagaimana bersikap pada orang yang lebih dewasa." A Young, menutupi kegugupannya. karena tiba-tiba Myung sudah ada di belakangnya.
'Sialll... kenapa Myung pulang lebih awal, bukankan dia akan ke luar kota hingga malam nanti?'
"Seung, dimana ibumu? kenapa Ayah tidak melihatnya?"
"Tanyakan pada tunangan Ayah!!"
"Apa maksudnya ini? ada yang bisa menjelaskan pada saya?!" Para pelayan menundukkan wajahnya, saat tuan Myung mengatakan saya itu artinya tuan Myung berada di atas kemarahannya.
"Sam!!" Teriakan Myung membuat penghuni Mansion ketakutan.
"Tuan Myung, ada yang bisa saya bantu?" Sam, tahu tujuannya di panggil untuk mengatakan kepergian Aera.
"Kemana Aera? bukankah tadi pagi mengantar Seung ke sekolah?" Sam menundukkan mendengar perkataan tuan Myung.
"Sam. katakan ada apa?"
"Anu... Tuan..."
"Sam..."
"Itu Tuan, Non A Young mengusir Nona Aera atas perintah Anda."
"A Young. apa benar yang di katakan Sam? kamu mengusir pengasuh putraku."
A Young, terdiam tanpa ada keberanian menatap wajah Myung yang terlihat menyeramkan.
Myung benar-benar menahan amarahnya pada A Young. jika tidak ada Seung di dekatnya sudah di pastikan Myung tidak dapat menahan amarahnya pada A Young.
"Ayah, kita harus mencari ibu. aku tidak ingin terjadi sesuatu pada ibu." Seung menyentuh kaki Myung, membuat pemilik kaki tersentak kaget. pandangan tajamnya pada A Young teralihkan ke bawah kakinya.
"Seung," Myung menggendong tubuh kecil putranya. untuk pertama kalinya Myung melihat bagaimana putranya menyayangi Aera. ibu kandungnya, walau mereka belum melakukan tes DNA namun bukti mengarah Aera sebagai ibu kandung Seung.
"Ayo kita cari ibu dan membawanya pulang kesini." Myung meninggalkan A Young yang terpaku mendengar apa yang di katakan Myung pada putranya.
"Myung, apa maksudmu menjemput wanita itu? aku tidak akan mengizinkan wanita itu datang kesini!!" Myung menghentikan langkahnya mendengar kata-kata yang diucapkan oleh A Young.
"Yong Jin, bawa putraku ke mobil." Setelah kepergian Yong Jin, Myung mendekati A Young.
"Katakan apa hak mu melarang Aera kemari?" Myung menatap tajam wanita yang berada di hadapannya.
"Karena aku calon istrimu. aku tidak ingin wanita itu mengambil alih perhatianmu dan Seung dariku!!"
"Hahaha!! Apa aku tidak salah dengar? apa selama ini kamu berusaha mendekati putra ku? apa selama ini kamu memperhatikan putraku? jawabannya hanya satu TIDAK!!" Kata-kata yang meluncur dari bibir Myung bagaikan pisau yang tajam menusuk jantungnya. membuat A Young terdiam di tempatnya.
"Aku harap, saat aku kembali nanti. aku tidak melihatmu disini. dan ingat jangan pernah ikut campur dalam masalah Putraku."
Myung meninggalkan A Young. berapa maid dan pengawal telah di perintahkan untuk mengusir A Young dari Mansion.
"Saat aku kembali, wanita itu tidak ada disini lagi. apa kalian mengerti?!"
"Baik Tuan Myung, kami akan melakukan apapun yang Anda inginkan."
Myung masuk ke mobil. Myung tidak membawa sopir melainkan dirinya sendiri yang membawa mobil menulusuri jalan mencari Aera.
Di Apartemen Naomi, Aera menatap jalan yang terlihat ramai.
"Aera, sekarang apa yang ingin kamu lakukan?"
"Besok aku akan mencari pekerjaan. apakah di perusahaan tempat kerjamu ada pekerjaan untuk ku?"
"Tidak ada Aera, besok akan aku tanyakan. kamu tetaplah disini. jangan keluar, aku dengar akan ada badai."
"Badai?"
"Hem, malam ini akan ada badai. aku harap kamu tidak pergi kemanapun. pergilah kamu butuh istirahat."
Aera memasuki salah satu kamar di apartemen milik Naomi, dirinya menatap bintang yang meredup di langit yang terlihat gelap. empat jam sudah dirinya berada di balkon, Tanpa di sadari jika malam telah tiba.
"Seung apa yang kamu lakukan malam ini? Bibi berharap kamu akan baik-baik saja,"
"Aera sudah berapa jam kami ada disini? sebentar lagi ada badai cepatlah masuk." Naomi mengajak Aera yang berdiri memegang pembatas.
"Baik, ayo.." Aera mengikuti langkah Naomi.
"Naomi bagaimana kalau kita makan sup Gingseng sepertinya cocok dengan cuaca seperti ini."
"Ide bagus Aera." Mereka menuju dapur yang tidak luas namun cukup rapih. saat mereka membuka lemari pendingin mereka tidak menemukan apapun bahkan hingga lemari penyimpanan makan kering tidak ada bahan yang bisa mereka masak.
"Naomi bagaimana kalau kita pergi sekarang, badai belum turun dan kita harus secepatnya kembali." Naomi menimbang ajakan Aera dan disini lah mereka sekarang.
mereka berada di salah satu rumah makan yang menyediakan sop Gingseng yang hangat dengan harga ekonomis.
Usai menyantap makanan mereka kembali ke Apartemen, namun langkah mereka terhenti melihat seseorang yang berdiri didepan Apartemen.
"Aera siapa mereka?" Aera memperhatikan pria yang tengah menggendong anak laki-laki yang terlihat kedinginan.
"aku tidak tahu Naomi."
"Kamu tunggu disini, aku yang akan menemuinya." Aera mengikuti langkah Naomi yang mendekati pria yang tengah menggendong seorang anak kecil.
"Apa yang Anda lakukan di depan Apartemen saya?" tanya Naomi.
Pria yang menggendong anak kecil berbalik membuat mata dua gadis itu hampir keluar.
"Tuan Myung?" Mereka mengucapkan kata bersamaan.
"Ibu, Aera!!" Seung mendengar suara wanita yang di rindukan segera turun dari gendongan Myung dan berlari kearah Aera.
"Ibu jangan tinggalkan Seung lagi." Aera memeluk tubuh Seung dengan eratnya, tanpa sadar air matanya mengalir.